Defenisi Operasional Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

42

2.11.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai suatu konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benarbenar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka. Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variable dapat diukur Siagian, 2011:141. Adapun yang menjadi defenisi operasional yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Variabel bebas atau disebut juga X adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variable kedua Nawawi, 1998:57. Dalam penelitian ini yang menjadi variable X adalah kaderisasi Serikat Petani Indonesia SPI Basis Simpang Kopas, adapun pelaksanaan dari kaderisasi tersebut meliputi : a. Pendidikan Massa, yang merupakan segala aktivitas yang mengandung nilai informasi dan mendidik yang berhubungan langsung dengan massa internal dan eksternal SPI, biasanya dikategorikan sebagai aktivitas penyuluhan, pengorganisasian dan pemberdayaan. Media pendidikan ini dapat dilakukan secara rutin dan temporer, seperti demonstrasi, rapat, diskusi, seminar, dan praktek-praktek perjuangan dan kegiatan petani lainnya. 43 b. Pendidikan DasarPerkenalan Organisasi, yang merupakan proses belajar mengajar materi dasar yakni mengenal organisasi secara umum untuk anggotaanggota pemula yang dilangsungkan secara rutin di tingkat basis. c. Pendidikan Kader, yang merupakan pendidikan berjenjang yang diselenggarakan sebagai upaya melahirkan kader-kader yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam menerjemahkan kinerja organisasi dan perjuangan. Adapun jenjang kaderisasinya ialah ; - Kader E : mereka yang terdaftar dalam keanggotaan SPI yang dikeluarkan oleh DPC dan telah lulus pelatihan ke-SPI-an tingkat Satu. - Kader D : mereka yang terdaftar dalam keanggotaan SPI yang dikeluarkan oleh DPW dan telah lulus pelatihan ke-SPI-an tingkat Dua. - Kader C : mereka yang terdaftar dalam keanggotaan SPI yang dikeluarkan oleh DPW dan telah lulus pelatihan ke-SPI-an tingkat Tiga. - Kader B : mereka yang terdaftar dalam keanggotaan SPI yang dikeluarkan oleh DPP dan telah lulus pelatihan ke-SPI-an tingkat Empat kader inti. - Kader A : mereka yang terdaftar dalam keanggotaan SPI yang dikeluarkan oleh DPP dan telah lulus pelatihan ke-SPI-an tingkat Lima kader inti. 44 d. Pendidikan KeahlianPelatihan, yang merupakan pendidikan di lingkungan SPI yang mengajarkan keterampilan-keterampilan teknis seperti : budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian, keterampilan administrasi keuangan, jurnalistik, dan lain-lain. B. Variabel terikat atau disebut juga Y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain Nawawi, 1998:57. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani, sebelum dan sesudah bergabung bersama Serikat Petani Indonesia SPI Basis Simpang Kopas di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan. Sosial Ekonomi masyarakat tani tersebut meliputi: a. Pendidikan formal, informal, maupun non formal merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. b. Sistem produksi merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi. Beberapa elemen tersebut antara lain adalah alat produksi, hubungan produksi, dan hasil produksi. Bagi petani sendiri yang menjadi alat produksi utama adalah lahan tanah. 45 c. Penghasilan, yang dalam hal ini tingkat penghasilan bagi petani yang diukur berdasarkan hasil produksi pertanian, pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. d. Kesehatan merupakan kemampuan memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga. Indikator yang digunakan adalah kemampuan membeli obat-obatan, peningkatan gizi, dan kemampuan untuk berobat ke rumah sakit, puskesmas atau pengobatan tradisional. 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala yang terjadi. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat Prasetyo dan Janah, 2005:43. Dalam hal ini adalah dampak pelaksanaan kaderisasi Serikat Petani Indonesia SPI Basis Simpang Kopas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan. Mayoritas masyarakat di Desa Huta Padang berprofesi sebagai petani. Di lokasi penelitian ini juga telah terbentuk Dewan Pengurus Basis DPB Serikat Petani Indonesia SPI yaitu DPB SPI Simpang Kopas, sebagai wadah gerakan petani dalam roda organisasi yang terorganisir dan administratif.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, atau sekelompok orang masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

3 104 158

Pengaruh Penetapan Ibukota Kecamatan Terhadap Perkembangan Desa Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan Tahun 1964-1968

2 28 92

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

3 62 209

KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA DI KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE.

1 10 51

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 1 14

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 2

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 21

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

1 7 50

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 5

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 6