24
2.4. Petani
2.4.1. Pengertian dan Kehidupan Petani
Petani menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Kehidupan petani identik dengan kehidupan
pedesaan. Amri Marzali membedakannya menjadi peladang atau pekebun, peisan dari bahasa Inggris Peasant, dan petani pengusaha atau farmer. Sebagian besar
petani yang ada di Indonesia merupakan peisan atau petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan pertanian yang mereka miliki.
Petani peladang atau pekebun menurut Dobby 1954, merupakan tahap yang istimewa dalam evolusi dari berburu dan meramu sampai pada bercocok
tanam yang menetap. Keistimewaan itu kelihatannya terdiri dari ciri-ciri hampa seperti tidak adanya hubungan dengan usaha pedesaan dan sangat sedikitnya
produksi yang mempunyai arti penting bagi perdagangan. Gourou 1956, secara garis besar menguraikan empat ciri perladangan: 1 dijalankan di tanah tropis
yang kurang subur; 2 berupa teknik pertanian yang elementer tanpa menggunakan alat-alat kecuali kampak; 3 kepadatan penduduk rendah; dan 4
menyangkut tingkat konsumsi yang rendah. Pelzer 1957, menyatakan bahwa petani peladang ini ciri-cirinya juga ditandai dengan tidak adanya pembajakan,
sedikitnya masukan tenaga kerja dibandingkan dengan cara bercocok tanam yang lain, tidak menggunakan tenaga hewan ataupun pemupukan, dan tidak adanya
konsep pemilikan tanah pribadi. Konsep mengenai peasant atau petani kecil sekurang-kurangnya mengacu
pada tiga pengertian yang berbeda. Konsep pertama mengacu pada pandangan Gillian Hart 1986, Robert Hefner 1990, dan Paul Alexander dkk 1991, yang
25
menyatakan bahwa istilah peasant ditujukan kepada semua penduduk pedesaan secara umum, tidak peduli apapun pekerjaan mereka. Konsep kedua mengacu
pada pandangan James C. Scott 1976 dan Wan Hashim 1984, yang menyatakan bahwa peasant tidak mencakup seluruh pedesaan, tetapi hanya
terbatas kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja. Konsep ketiga atau terakhir mengacu pada pandangan Eric Wolf yang kemudian diikuti
oleh Frank Ellis 1988, yang menyatakan bahwa peasant ditujukan untuk menunjukkan golongan yang lebih terbatas lagi, yaitu hanya kepada petani yang
memiliki lahan pertanian, yang menggarap sendiri lahan tersebut untuk mendapatkan hasil yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya, bukan
untuk dijual, atau yang di Indonesia biasa disebut sebagai petani pemilik penggarap Witrianto witrianto.blogdetik.com : 2832015 pukul 20.48 WIB.
Konsep mengenai farmer atau petani kaya adalah petani-petani kaya yang lebih mempunyai kecenderungan untuk menanamkan kembali modalnya didalam
kegiatan usaha tani capital oriented. Mereka lebih mempunyai bentuk-bentuk lembaga ekonomi yang lebih modern seperti bank koperasi desa, BUUD, dan lain-
lain. Selanjutnya oleh karena adanya kemampuan ekonomi yang lebih besar terjadi kecenderungan menumpuknya tanah kepada mereka dengan beli ataupun
sewa Sediono Wiradi, 2008: 323. Peasant atau yang biasa juga disebut sebagai petani kecil, merupakan
golongan terbesar dalam kelompok petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Ciri-ciri petani yang tergolong sebagai peasant adalah sebagai mengusahakan
pertanian dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat, mmpunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah, bergantung
26
seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten, kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dab pelayanan lainnya Soekartawi, 1986: 1.
Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil ialah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia mengusahakan pertanian. Pada umumnya
mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya selalu tidak subur dan terpisah-
pisah dalam beberapa petak. Mereka mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kesehatan yang sangat rendah. Mereka sering terjerat oleh
hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama, yaitu memiliki sumberdaya yang
terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara bekerjanya tidak sama. Oleh karena itu, petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba sama,
walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil witrianto.blogdetik.com :
2732015 pukul 20.55 WIB. 2.4.2.
Kaum Tani : Masyarakat Terbelah
Struktur soisal kaum tani dan masyarakat-masyarakat yang menyerupai petani meliputi hubungan pengaruh cultural dan contoh antara belahan elite dan
belahan petani dari seluruh sistem sosial yang lebih besar. Tidak ada gunanya melukiskan hubungan ini hanya sebagai hubungan antara penguasa dengan yang
dikuasai atau yang pengisap dan yang dihisap, meskipun unsure-unsur ini kelihatannya ada. Mereka yang mempelajarinya juga mau melukiskan prestise dan
penghinaan, rasa superioritas atau inferioritas, dan contoh-contoh keistimewaan yang harus disamai atau kerendahan yang harus dihindari yang bisa saja ada
didalam hubungan antara petani dan elite.
27
Orang yang terdidik, yang kehidupannya sebagian didalam komunitas lokal dan sebagian didalam lingkungan yang lebih urban sekurang-kurangnya
secara mental menganggap remeh petani. “Oh what a rogue and peasant slave am I”, demikian teriak Hamlet di dalam salah satu dari berbagai cara yang sering
digunakan untuk menghina dirinya sendiri. Diseluruh dunia kata-kata itu dipakai untuk orang desa oleh orang kota yang berarti penghinaan, sikap rendah diri, atau
dan inilah lawan dari sikap tersebut suatu kekaguman tertentu terhadap kebaikan dari yang sederhana, yang primitif, dan yang tabah. Di pihaknya petani mengakui
rasa rendah dirinya yang relatif misalnya dalam kebudayaan dan prilaku akan tetapi secara alamiah mengklaim kebijakan yang diberikan kepadanya dan melihat
orang kota sebagai penganggur, atau palsu, dan boros. Dia melihat dirinya rendah dalam hubungan dengan kebudayaan umum akan tetapi meskipun demikian
dengan sebuah cara hidup yang secara moral lebih tinggi daripada orang kota. Komunitas primitif terasing tampak bagi orang yang mempelajari struktur
sosial sebagai suatu sistem yang lebih sederhana dan lebih kecil, dimana hubungan sosial adalah kompak, setara, dan sebagain besar personal. Dengan
pertumbuhan dan persebaran kebudayaan hubungan sosial meluaskan dirinya ke luar dari komunitas setempat, kehilangan kongruensinya sebagaimana di dalam
perkembangan bidang kegiatan industri, dan mengembangkan banyak ragam hubungan impersonal dan formal. Di dalam masyarakat petani terlihat
penyesuaian yang relatif stabil dan secara sangat kasar tipikal antara kehidupan lokal dan nasional atau feodal, suatu sistem sosial yang maju dan lebih besar
dimana ada dua kebudayaan didalam satu kebudayaan, satu sistem sosial yang terdiri dari belahan atas dan bawah. Hubungan sosial kedua belahan tersebut harus
28
ditekankan. Sjoberg mengatakan “elite memamerkan kepada petani prestasi yang dinilai sangat tinggi, memberikan kepada sistem sosial petani dengan suatu
pembenaran yang luar biasa untk eksistensi dan kelangsungan hidupnya”. Imam dan senator dalam paroki Kanada Perancis, intelligentsia di desa
Bulgaria dan Senoritos di Andalusia, di komunitas petani di India Timur kaum pundits dan guru, menunjukkan dengan contoh-contohnya dan menderita dengan
ajarannya tentang suatu versi lain dan yang lebih tinggi tentang kehidupan tani sebagai suatu lingkaran kecil yang bertumpang-tindih dengan kebudayaan yang
jauh lebih besar dan kurang jelas batasannya, atau dapat dibayangkan bahwa kehidupan petani sebagai lingkaran lebih rendah yang melingkar naik ke dalam
spiral kebudayaan yang menyebar ke atas. Bila yang mempelajari masyarakat petani harus melukiskan hubungan sosial masyarakat tersebut, maka dia akan
mempelajari hubungan sosial yang menghubungkan dimensi kebudayaan yang lebih tinggi kepada dimensi yang lebih rendah atau dimensi petani Redfield,
1985: 49-50. 2.4.3.
Kepentingan Kelas Petani
Masyarakat terdiri atas golongan-golongan atau disebut juga kelas-kelas. Ada kelas buruh, kelas pedagang, kelas pemilik modal atau kapitalis, dan lain-
lain. Petani adalah sebuah golongan atau kelas tertentu dalam masyarakat, yang hidupnya langsung dari pokok usahanya di lapangan, dari penghasilan pertanian
dengan mengerjakan tanah. Karena masyarakat Indonesia mayoritas terdiri dari kaum tani, maka peninjauan atas masalah kemakmuran rakyat harus diproritaskan
kepada masalah pertanian.
29
Setiap kelas memiliki kepentingannya sendiri, yang berbeda dengan kepentingan kelas lainnya. Kepentingan kelas petani ialah terjaminnya segala
unsur yang berkaitan langsung dengan kelangsungan kemakmuran hidupnya sebagai petani. Bila dikelompokkan, maka ada tiga pokok kepentingan kelas
petani Konsorsium Pembaruan Agraria, Seri Panduan Organisasi Tani–8, Kader Petani, 1998: 5, yaitu :