Analisis Finansial Pemanenan Kayu
71,56 dan pada petak pemanenan kayu RIL sebesar 81,03 . Apabila rata-rata produksi pemanenan kayu PT Inhutani II enam tahun terakhir adalah 22.405,73
m
3
tahun, maka terjadi peningkatan pemanfaatan kayu pada implementasi RIL sebesar 2.121,82 m
3
tahun. Pada Tabel 57 memperlihatkan perbaikan kerusakan tegakan tinggal pada
teknik pemanenan kayu konvensional sebesar Rp 8.616,25,-m
3
dan pada pemanenan kayu teknik RIL adalah Rp 3.846,38,-m
3
. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan teknik pemanenan kayu RIL dapat mengurangi atau
memberikan keuntungan biaya perbaikan kerusakan tegakan tinggal sebesar Rp 4.769,87,-m
3
. Apabila rata-rata produksi pemanenan kayu PT Inhutani II enam tahun terakhir adalah 22.405,73 m
3
tahun maka terjadi peningkatan keuntungan biaya perbaikan kerusakan tegakan tinggal sebesar Rp 106.872.419,36,-tahun.
Dari proyeksi pendapatan tersebut, total peningkatan aliran kas masuk per tahun pemanenan kayu dengan teknik RIL adalah Rp 976.030.570,00,-tahun.
Peningkatan biaya pemanenan teknik RIL dibandingkan dengan pemanenan kayu konvensional yang harus dikeluarkan setiap tahunnya adalah sebesar Rp.
358.256.110,00,-. Tambahan biaya ini adalah karena adanya kegiatan yang berbeda antara pemanenan kayu dengan teknik konvensional dan RIL, yaitu
pengeluaran untuk kegiatan ITSP dan survai topografi, perencanaan operasional pemanenan kayu, penandaan jalan sarad, penandaan TPn, penandaan arah rebah,
pemotongan liana, pembukaan dan konstruksi jalan sarad, penebangan, penyaradan, rehabilitasi kerusakan setelah pemanenan dan inspeksi blok.
Peningkatan pendapatan pemanenan kayu RIL dibandingkan dengan pemanenan kayu konvensional setiap tahunnya adalah sebesar Rp 976.030.570,-.
Tambahan pendapatan pada pemanenan dengan teknik RIL ini dikarenakan adanya peningkatan dalam pemanfaatan kayu dan berkurangnya biaya perbaikan
kerusakan. Dengan demikian peningkatan kas bersihkeuntungan pemanenan kayu dengan teknik RIL dibandingkan dengan pemanenan kayu konvensional setiap
tahunnya sebesar Rp 617.774.460,-. Resume hasil analisis finansial pada Tabel 58.
Tabel 58. Rekapitulasi hasil analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik RIL.
No. Indikator investasi
Satuan Nilai
1. Total Biaya
Rp 7.871.406.490
2. Total Penerimaan
Rp 10.866.691.750
3. NPV
Rp 1.604.518.900
4. NPVha
Rpha 2.517.290
5. BCR
- 2,01
6. IRR
34,31
Dari hasil analisis finansial seperti pada Tabel 58 dapat diketahui bahwa pada tingkat suku bunga 16 antara kegiatan pemanenan kayu teknik RIL
dibandingkan dengan teknik konvensional, memberikan tambahan keuntungan net present valueNPV positif sebesar Rp 2.517.290ha dengan rasio pendapatan
pembiayaan benefit cost ratioBCR lebih besar dari satu yaitu 2,01 dan nilai internal rate of return IRR sebesar 34,31 . Berdasarkan analisis tersebut di
atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemanenan kayu dengan teknik RIL menurut kriteria analisis finansial adalah layak untuk dilaksanakan.
Bila dibandingkan dengan penelitian van der Hout 2000 di Greenheart Forest, Guyana menunjukkan hasil yang sama dimana biaya total pemanenan
kayu konvensional per m
3
lebih besar 9 bila dibandingkan dengan teknik RIL. Demikian pula dengan hasil penelitian Holmes et al. 1999 di Amazon, Brasil
menunjukkan bahwa penerapan teknik RIL menurunkan biaya total sebesar 5 bila dibandingkan dengan biaya pemanenan kayu konvensional dimana teknik
RIL menurunkan biaya penyaradan sebesar 41 walaupun dan biaya penebangan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penebangan pada pemanenan kayu
konvensional. Sementara itu hasil penelitian Barreto et al. 1998 menunjukkan bahwa
produktivitas penebangan yang terencana 18 lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak terencana walaupun produktivitas penyaradan dapat ditingkatkan 27 .
Namun demikian hasil studi Holmes et al. 2002 di Para, Brasil menyatakan bahwa secara umum biaya pemanenan kayu teknik RIL lebih rendah dan lebih
menguntungkan dibandingkan
dengan pemanenan
kayu konvensional.
Keuntungan yang dicapai pada pemanenan kayu teknik RIL mencapai 35
hampir 2 kali lebih besar yang diteliti oleh Barreto et al. 1998. Perbedaan penghitungan keuntungan dan biaya sangat tergantung pada kondisi hutan, skala
industri dan kondisi pasar. Boltz et al. 2003 menyatakan bahwa dari aspek analisis finansial pemanenan kayu teknik RIL lebih baik dibandingkan dengan
pemanenan kayu konvensional apabila limbah pemanenan kayu diperhitungkan. Penerapan teknik RIL merupakan salah satu bagian dari pengelolaan hutan lestari
sebagai prasyarat silvikultur yang diperlukan dalam memelihara produktivitas dan ekosistem hutan. Hasil penelitian di Kongo dan Kamerun yang dilakukan de Blas
dan Perez 2008 menyatakan bahwa pemanenan kayu teknik RIL akan diterima oleh para pengusaha jika benar-benar mendapatkan manfaat dari pasar melalui
skema sertifikasi dan lebih mengikat. Berkenaan dengan perkembangan mekanisme REDD, pengelolaan hutan
alam dengan pemanenan kayu teknik RIL dapat berpartisipasi dalam mekanisme tersebut sepanjang syarat dan ketentuan dapat dipenuhi. Salah satu syarat teknis
adalah terjadinya peningkatan kapasitas serapan karbon melalui perubahan pengelolaan hutan dengan sistem TPTI yang menggunakan pemanenan kayu
konvensional menjadi RIL, yang secara kesatuan lanskap tertentu dapat berkontribusi menurunkan emisi CO
2
dan meningkatkan penyerapan CO
2
dari atmosfir. Berdasarkan hasil pengukuran biomassa dan massa karbon di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa teknik pemanenan kayu RIL memenuhi syarat mengurangi kehilangan massa karbon dalam tegakan hutan dibandingkan dengan
pemanenan kayu konvensional.