pagi dan jajanan sekolah. Faktor ini dapat dimasukkan ke dalam faktor endogen atau eksogen karena keduanya berkaitan erat dengan lingkungan
pendidikannya.
29
3. Hakikat Pembelajaran Kimia
Kimia merupakan ilmu yang mengkaji tentang sifat zat, dan secara khusus mempelajari reaksi yang merubah suatu zat menjadi zat lain. Kimia
menyediakan pedoman untuk menyesuaikan beberapa kebutuhan atau penerapan khusus dan membuat bahan yang benar-benar baru yang di
rancang sejak awal agar memiliki sifat tertentu yang diinginkan.
30
Dari pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa hakikat dari pembelajaran kimia adalah mengembangkan hal yang bersifat gejala-
gejala alam yang berkaitan dengan zat untuk dicari kegunaannya dimasa depan. Diharapkan dalam mempelajari ilmu kimia siswa dapat
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan zat dalam kehidupan nyata. Agar kimia menjadi lebih bermanfaat bagi manusia.
4. Hakikat Laju Reaksi
a. Kemolaran
Molaritas dinyatakan dengan lambang M, adalah jumlah mol suatu zat yang terlarut dalam tiap liter larutan, dengan satuan molL.
31
Kemolaran berkaitan dengan jumlah mol dan volume larutan. Hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut.
32
Keterangan: M = Kemolaran mol L
-1
V = Volume larutan L n
= Jumlah zat terlarut mol
29
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, 2003, h. 103-104
30
Oxtoby David W., dkk, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Jakarta: Erlangga 2001 h.4
31
Michael Purba, SMA Kimia Kelas XI Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 94
32
Michael Purba, SMA Kimia Kelas XI Jilid 2..., h. 94
V n
M
Jika zat terlarut dinyatakan dalam satuan gram, dan volume larutan dinyatakan dalam mL atau cm
3
, kemolaran dapat dirumuskan sebagai berikut.
33
Untuk memperoleh kemolaran yang lebih kecil perlu dilakukan pengenceran sehingga volume larutan menjadi besar. Dalam proses
pengenceran, jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Perhitungan yang digunakan dalam proses pengenceran dirumuskan sebagai berikut.
34
Keterangan: V
1
= Volume larutan sebelum diencerkan atau volume larutan pekat yang dipipet
M
1
= Kemolaran larutan sebelum diencerkan V
2
= Volume larutan setelah diencerkan M
2
= Kemolaran setelah diencerkan
b. Konsep Laju Reaksi
Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau
bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu
35
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi membentuk produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, jumlah reaktan yang
bereaksi akan semakin berkurang. Sebaliknya, jumlah yang terbentuk akan semakin bertambah.
Dengan demikian, laju reaksi yaitu laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah
33
Michael Purba, SMA Kimia Kelas XI Jilid 2..., h. 94
34
Michael Purba, SMA Kimia Kelas XI Jilid 2..., h. 95
35
Sandri Justiana, Chemistry for senior high school year XI, Jakarta: Yudistira, 2009, h. 108
V
1
x M
1
= V
2
x M
2
M =
V 1000
X Mr
m
satu produk dalam satu satuan waktu. Berdasarkan penjelasan, laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
36
V= atau
Keterangan: V = Laju reaksi
∆[R] = Perubahan konsentrasi molar pereaksi ∆[P] = Perubahan konsentrasi molar produk
= Laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi dalam
satu satuan waktu.
= Laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk
dalam satu satuan waktu.
c. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi hanya dapat dijelaskan melalui percobaan, tidak bisa hanya dilihat dari koefisien reaksinya. Adapun persamaan laju
reaksi:
37
a A + bB cC + dD
V = k [A]
m
[B]
n
Keterangan: v = Laju reaksi
m = Orde reaksi zat A k = Konstanta laju reaksi
n = Orde reaksi zat B [A] = Konsentrasi zat A
[B] = Konsentrasi zat B
d. Orde Reaksi
Orde reaksi adalah pangkat bilangan pada konsentrasi reaktan yang mempengaruhi laju reaksi. Orde reaksi ditetapkan berdasarkan hasil
percobaan dan bukan koefisien reaksinya. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi
meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
m
q
= n
36
Michael Purba, SMA Kimia Kelas XI Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 10
37
Yohannes S. Dan E. Adi krisbiyantoro S.T, Mahir Kimia, Jakarta: Kendi Mas Media, 2009, h. 56
Keterangan: q = Orde reaksi
m = Kenaikkan konsentrasi n = Kenaikan laju reaksi
e.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Pada dasarnya, laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya luas permukaan, suhu, konsentrasi, dan katalis.
1 Luas permukaan Zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan untuk massa zat padat yang sama. Terdapat cara yang sederhana
untuk memahami pernyataan ini. Tujuan reaksi antara besi dengan asam sulfat H
2
SO
4
. Besi dalam bentuk serbuk akan bereaksi lebih cepat dengan asam sulfat dibandingkan dengan besi dalam bentuk batangan
misalnya paku. 2 Suhu
kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik, maka partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor
energi, sehingga energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semakin banyak patikel yang
mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi. 3 Konsentrasi
Bagaimanakah konsentrasi mempengaruhi laju suatu reaksi? Dalam hal ini, meningkatan konsentrasi zat-zat pereaksi dalam bentuk larutan
akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikel-partikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua
partikel yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. 4 Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis
dapat menghasilkan perubahan dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi akan menyebabkan reaksi tersebut berlangsung
dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam
menurunkan harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan
reaksi zat tanpa katalis.
38
5. Penelitian yang Relevan
Sebelum meneliti tentunya peneliti mencari terlebih dahulu penelitian-penelitian terdahulu mengenai model pembelajaran inkuiri
terbimbing, agar penelitian yang akan dilakukan memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat. Dengan pertimbangan di atas maka peneliti menuliskan
berbagai penelitian terdahulu antara lain: Penelitian Hermelina Abarva 2004
dalam artikel “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa
SMU NEGERI III Ambon ”. Hasilnya bahwa mengajar dengan
menggunakan metode inkuiri sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada bidang studi biologi dari pada mengajar hanya
dengan menggunakan metode ceramah.
39
Penelitian Diah Aryulina 2005 dalam artikel “Pengembangan
Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Praktikum Sains di Perguruan Tinggi
”. Hasilnya strategi ini cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan ilmiah yang ditunjukkan dari hasil kerja mahasiswa pada
peta konsep, diagram vee, dan laporan praktikum. Mahasiswa memberikan tanggapan sikap yang positif terhadap strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing.
40
38
Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMAMA Kelas XI Semester 1 dan 2, Bandung: Yrama Widya, 2008, h. 153-180
39
Hermelina Abarva, “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Biologi Pada Siswa SMU NEGERI III Ambon ”, dalam Jurnal kependidikan vol
12 November 2004, h.114-119
40
Diah Aryulina, “Pengembangan strategi Pembelajaran Inkuiri untuk praktikum sains di perguruan tinggi
” dalam jurnal JPMIPA, vol 6 nomor 2, Juli 2005, h. 55-102