4.3.2 Kinerja KPSBU Jabar Tahun 2008
Setelah ditetapkan target dan bobot untuk masing-masing perspektif BSC maka dapat dilakukan pengukuran kinerja KPSBU
Jabar melalui pendekatan BSC. Target dijadikan sebagai dasar atau tolak ukur pencapaian kinerja. Jika realisasi lebih besar dari target maka
kinerja koperasi sesuai dengan yang diharapkan dan target tercapai dengan baik. Akan tetapi, apabila realisasi lebih kecil dari target maka
perlu diadakan identifikasi penyebabnya dan melakukan perbaikan untuk masa yang akan datang.
Pengukuran kinerja KPSBU Jabar pada tahun 2008 menggunakan data tahun 2006 dan 2007 sebagai pembanding terhadap pencapaian
kinerja tahun 2008.
1. Perspektif Keuangan
Kinerja KPSBU Jabar pada perspektif keuangan dapat diketahui melalui sasaran strategi peningkatan pendapatan dan peningkatan liquiditas.
Ukuran hasil dari peningkatan pendapatan adalah peningkatan pendapatan dari produksi susu, peningkatan pendapatan dari waserda,
peningkatan pendapatan dari produksi yoghurt, dan peningkatan pendapatan dari pembibitan sapi. Pada tahun 2006 pendapatan dari
produksi susu sebesar Rp 14.573.553.099,68, tahun 2007 meningkat menjadi Rp 15.778.395.938,94 dan pada tahun 2008 sebesar Rp
18.722.640.625,80. Peningkatan pendapatan dari produksi susu ini menunjukkan KPSBU Jabar serius untuk mencapai visinya menjadi
koperasi susu terdepan di Indonesia dalam menyejahterakan anggota. Peningkatan pendapatan dari produksi susu disebabkan semakin
bertambahnya anggota KPSBU Jabar setiap tahunnya serta kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan oleh para anggota. Pendapatan dari
waserda pada tahun 2006 sebesar Rp 759.709.411, pada tahun 2007 sebesar Rp 868.814.775,98 dan pada tahun 2008 sebesar Rp
1.102.948.478,37. Peningkatan pendapatan waserda dari tahun ke tahun disebabkan adanya peningkatan volume penjualan dan meningkatnya
kesadaran anggota akan manfaat waserda sehingga mereka telah
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Pendapatan dari produksi yoghurt pada tahun 2006 sebesar Rp 348.319.700,00, pada tahun 2007
sebesar Rp 348.461.069,00 dan pada tahun 2008 sebesar Rp 637.362.288,46. Pendapatan dari produksi yoghurt semakin meningkat
dan terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Hal ini menunjukkan upaya koperasi untuk mengolah susu segar
menjadi produk yoghurt cukup berhasil. Pendapatan dari pembibitan sapi pada tahun 2006 sebesar Rp 49.454.150,00, pada tahun 2007
sebesar Rp 72.731.000,00 dan pada tahun 2008 Rp 178.248.000,00. Peningkatan pendapatan dari pembibitan sapi disebabkan adanya
peningkatan volume penjualan dari tahun ke tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pendapatan KPSBU Jabar Ukuran hasil dari peningkatan liquiditas adalah current ratio dan cash
ratio. Current ratio KPSBU Jabar pada tahun 2006 sebesar 146,56 persen, tahun 2007 sebesar 113,36 persen, dan pada tahun 2008
sebesar 148,36 persen. Current ratio menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar. Current ratio sebesar 148,36 persen pada tahun 2008 berarti kemampuan koperasi untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar adalah setiap Rp 100 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 148,36. Cash ratio pada tahun
2006 sebesar 51,49 persen, tahun 2007 sebesar 13,36 persen dan tahun 2008 sebesar 16,40 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Perkembangan cash ratio dan current ratio KPSBU Jabar Dari Gambar 9 dapat dilihat current ratio mengalami penurunan pada
tahun 2007 dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan kemampuan KPSBU Jabar untuk membayar hutang
kewajiban lancar dengan aktiva harta lancar mengalami penurunan pada tahun 2007 dan meningkat kembali pada tahun 2008. Kenaikan
current ratio pada tahun 2008 dipengaruhi secara signifikan oleh meningkatnya persediaan barang aktiva lancar serta diiringi dengan
menurunnya dana-dana contoh : dana bunga pinjaman, dana pengembangan wilayah kerja, dana insentif dan lainnya.
Cash ratio KPSBU Jabar pada tahun 2007 mengalami penurunan tetapi sedikit meningkat lagi di tahun 2008. Hal ini menunjukkan
kemampuan KPSBU Jabar untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia sempat menurun pada tahun 2007
dan meningkat lagi pada tahun 2008. Peningkatan cash ratio pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang tidak begitu
tinggi, sangat terkait dengan peningkatan pada persediaan barang yang signifikan. . Cash ratio sebesar 16,40 persen menunjukkan setiap
hutang lancar Rp 100 dijamin oleh kas dan bank Rp 16,4.
2. Perspektif Pelanggan