34 guru 73,61. Pada siklus II, persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 87,50
dengan nilai rata-rata kelas 73,75. Persentase aktivitas belajar 81,04 dan nilai performansi guru 83,84. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I
ke siklus II. Persentase ketuntasan belajar meningkat sebesar 20,83, rata-rata nilai meningkat sebesar 5,83, sedangkan persentase aktivitas belajar siswa meningkat sebesar
12,50 dan nilai performansi guru meningkat sebesar 10,23. Penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya merupakan penelitian
yang relevan dengan penelitian ini karena masing-masing penelitian menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.
Penelitian yang akan dilakukan peneliti dikhususkan untuk mengatasi masalah pembelajaran Bahasa Indonesia materi Mendengarkan Pengumuman pada kelas IV SD
Negeri 2 Karangpucung Purbalingga. Menurut peneliti, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat diterapkan untuk mengatasi masalah pembelajaran Bahasa
Indonesia pada materi mendengarkan pengumuman kelas IV SD Negeri 2 Karangpucung Purbalingga.
2.3 Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang wajib dikuasai siswa di semua jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, menengah, maupun
perguruan tinggi. Hal ini disebabkan Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan keluarga, misalnya untuk
35 berkomunikasi antaranggota keluarga. Sementara penggunaan Bahasa Indonesia di
lingkungan sekolah, misalnya untuk berkomunikasi baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun guru dengan guru. Di dalam kehidupan bermasyarakat,
penggunaan Bahasa Indonesia juga diperlukan untuk berkomunikasi antarwarga masyarakat.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kenyataannya memang sudah diberikan di jenjang sekolah dasar. Namun, hal ini tidak membuat semua siswa SD mencapai hasil
belajar yang baik. Masih banyak siswa yang kurang memahami materi Bahasa Indonesia. Salah satu penyebabnya yaitu pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
masih bersifat konvensional sehingga siswa belum dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Permasalahan tersebut terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri 2 Karangpucung Purbalingga pada materi mendengarkan pengumuman.
Pembelajaran yang dilaksanakan belum dapat memaksimalkan potensi siswa dalam memahami materi dan mengasah keterampilan berbahasa. Motivasi dan aktivitas belajar
siswa pun masih rendah. Akibatnya, terdapat beberapa siswa yang belum mencapai KKM pada materi mendengarkan pengumuman. Untuk menangani permasalahan
tersebut, perlu dilakukan perubahan pada bentuk penyampaian materi. Penggunaan model konvensional sebaiknya diubah agar siswa menjadi lebih terampil berbahasa
sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi mendengarkan pengumuman. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dan
36 meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu alasan yang mendukung pernyataan
terebut yaitu dalam model pembelajaran ini terdapat penghargaan bagi tim atau kelompok terbaik. Oleh karena itu, siswa tidak akan jenuh dan menjadi bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran. Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
diharapkan akan meningkatkan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri 2 Karangpucung Purbalingga.
Berdasarkan paparan di atas dan teori yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh alur kerangka berpikir dalam sebuah skema sebagai berikut:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Pelaksanaan
Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan dalam proses pembelajaran terjadi kegiatan sebagai berikut:
1. Guru tidak terlalu memegang penuh proses pembelajaran student centered 2. Siswa aktif dalam pembelajaran.
3. Siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran, karena pembelajaran yang bervariasi.
Kondisi Akhir
1. Hasil belajar diharapkan dapat meningkat.
2. Aktivitas siswa diharapkan dapat meningkat pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
3. Performansi guru diharapkan dapat meningkat.
4. Semua siswa diharapkan tuntas KKM dalam evaluasi pembelajaran.
Kondisi Awal
1. Guru memegang penuh pembelajaran teacher centered karena cenderung
menggunakan metode konvensional. 2.
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 3.
Siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran karena pembelajaran kurang bervariasi.
4. Sebagian besar siswa tidak mencapai KKM dalam evaluasi pembelajaran
37
2.4 Hipotesis Tindakan