melindungi permukaan tanah. Alat yang digunakan dalam konstruksi jalan sarad adaah traktor Catterpillar D7G yang terdiri dari 1 orang operator dan 1 orang
helper. Berdasarkan hasil wawancara dan arsip perusahaan, besarnya biaya
inventarisasi sebelum penebangan dan survai topografi pada petak pemanenan kayu konvensional sebesar Rp 2.157,66,-m
3
. Pada petak pemanenan kayu teknik sebesar Rp 13.135,65,-m
3
, terdiri dari biaya ITSP dan survai topografi sebesar Rp 7.372,22,-m
3
, perencanaan operasional pemanenan kayu sebesar Rp 4.208,29,- m
3
dan penandaan jalan sarad, TPn dan arah rebah sebesar Rp 1.555,14,-m
3
.
5.3.1.2 Penebangan
Kegiatan penebangan terdiri dari beberapa elemen kerja antara lain berjalan antar pohon, menentukan arah rebah dan penyiangan, membuat takik rebah dan
balas, menunggu pohon roboh serta pengukuran dan pembagian batang. Kegiatan ini dimulai dengan regu penebang masuk ke petak tebang untuk mencari pohon-
pohon masak tebang dengan memperhatikan kualitas pohon apakah baik atau cacat yang dilakukan dengan cara memukul atau mencoba menusuk dengan
chainsaw. Apabila pohon tersebut baik, operator menentukan arah rebah dengan memperhatikan kemiringan pohon, keadaan tajuknya dan keselamatan pohon
yang ditebang. Setelah itu pohon ditebang dan kemudian memotong ujung dan pangkal agar dapat disarad. Setelah selesai menebang satu pohon, regu penebang
mencari pohon lain yang akan ditebang, demikian seterusnya. Kegiatan penebangan di areal IUPHHK PT Inhutani II dilakukan secara
beregu. Satu regu penebang terdiri dari dua orang yakni satu orang operator dan satu orang pembantu operator. Operator penebang bertugas melakukan kegiatan
penebangan, sedangkan tugas pembantu operator adalah membawa gergaji dan bahan bakar, mencari pohon serta membersihkan areal sekitar pohon dan
membersihkan daerah penyelamatan, serta melakukan pemotongan pangkal dan ujung pohon.
Alat yang digunakan dalam penebangan di aeal IUPHHK PT Inhutani II berupa gergaji rantai. Alat yang digunakan adalah gergaji rantai STHIL 070 yang
merupakan milik pribadi operator. Perlengkapan yang dibawa setiap regu tebang
dalam kegiatan penebangan antara lain satu buah chainsaw, satu buah kikir, dua buah golok, bahan bakar sebanyak 5 liter serta bahan makanan dan minuman.
Waktu penebangan yang diukur meliputi waktu tetap dan waktu tidak tetap. Waktu tidak tetap terdiri dari waktu membuat takik rebah dan takik balas dan
pembagian batang, sedangkan waktu tetap terdiri dari waktu berjalan antar pohon, menentukan arah rebah dan penyiangan serta waktu hilang. Pengukuran waktu
kerja dilakukan pada setiap elemen kerja penebangan. Pengukuran waktu kerja penebangan di areal pemanenan kayu konvensional dan RIL dilakukan masing-
masing 30 ulangan. Jensi-jenis pohon yang dipanen di areal IUPHHK PT Inhutani II Malinau adalah meranti Shorea spp., kapur Dryobalanops spp., keruing
Dipterocarpus spp. dan nyatoh Palaquium spp. Hasil pengamatan terhadap rata-rata waktu kerja penebangan dapat dilihat pada Tabel 52.
Tabel 52. Rata-rata waktu kerja penebangan satu pohon pada petak pemanenan kayu konvensional dan RIL.
No. Elemen Kerja
Konvensional RIL
Menit Persen
Menit Persen
1 Berjalan antar pohon
2,84 21,60
1,80 17,23
2 Menentukan arah rebah dan
penyiangan 0,87
6,64 0,62
5,93 3
Membuat takik rebah dan balas 3,40
25,88 2,76
26,43 4
Menunggu pohon roboh 0,60
4,55 0,61
5,87 5
Pengukuran dan pembagian batang 4,35
33,15 4,22
40,41 6
Waktu hilang 1,07
8,15 0,43
4,14 Jumlah
13,13 100,00
10,44 100,00
Dari Tabel 52 dapat dilihat bahwa elemen kerja pengukuran dan pembagian batang memerlukan waktu kerja paling lama pada petak pemanenan kayu
konvensional dan RIL masing-masing dengan waktu kerja sebesar 4,35 menit 33,15 dan 4,22 menit 40,41 dari total waktu kerja menebang satu pohon,
sedangkan membuat takik rebah dan takik balas menempati uratan kedua dengan waktu kerja masing-masing sebesar 3,40 menit 25,88 dan 2,76 menit 26,43
. Tingginya waktu kerja pengukuran dan pembagian batang disebabkan sulitnya penebang mendapatkan posisi yang bebas ketika memotong karena
rapatnya tegakan dan kondisi topografi yang tidak datar. Tingginya waktu kerja pembuatan takik rebah dapat dipahami mengingat kegiatan ini akan menentukan
arah rebah pohon dan kualitas kayu yang dihasilkan sehingga diperlukan kecermatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan elemen kerja lainnya.
Waktu kerja berjalan antar pohon rata-rata pada petak pemanenan kayu konvensional dan RIL masing-masing dengan waktu kerja sebesar 2,84 menit
21,60 dan 1,80 menit 17,23 . Lamanya waktu berjalan antar pohon sangat dipengaruhi oleh kerapatan tegakan khususnya kerapatan pohon yang telah masak
tebang. Semakin tinggi kerapatan pohon yang masak tebang, maka waktu kerja berjalan antar pohon akan semakin singkat. Disamping itu faktor topografi juga
sangat menentukan, semakin berat topografi akan semakin memperbesar waktu kerja berjalan antar pohon. Waktu kerja berjalan antar pohon dapat ditekan
dengan cara penebang membawa peta pohon karena selama pengamatan di lapangan penebang tidak dilengkapi dengan peta pohon.
Waktu hilang yang dijumpai dalam kegiatan penebangan sebagian besar disebabkan oleh macetnya rantai atau terjepitnya bilah gergaji pada saat
pembagian batang, membuat takik rebah dan takik balas serta waktu berjalan mencari pohon yang akan ditebang. Rata-rata waktu hilang pada petak pemanenan
kayu konvensional dan RIL adalah sebesar 1,07 menit 8,15 dan 0,43 menit 4,14 dari total waktu kerja menebang satu pohon. Waktu yang diperlukan
untuk menebang satu pohon rata-rata pada petak pemanenan kayu konvensional dan RIL adalah sebesar 13,13 menit dan 10,44 menit. Waktu hilang idle time
yang dijumpai pada kegiatan penebangan sebagian besar disebabkan oleh rantai macet pada saat membuat takik rebah dan takik balas atau pada saat memotong
pangkal dan ujung batang.
5.3.1.3 Penyaradan
Penyaradan merupakan merupakan suatu proses untuk mengangkut kayu bulat yang dihasilkan dari kegiatan penebangan di petak tebangan menuju ke
tempat pengumpulan kayu yang pada umumnya menggunakan traktor penyarad. Kegiatan penyaradan di IUPHHK PT Inhutani II menggunakan traktor jenis
Catterpillar D7G. Satu regu penyarad terdiri dari dua orang yakni operator dan