Kurva Sorpsi Isothermis Kadar air kesetimbangan

21 aktivasi yang besar mempunyai arti bahwa nilai ln k berubah cukup besar dengan hanya perubahan beberapa derajat dari temperatur sehingga nilai kemiringan kurva akan besar Arpah 2001. Lebih lanjut, besarnya nilai energi aktivasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : 1. Kecil Ea 2-15 kkalmol, kerusakan produk akibat kerusakan karotenoid, klorofil atau oksidasi asam lemak. 2. Sedang Ea 15-30 kkalmol, kerusakan produk akibat kerusakan vitamin, kerusakan pigmen yang larut air dan reaksi Maillard. 3. Besar Ea 50-100 kkalmol, kerusakan produk akibat denaturasi enzim, inaktivasi mikroba dan spora. Labuza 1982 menyatakan penilaian tentang umur simpan dapat dilakukan pada kondisi dipercepat accelerated shelf life test dan selanjutnya dapat diprediksi umur simpan yang sebenarnya. Metode ini dilakukan dengan mengkondisikan produk pangan pada suhu yang tinggi sehingga kerusakan produk lebih cepat terjadi. Penentuan umur simpan dengan metode Arrhenius termasuk ke dalam metode akselerasi ini. Meningkatnya suhu dan kelembaban udara pada kondisi penyimpanan bahan pangan kering yang disimpan dalam kemasan dapat mengakibatkan meningkatnya kadar air pada bahan tersebut sampai mencapai kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi dapat digunakan untuk mempersingkat waktu perkiraan umur simpan suatu produk pangan. Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk memperkirakan umur simpan suatu produk pangan kering adalah sebagai berikut Labuza 1982:

1. Kurva Sorpsi Isothermis

Karakteristik hidratasi bahan pangan dapat diartikan sebagai karakteristik fisik yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang terkandung di dalamnya dan molekul udara di sekitarnya. Secara umum sifat-sifat hidratasi digambarkan dengan kurva sorpsi isotermis, yaitu kurva yang menunjukan hubungan antara kadar air bahan pangan dengan kelembaban relatif kesetimbangan ruang tempat penyimpanan RHs atau aktivitas air 22 a w pada suhu tertentu. Istilah sorpsi air dipakai untuk penggabungan air ke dalam bahan pangan, sedangkan apabila proses dimulai dengan bahan basah disebut desorpsi Syarief dan Halid 1993. Hubungan antara besarnya a w atau ERH dengan kadar air dalam bahan pangan pada suhu yang konstan digambarkan seperti Gambar 1. Kurva sorpsi isothermis ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian tergantung dari keadaan air dalam bahan pangan tersebut. Daerah A menyatakan adsorpsi air bersifat satu lapis adsorpsi molekul air monolayer, daerah B menyatakan terjadinya penambahan lapisan-lapisan di atas satu lapis molekul air multilayer dan daerah C merupakan daerah dimana kondensasi air pada pori-pori bahan mulai terjadi kondensasi kapiler Syarief dan Halid 1993. Gambar 1 Kurva sorpsi isothermis secara umum Labuza 1982 Kurva sorpsi isothermis ini diasumsikan sebagai garis linear dengan persamaan sebagai berikut Labuza 1982: m = ba + c o A B C Kadar Air bk a w desorpsi adsorpsi 23 Keterangan: m = kadar air bahan bk a = aktivitas air b = slope kurva c o = intersep kurva

2. Kadar air kesetimbangan

Kadar air kesetimbangan adalah kadar air suatu bahan setelah berada pada kondisi lingkungannya dalam periode waktu yang lama Brooker et al. 1992. Menurut Fellows 2000, kadar air kesetimbangan merupakan kadar air bahan pangan ketika tekanan uap air dari bahan tersebut dalam kondisi setimbang dengan lingkungannya dimana produk sudah tidak mengalami perubahan bobot produk. Kadar air kesetimbangan penting untuk menentukan bertambah atau berkurangnya kadar air bahan pada kondisi suhu tertentu. Jika kelembaban relatif lebih tinggi dibandingkan kelembaban relatif bahan pangan maka bahan tersebut akan menyerap air adsorpsi. Sebaliknya jika kelembaban relatif udara lebih rendah dari kelembaban relatif bahan maka bahan akan menguapkan air yang dikandungnya desorpsi Brooker et al. 1992. Penentuan kadar air kesetimbangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode statis dan metode dinamis. Berdasarkan metode statis, kadar air kesetimbangan bahan diperoleh pada keadaan udara diam dengan cara meletakkan contoh pada tempat yang kondisi suhu dan RH-nya terkontrol. Metode statis biasa digunakan untuk metode penyimpanan karena pada umumnya udara di sekitar bahan relatif tidak bergerak diam. Pada metode statis, tercapainya kadar air kesetimbangan ditandai dengan konstannya bobot bahan. Bobot bahan dikatakan konstan bila selisih bobot antara 3 kali penimbangan berturut-turut 24 tidak lebih dari 2 mgg untuk kondisi RH 90 dan tidak lebih dari 10 mgg untuk kondisi RH 90 Lievonen dan Ross 2002 di dalam Adawiyah 2006. Lain halnya dengan metode dinamis, kadar air kesetimbangan diperoleh ketika bahan diletakkan pada kondisi udara bergerak. Metode ini biasanya digunakan pada proses pengeringan. Pergerakan udara dibutuhkan untuk mempercepat pengeringan dan menghindari penjenuhan uap air di sekitar bahan Brooker et al. 1992. Kadar air kesetimbangan produk pangan sangat penting dalam menggambarkan kurva sorpsi isotermis produk tersebut yang bergantung pada suhu dan kelembaban udara lingkungan.

3. Permeabilitas kemasan