3.5.2 Analytical Hierarchy Process
Analytical  Hierarchy  Process  AHP  digunakan  untuk menentukan  bobot  setiap  perspektif  BSC.  Setiap  prinsip  kerja
AHP  yaitu  penyusunan  hierarki,  penilaian  kinerja,  penentuan prioritas, konsistensi logis, dan penggabungan pendapat dilakukan
dengan bantuan software komputer. Analytical  Hierarchy  Process  AHP  menurut  Saaty  2003
adalah  metode  pengambilan  keputusan  yang  termasuk  dalam kategori  complex  decision  keputusan  pelik.  Selain  itu,  AHP
dapat  mengarahkan  proses  pengambilan  keputusan  dengan mengidentifikasi
dan menimbang
kriteria yang
dipilih, menganalisis  data  yang  berhasil  dikumpulkan  dengan  kriteria
tersebut. Proses AHP menurut menurut Fewidarto 1996 yaitu :
1.  Penyusunan Hirarki Hirarki  adalah  abstraksi  struktur  suatu  sistem  dimana
fungsi  hirarki  antar  komponen  dan  juga  dampak-dampaknya pada  sistem  secara  keseluruhan  dapat  dipelajari.  Abstraksi  ini
mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuannya tersusun ke  bawah  dari  suatu  puncak  tujuan  akhir,  turun  ke  sub-sub
tujuan  sub-objectives,  kemudian  faktor-faktor  pendorong forces  yang  mempengaruhi  sub-sub  tujuan  itu,  lalu  pelaku
actors  yang  memberikan  dorongan,  turun  ke  tujuan-tujuan pelakuaktor  dan  kemudian  kebijakan-kebijakannya  lebih
lanjut turun ke strategi-strategi dan akhirnya hasil dari strategi ini.  Dengan  kata  lain  hirarki  adalah  suatu  sistem  dengan
tingkat-tingkat  yang  terstratifikasi,  masing-masing  terdiri  atas banyak elemen atau faktor.
2.  Penilaian Kriteria dan Alternatif AHP  yang  dikembangkan  Saaty  dalam  Fewidarto  1996
dapat diterapkan untuk memecahkan problema-problema yang terukur  maupun  yang  memerlukan  judgement.  Penggunaan
judgement  kriteria  dan  alternatif  dalam  memecahkan problema  dilakukan  dengan  membandingkan  masukan-
masukan  input  secara  berpasangan  pairwise  comparison. Saaty telah membuktikan bahwa  nilai skala komparasi 1 sd 9
adalah yang terbaik, yaitu berdasarkan tingginya akurasi. Nilai dan  definisi  pendapat  kualitatif  dari  skala  perbandingan  Saaty
dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Nilai skala banding berpasangan
Nilai Skala
Definisi Penjelasan
1 Kedua  elemen  sama
pentingnya Dua
elemen mempengaruhi
sama kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu
sedikit lebih penting dari lainnya
Pengalaman atau
pertimbangan sedikit
menyolong  satu  elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu
jelas lebih penting dibandingkan elemen
lainnya Pengalaman
atau pertimbangan
dengan kuat
disokong dan
dominasinya terlihat
pada praktek 7
Satu  elemen  sangat jelas  lebih  penting
dibandingkan elemen lainnya
Satu elemen
dengan kuat
disokong dan
dominasinya terlihat
dalam praktek 9
Satu  elemen  mutlak lebih
penting dibanding
elemen lainnya
Sokongan  elemen  yang satu  atas  yang  lainnya
terbukti memiliki
tingkatt penegasan
tertinggi 2,4,6,8
Nilai-nilai diantara
kedua  pertimbangan di atas
Kompromi diperlukan
diantara dua
pertimbangan Kebalikan
nilai-nilai di atas
Bila nilai-nilai
di atas
di anggap
membandingkan  antara  elemen  A  dan  B.  Maka nilai-nilai  kebalikan  12,  13,  14,.....,19
digunakan  untuk  membandingkan  kepentingan B terhadap A.
Sumber : Saaty, 1993
3.  Penentuan Prioritas Untuk  setiap  kriteria  dan  alternatif,  perlu  dilakukan
perbandingan  berpasangan  pairwise  comparisons.  Nilai-nilai perbandingan  relatif  kemudian  diolah  untuk  menentukan
peringkat  relatif  dari  seluruh  alternatif.  Kriteria  kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan
judgment yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.  Bobot  atau  prioritas  dapat  dihitung  melalui
penyelesaian  matematik,  dengan  langkah-langkah  sebagai berikut:
a.  Membuat matriks perbandingan berpasangan. b.  Melakukan normalisasi terhadap matriks awal.
c.  Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas. d.  Menghitung lamda maks λ maks.
Tahapan-tahapan untuk mencari λ maks sebagai berikut: 1. Kolom matrik awal dikalikan dengan bobot prioritas.
2. Field-field sepanjang baris dijumlahkan. 3.  Jumlah  masing-masing  baris  tersebut  dibagi  dengan  bobot
prioritas. 4.  Hasil  pembagian  pada  tahap  sebelumnya  dibagi  dengan
jumlah kolom pada matriks awal. 4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara  konsisten  sesuai  dengan  suatu  kriteria  yang  logis.
Consistency Ratio CR merupakan parameter yang digunakan untuk  memeriksa  apakah  perbandingan  berpasangan  telah
dilakukan  dengan  konsekuen  atau  tidak.  Semua  elemen  yang telah  dikelompokkan  harus  memenuhi  kriteria  konsistensi,
yaitu CR≤0,1. CR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
CR = CI RI
dengan CI = λmaks-n n-1
dimana λmaks merupakan nilai eigen maksimum dan n adalah ukuran  matriks.  Nilai  RI  merupakan  nilai  indeks  acak  yang
dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory berupa Tabel 4: Tabel 4. Nilai RI
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
RI 0,00
0,00 0,58
0,90 1,12
1,24 1,32
1,41 1,45
1,49 1,51
1,48 1,56
5. Pada dasarnya, AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari  satu  responden  ahli.  Namun  demikian  dalam
aplikasinya  penilaian  kriteria  dan  alternatif  dilakukan  oleh beberapa ahli multidisiplioner. Sabagai konsekuensi dari hal
tersebut, perlu dilakukan pengecekan konsistensi dari setiap elemen satu persatu. Pendapat yang telah konsisten tersebut
kemudian  digabungkan  dengan  menggunakan  rataan geometrik, dengan rumus:
.................................................................. 5
Keterangan: X
G
= rata-rata geometrik n = jumlah responden
X
i
= penilaian oleh responden ke-i
3.5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas