111
Padang anggota bergabung bersama SPI, tingkat kemampuan mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mengalami peningkatan menjadi lebih
baik, dan lebih mudah bila dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup disaat mereka belum bergabung bersama SPI.
D. Kesehatan
TABEL 5.31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Memberikan
Jaminan Kesehatan Terhadap Keluarga Sebelum Bergabung Bersama SPI
No Tingkat Kemampuan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Mudah
- -
2 Cukup Mudah
6 21
3 Cukup Sulit
20 69
4 Sangat Sulit
3 10
Total 29
100 Sumber : Data Kuesioner Agustus 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.31 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan yang cukup sulit untuk memberikan
jaminan kesehatan terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI, yaitu sebanyak 20 responden 69 dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti
dengan 6 responden 21 yang memiliki tingkat kemampuan yang cukup mudah untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga sebelum bergabung
bersama SPI. Terdapat 3 responden 10 yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat sulit, dan tidak terdapat responden yang memiliki tingkat kemampuan
yang sangat mudah untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI.
112
Maka berdasarkan uraian tersebut dan hasil observasi disaat melakukan penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebelum masyarakat Desa Huta
Padang anggota bergabung bersama SPI, cukup sulit bagi mereka untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga seperti membeli obat, berobat
ke rumah sakit atau pengobatan tradisional. Meskipun sebagian kecil dari mereka lebih mudah untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarganya sebelum
bergabung bersama SPI.
TABEL 5.32 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Memberikan
Jaminan Kesehatan Terhadap Keluarga Setelah Bergabung Bersama SPI
No Tingkat Kemampuan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Mudah
3 10
2 Cukup Mudah
24 83
3 Cukup Sulit
2 7
4 Sangat Sulit
- -
Total 29
100 Sumber : Data Kuesioner Agustus 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.32 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan yang cukup mudah untuk memberikan
jaminan kesehatan terhadap keluarga setelah bergabung bersama SPI, yaitu sebanyak 24 responden 83 dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti
dengan 3 responden 10 yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat mudah untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga setelah bergabung
bersama SPI. Akan tetapi terdapat 2 responden 7 yang memiliki tingkat kemampuan yang cukup sulit, namun tidak terdapat responden yang memiliki
tingkat kemampuan yang sangat sulit untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI.
113
Maka berdasarkan uraian tersebut dan hasil observasi disaat melakukan penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa setelah masyarakat Desa Huta
Padang anggota bergabung bersama SPI, tingkat kemudahan mereka untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga seperti membeli obat, berobat
ke rumah sakit atau pengobatan tradisional menjadi lebih mudah bila dibandingkan dengan disaat mereka sebelum bergabung bersama SPI. Hal tersebut
juga berkorelasi dengan meningkatnya tingkat penghasilan masyarakat Desa Huta Padang anggota setelah mereka bergabung bersama SPI.
TABEL 5.33 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Upaya
Peningkatan Gizi Terhadap Keluarga Sebelum Bergabung Bersama SPI
No Tingkat Kemampuan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Mudah
- -
2 Cukup Mudah
9 31
3 Cukup Sulit
16 55
4 Sangat Sulit
4 14
Total 29
100 Sumber : Data Kuesioner Agustus 2015
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 5.33 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan yang cukup sulit dalam upaya
peningkatan gizi terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI, yaitu sebanyak 16 responden 55 dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti
dengan 9 responden 31 yang memiliki tingkat kemampuan yang cukup mudah dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI.
Terdapat 4 responden 14 yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat sulit, dan tidak terdapat responden yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat
114
mudah dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga sebelum bergabung bersama SPI.
Maka berdasarkan hasil observasi dan uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebelum masyarakat Desa Huta Padang anggota bergabung
bersama SPI, cukup sulit bagi mereka untuk mengupayakan peningkatan gizi bagi keluarga mereka. Meskipun sebagian dari mereka lebih mudah untuk memberikan
peningkatan gizi terhadap keluarganya sebelum bergabung bersama SPI.
TABEL 5.34 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Upaya
Peningkatan Gizi Terhadap Keluarga Setelah Bergabung Bersama SPI
No Tingkat Kemampuan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Mudah
2 7
2 Cukup Mudah
26 90
3 Cukup Sulit
1 3
4 Sangat Sulit
- -
Total 29
100 Sumber : Data Kuesioner Agustus 2015
Dari data yang diperoleh pada tabel 5.34 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan yang cukup mudah dalam upaya
peningkatan gizi terhadap keluarga setelah bergabung bersama SPI, yaitu sebanyak 26 responden 90 dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti
dengan 2 responden 7 yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat mudah dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga setelah bergabung bersama SPI.
Akan tetapi terdapat 1 responden 3 yang memiliki tingkat kemampuan yang cukup sulit, namun tidak terdapat responden yang memiliki tingkat kemampuan
115
yang sangat sulit dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga setelah bergabung bersama SPI.
Maka berdasarkan uraian tersebut dan hasil observasi disaat melakukan penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa setelah masyarakat Desa Huta
Padang anggota bergabung bersama SPI, tingkat kemudahan mereka dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga menjadi jauh lebih mudah bila
dibandingkan disaat mereka sebelum bergabung bersama SPI. Meningkatnya kemampuan mereka dalam upaya peningkatan gizi terhadap keluarga juga
berkorelasi dengan meningkatnya tingkat penghasilan mereka setelah bergabung
bersama SPI. 5.2.4.
Analisis Kuantitatif
Untuk analisis data secara kuantitatif, seperti yang telah dijelaskan pada bab III, bahwa teknik analisis data yang digunakan adalah uji t. Uji t sering
digunakan untuk menguji sampel dengan subjek yang sama yang mengalami dua perlakuan sebelum dan sesudah.
Keterangan : t
= Nilai mean kelompok sampel D
= Perbedaan skor antar subjek D
2
= Kuadarat perbedaan skor N
= Sampel
116
∑D = jumlah keseluruhan selisih nilai X
1
perlakuan pertama dan X
2
perlakuan kedua ∑D
2
= jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan kedua.
- Uji t tentang kemampuan mendapatkan pendidikan formal
∑D = -24
∑D
2
= 24 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−24 �
2924− −24
2
29- 1 N−1
=
−24 �
696−576 28
1 �−1
t =
−24 √4,28
N−1
=
−24 2,06
t = −11,65
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -11,65 2,0484 dan nilai t= -11,65 berada didaerah
Ho ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan + 2,0484 sehingga signifikan
pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang
117
signifikan terhadap kemampuan masyarakat tani Huta Padang dalam memperoleh pendidikan formal.
- Uji t tentang kemampuan mendapatkan pendidikan informalnon
formal
∑D = -39
∑D
2
= 70 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−39 �
2970− −39
2
29- 1 N−1
=
−39 �
2030−1521 28
1 �−1
t =
−39 √18,17
N−1
=
−39 4,26
t = −9,15
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -9,15 2,0484 dan nilai t= -9,15 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang
118
signifikan terhadap kemampuan masyarakat tani Huta Padang dalam memperoleh pendidikan informalnon formal.
- Uji t tentang penguasaan tanah lahan pertanian
∑D = -40
∑D
2
= 70 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−40 �
2970− −40
2
29- 1 N−1
=
−40 �
2030−1600 28
1 �−1
t =
−40 √15,35
N−1
=
−40 3,91
t = −10,23
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -10,23 2,0484 dan nilai t= -10,23 berada didaerah
Ho ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap penguasaan tanah lahan masyarakat tani Huta Padang.
119
- Uji t tentang kemudahan memperoleh alat produksi
∑D = -33
∑D
2
= 49 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−33 �
2949− −33
2
29- 1 N−1
=
−33 �
1421−1089 28
1 �−1
t =
−33 √11,85
N−1
=
−33 3,44
t = −9,59
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -9,59 2,0484 dan nilai t= -9,59 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap tingkat kemudahan masyarakat tani Huta Padang dalam
memperoleh alat produksi.
120
- Uji t tentang kondisi pemasaran hasil pertanian
∑D = -26
∑D
2
= 32 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−26 �
2932− −26
2
29- 1 N−1
=
−26 �
928−676 28
1 �−1
t =
−26 √9
N−1
=
−26 3
t = −8,66
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -8,66 2,0484 dan nilai t= -8,66 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap pemasaran hasil pertanian masyarakat tani Huta Padang.
121
- Uji t tentang hasil produksi pertanian
∑D = -39
∑D
2
= 67 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−39 �
2967− −39
2
29- 1 N−1
=
−39 �
1943−1521 28
1 �−1
t =
−39 √15,07
N−1
=
−39 3,88
t = −10,05
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -10,05 2,0484 dan nilai t= -10,05 berada didaerah
Ho ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap hasil produksi pertanian masyarakat tani Huta Padang.
122
- Uji t tentang tingkat penghasilan dalam sebulan
∑D = -36
∑D
2
= 53 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−36 �
2953− −36
2
29- 1 N−1
=
−36 �
1537−1296 28
1 �−1
t =
−36 √8,60
N−1
=
−36 2,93
t = −12,28
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -12,28 2,0484 dan nilai t= -12,28 berada didaerah
Ho ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap penghasilan perbulan masyarakat tani Huta Padang.
123
- Uji t tentang kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup
∑D = -27
∑D
2
= 39 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−27 �
2939− −27
2
29- 1 N−1
=
−27 �
1131−729 28
1 �−1
t =
−27 √14,35
N−1
=
−27 3,78
t = −7,14
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -7,14 2,0484 dan nilai t= -7,14 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap kemampuan masyarakat tani Huta Padang dalam pemenuhan
kebutuhan hidup.
124
- Uji t tentang kemampuan dalam memberikan jaminan kesehatan
keluarga ∑D
= -27 ∑D
2
= 34 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−27 �
2934− −27
2
29- 1 N−1
=
−27 �
986−729 28
1 �−1
t =
−27 √9,17
N−1
=
−27 3,02
t = −8,94
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -8,94 2,0484 dan nilai t= -8,94 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap kemampuan masyarakat tani Huta Padang dalam memberikan
jaminan kesehatan bagi keluarga.
125
- Uji t tentang kemampuan dalam upaya peningkatan gizi keluarga
∑D = -25
∑D
2
= 33 N
= 29
t =
∑ D �
N ∑ D
2
− ∑ D
2
N- 1 N−1
t =
−25 �
2933− −25
2
29- 1 N−1
=
−25 �
957−625 28
1 �−1
t =
−25 √11,85
N−1
=
−25 3,44
t = −7,26
dk= n-1 = 29-1 = 28 Nilai kritis untuk t dalam dk
= 28 pada level kofiden α total 0,05 = 2,0484. Maka hasil t sebesar -7,26 2,0484 dan nilai t= -7,26 berada didaerah Ho
ditolak karena menggunakan uji dua sisi yaitu -2,0484 dan 2,0484 sehingga signifikan pada α total 0,05. Maka Ho ditolak dan H+ diterima. Berdasarkan
hipotesis peneliti terdapat dampak kaderisasi SPI Basis Simpang Kopas yang signifikan terhadap kemampuan masyarakat tani Huta Padang dalam upaya
peningkatan gizi bagi keluarga.
126
5.2.5. Analisis Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani