Variabel Penelitian Hipotesis Statistik

4. Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam membedakan kelompok-kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. Rumus daya beda: 13 D = Ba-Bb 0,5 N Keterangan : Ba = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas Bb = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah N = Jumlah peserta tes

b. Instrumen Non Tes

Penggunaan non tes ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini oleh lembar observasi dan wawancara. Sebagaimana instrumen tes, instrumen non tes juga harus memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang dipenuhi oleh instrumen non tes berbeda dengan instrumen tes. Instrumen non tes lembar observasi pengujian kelayakannya dengan ahli saja. Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan pertimbangan kajian teoritis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan kepada dosen dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen non tes layak untuk digunakan.

F. Teknik Analisis Data

Karena terdapat dua buah data yang diperoleh dari instrumen tes dan non tes, maka terdapat dua buah teknik analisis data. data dari hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur konsep kemampuan siswa setelah proses pembelajaran. Data dari hasil observasi akan dianalisis untuk mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan model guided inquiry pada kelompok eksperimen dan data hasil wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran. 13 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi..., h.104

1. Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-t, yakni tes statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 14 Sebelum data dianalisis akan terlebih dahulu dilakukan pengujian awal, yaitu:

a. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah u ji liliefors dengan taraf signifikan α = 0.05. Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 15 1 Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar Tentukan nilai dengan: Z i = skor baku X = nilai rata-rata X i = skor rata-rata S = simpangan baku 2 Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z i berdasarkan table Z i dan sebut dengan FZ i dengan aturan: Jika Z i 0, maka FZ i = 0.5 + nilai table Jika Z i 0, maka FZ i = 0.5 - nilai table 3 Hitung proporsi Z 1, Z 2,….., Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i , maka proporsi ini dinyatakan oleh SZ i , maka: 14 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakararta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 278 15 Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 466 S X X i i Z   SZ i = banyaknya Z 1 , Z 2 , ….Z n yang ≤ Z i dibagi n 4 Hitung selisih FZ i – SZ i , kemudian tentukan harga mutlaknya. 5 Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini dinamakan L o . 6 Memberikan interpretasi, L o dengan membandingkan dengan L t . L t adalah harga yang diambil dari table harga kritis uji liliefors. 7 Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L o dan L t , yang telah didapat. Apabila L o L t , maka sampel berasal dari distribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 16 1 Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok. 2 Tentukan F hitung dengan F hitung = terkecil terbesar varians varians 3 Tentukan taraf nyata yang digunakan. 4 Tentukan db pembilang varians terbesar dan db penyebut varians terkecil. 5 Tentukan kriteria pengujian Jika F hitung ≤ F tabel , maka H o diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. Jika F hitung F tabel , maka H o ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.

b. Pengujian hipotesis

Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji parametrik untuk menguji hipotesis dengan rumus uji-t dengan taraf signifikansi α = 0.05. Dengan rumus sebagai berikut: 17 16 Sudjana, Metode Statistika..., h. 249     2 1 1 2 1 2 2 1 1      n n v n v n 2 1 1 1 2 1 n n dsg X X t    dengan dsg = Keterangan:  1 X Rata-rata data kelompok eksperimen  2 X Rata-rata data kelompok kontrol dsg = Nilai deviasi standar gabungan n 1 = Banyaknya data kelompok eksperimen n 2 = Banyaknya data kelompok kontrol v 1 = Varians data kelompok eksperimen v 2 = Varians data kelompok kontrol.

2. Teknik Analisis Data Hasil Non Tes

Data Hasil Observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan pembelajaran dikelas selama diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri. Sedangkan Pedoman wawancara setelah pembelajaran terhadap guru dan siswa. Adapun jenis wawancaranya terstruktur di mana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu. Wawancara siswa meliputi tiga kategori siswa yang tinggi, sedang dan bawah, dengan perwakilan tiga orang perkategori. Wawancara untuk mendapatkan informasi, evaluasi serta saran terhadap penelitian yang telah dilakukan peneliti.

G. Hipotesis Statistik

H o : µA = µB H a : µA µB µA = Rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia laju reaksi. µB = Rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa yang tidak menggunakan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia laju reaksi. 17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 181 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Deskripsi Data

1. Hasil belajar eksperimen dan kontrol

Berdasarkan tujuan yang dirumuskan, data yang telah terkumpul data posttest dari 70 siswa yang terdiri dari kelas eksperimen yaitu menggunakan inkuiri terbimbing sebanyak 35 siswa dan kelas kontrol yaitu menggunakan konvensional sebanyak 35 siswa. Hasil perhitungan data penelitian mengenai tes posttest pada kelompok eksperimen dari 35 siswa yang dijadikan sampel, diperoleh data skor terendah 50 dengan jumlah siswa yang mendapat skor terendah pada interval 50 sampai 56 sebanyak 3 siswa 8,57. Sedangkan skor tertinggi 94 dengan jumlah siswa yang mendapatkan skor tertinggi pada interval 92 sampai 98 sebanyak 1 siswa 2,86. Skor terbanyak berada pada interval 78 sampai 84 sebanyak 9 siswa 25,71, skor rata-rata sebesar 72,6 dengan siswa yang mendapatkan skor dibawah rata-rata sebanyak 17 siswa 48,57, dan standar deviasi sebesar 11,74. Hasil perhitungan data posttest pada kelompok kontrol dari 35 siswa yang dijadikan sampel, diperoleh data skor terendah 38 dengan jumlah siswa yang mendapat skor terendah pada interval 38 sampai 44 sebanyak 2 siswa 5,71. Sedangkan skor tertinggi 82 dengan jumlah siswa yang mendapatkan skor tertinggi pada interval 82 sampai 88 sebanyak 1 siswa 2,86. Skor terbanyak berada pada interval 52 sampai 58 sebanyak 10 siswa 28,57, skor rata-rata sebesar 60,8 dengan siswa yang mendapatkan skor dibawah rata-rata sebanyak 16 siswa 48,57, dan standar deviasi sebesar 10,53. 1 1 Lampiran 15, h.141 Tabel 4.1. Desksipsi data posttest hasil belajar No Deskripsi Eksperimen Kontrol 1. Nilai maksimum 94 82 2. Nilai minimum 50 38 3. Mean 72,6 60,8 4. Modus 81,7 49,75 5. Median 84,55 55,35 6. Standar devisiasi 11,74 10,53

B. Data Kualitatif 1.

Lembar Observasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pembelajaran model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diketahui dari rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dan lembar observasi aktivitas guru yang memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah diobservasi oleh observer. Adapun hasil observasi kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan pada saat implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu dua jam setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama dilakukan tahapan inkuiri yaitu tahap pertanyaan dan tahap penyelidikan. Pada pertemuan kedua kumpulkan data praktikum dilakukan dilaboratorium dan tahap menarik kesimpulan. Pertemuan ketiga yaitu tahap komunikasi hasil. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi guru terhadap keterlaksanaan pembelajaran inkuiri selama pembelajaran. Adapun data lengkapnya dilampiran. 2 2 Lampiran 6 , h. 115 Tabel 4.2 Lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran No Tahapan yang diamati Skor hasil 1. Persiapan sebelum pembelajaran 100 2. Fase 1: Pertanyaan 83,33 3. Fase 2: Penyelidikan 94,44 4. Fase 3: Kumpulkan data praktikum 80,95 5. Fase 4: Menarik kesimpulan 100 6. Fase 5: Komunikasi hasil 91,66 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat hasil observasi didapatkan informasi bahwa tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing cukup terlaksana dengan baik dan secara umum siswa tampak antusias dan senang dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat mengenai materi laju reaksi. selain itu tahapan-tahapan pembelajaran yang telah dilakukan menunjukan bahwa sebagian siswa mengenali proses inkuiri yaitu dapat menyusun fakta dan menghubungkan data-data yang diperoleh kedalam suatu penjelasan. Meskipun dalam proses perumusan penjelasan mengenai fenomena laju reaksi kontribusi siswa kurang terlaksana dengan baik. Kejadian tersebut terbatasnya waktu dan siswa hanya diberikan kesempatan sebentar untuk dapat merumuskan penjelasan dengan cara menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS.

2. Hasil Wawancara

Wawancara terhadap siswa dan guru dilakukan setelah selesai melaksanakan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Wawancara untuk siswa diwakilkan kelompok 3 kategori tinggi, sedang, dan rendah. Gambaran garis besar wawancara pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 dibawah ini. Data selengkapnya dilampiran. 3 3 Lampiran 8, h. 121 Tabel 4.3 Hasil Wawancara Guru Indikator pertanyaan Temuan 1. Bagaimana pembelajaran kimia yang ibubapak berikan kepada siswa? Pembelajaran yang diberikan bervariasi tidak hanya metode ceramah, tetapi digunakan dengan praktikum, memakai pendekatan kontekstual dan sebagainya. 2. Apakah ibu mengetahui pembelajaran inkuiri terbimbing? Menurut bapakibu inkuiri itu seperti apa? Iya tahu, inkuiri itu adalah pembelajaran dimana siswa menemukan konsep sendiri yang sebenarnya dari dulu kita sering melakukan tetapi tidak tahu namanya. 3. Apakah pembelajaran inkuiri ini menyulitkan guru dalam mengajar? Tidak terlalu menyulitkan karena inkuiri membuat guru lebih ringan dalam menyampaikan materi akan tetapi siswa dikhawatirkan tidak mendapatkan konsep atau konsep yang ditemukan tidak benar. 4. Menurut bapakibu apa kekurangan dan kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing? Kekurangan: Kemungkinan anak salah menemukan konsep,Waktu yang dibutuhkan banyak, Tidak menjangkau semua anak jika diterapkan dikelas heterogen. Kelebihan: Guru lebih santai dalam menyampaikan materi, Siswa mendapatkan pengalaman menjadi seorang penyelidik, Siswa dapat lebih memahami konsep karena menemukan sendiri, Jika siswa mendapkan satu konsep dapat meningkatkan motivasi. Tabel 4.4 Hasil wawancara siswa Indikator pertanyaan Temuan 1. Kesulitan siswa selama - Kesulitan ketika hasil praktikum mempelajari pokok bahasan materi laju reaksi. tidak sesuai dengan konsep yang terdapat pada teori - Dalam perhitungan - Banyak kelebihannya mudah memahami materi karena mencari dan menemukan sendiri. 2. Pertanyaan yang diajukan selama proses pembelajaran membangkitkan rasa keingintahuan - Pertanyaan yang diajukan kadang ngerti kadang tidak, tetapi membangkitkan rasa ingin tahu. - Bertanya lebih luas karena dapat saring informasi dengan teman- teman. 3. Pemahaman siswa terhadap pokok bahasan laju reaksi melalui pembelajaran inkuiri. - Lebih paham karena adanya praktikum dilakukan dilaboratorium membuat belajar tidak bosan. Sehingga fokus memecahkan masalah soal laju reaksi. - Dalam kelompok kesulitannya kerjasama ada yang bekerja ada juga yang tidak dan kekurangan sumber belajar. 4. Pemahaman dengan adanya praktikum serta peran LKS - Praktikum membuat lebih paham, adanya LKS sangat membantu dalam memahami konsep laju reaksi dan membimbing untuk menemukan konsep sendiri 5. Saran setelah pembelajaran inkuiri terbimbing - Sebaiknya bahan yang akan digunakan dijelaskan fungsinya dan alasan mengapa kita memakai bahan tersebut. Sehingga meningkatkan motivasi belajar kimia - Kimia sering banyak praktikum - Lebih banyak latihan soal Dari 26 siswa yang sudah diwawancara dapat disimpulkan bahwa siswa lebih paham dan merasa lebih termotivasi dalam memahami materi dalam pembelajaran, lebih aktif baik menjawab pertanyaan dengan hasil dari percobaan, dan dapat bekerjasama dengan teman yang lainnya, baik dalam persiapan percobaan dalam hal membuat alat percobaan sampai proses prakteknya dan terakhir hasil dari percobaan serta kesimpulan.