Konsep Pengukuran Kinerja TINJAUAN PUSTAKA

Menurut David 2006, proses manajemen strategik terdiri atas tiga tahap, yaitu : a. Formulasi atau perencanaan strategi yang mencakup mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. b. Implementasi strategi yang mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. c. Evaluasi strategi adalah alat utama yang digunakan manajer untuk mendapatkan informasi mengenai keberhasilan strategi yang dijalankan. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah 1 meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, 2 mengukur kinerja, dan 3 mengambil tindakan korektif.

2.3. Konsep Pengukuran Kinerja

Ahli ilmu fisika Inggris Lord Kelvin dalam Gaspersz 2006 menulis: “Bila anda dapat mengukur apa yang anda sedang bicarakan, dan menyatakannya dalam bentuk angka-angka, maka anda mengetahui sesuatu tentang itu; tetapi apabila anda tidak dapat mengukurnya, dan apabila anda tidak dapat menyatakannya dalam bentuk angka-angka, maka pengetahuan anda adalah tidak lengkap dan tidak memuaskan”. Pengukuran memainkan peranan penting bagi peningkatan suatu kemajuan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam manajemen modern, pengukuran terhadap fakta-fakta akan menghasilkan data, yang kemudian apabila data itu dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat, yang selanjutnya informasi itu akan berguna bagi peningkatan pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi Gaspersz, 2006. Pengukuran kinerja memberikan suatu alat untuk menetapkan ”angka sebutan” untuk pembanding sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengukur kecepatan dari sebuah mobil, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Model pengukuran kinerja Gaspersz, 2006 Pada Gambar 1. menjelaskan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi, posisi perusahaan sejak sasaran ditetapkan Baseline hingga mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Terdapat dua jenis pengukuran dalam BSC, yaitu: 1 Kinerja Hasil outcome lagging measurements, 2 pengendali kinerja performance driver leading measurements. Semua program BSC menggunakan ukuran-ukuran generik tertentu, yang terdiri dari : 1 perspektif finansial digunakan ukuran generik: ROI Return on Investment dan EVA Economic Value Added, 2 perspektif pelanggan: kepuasan, retention, pasar, dan account share, 3 perspektif Posisi Sekarang Keadaan Keadaan Yang Sekarang Akan Datang Baseline Sasaran Baseline Target Kinerja Keseluruhan Pengukuran Kinerja proses bisnis internal digunakan ukuran generik: kualitas, waktu tanggap, biaya, dan pengenalan produk baru, 4 perspektif pembelajaran dan pertumbuhan digunakan ukuran generik kepuasan karyawan dan kesediaan sistem informasi. Ukuran-ukuran generik cenderung meskipun tidak semua merupakan ukuran-ukuran hasil outcome yang merefleksikan sasaran umum banyak strategi dan struktur serupa sepanjang proses industri atau lingkup perusahaan. Ukuran-ukuran outcome generik cenderung menjadi lag indicator. Sedangkan pengendali kinerja cenderung menjadi unik untuk unit bisnis tertentu. Suatu BSC yang baik harus memiliki campuran atau kombinasi ukuran-ukuran outcome dan pengendali kinerja Gaspersz, 2006. Menurut Mulyadi 2007 penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal berikut : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawannya seperti promosi, pemberhentian dan mutasi. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerjanya. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.4. Konsep Balanced Scorecard