Pendugaan Massa Karbon di Atas Permukaan Tanah .1 Alometrik Massa Karbon Pohon Contoh

Tabel 46. Persamaan alometrik untuk pendugaan cadangan massa karbon. Model Persamaan Standar Deviasi S R-sqadj Nilai-P Batang C = 0,009952 D 2.85 0,37986 97,40 0,000 Cabang C = 0,006943 D 2.36 0,65742 89,70 0,000 Daun C = 0,006036 D 1.94 0,60474 87,40 0,000 Pohon C = 0,017597 D 2.73 0,36575 97,40 0,000 Akar C = 0,005926 D 2.60 0,41008 96,40 0,000 Keterangan : S = standar deviasi atau simpangan baku yang menunjukkan besarnya simpangan maksimum antara dugaan model terhadap data asli, nilai S semakin kecil semakin baik karena S yang kecil menunjukkan bahwa model tersebut semakin mendekati data sebenarnya; R-sq adj atau koefisien diterminasi menunjukkan besarnya keragaman C yang bisa dijelaskan oleh peubah D, jadi nilai R-sq adj = 97,70 artinya 97,70 keragaman C mampu dijelaskan oleh peubah D; P-value merupakan peluang kesalahan D, kalau P- value = 0,000 artinya H0 ditolak pada taraf nyata 5 karena P- value α Berdasarkan persamaan massa karbon di atas, maka persamaan alometrik yang terpilih yaitu C = 0,017597 D 2.73 memiliki R2 adj sebesar 97,4 yang menyatakan bahwa sebesar 97,4 keragaman massa karbon pohon sudah dapat dijelaskan oleh pengaruh diameter, sedangkan sisanya sebesar 2,6 dipengaruhi faktor lingkungan. Nilai P-value 0,5 yang artinya log D berpengaruh nyata terhadap log C pada taraf pengujian 95 . Berdasarkan persamaan alometrik tersebut, massa karbon pohon pada dua areal petak pemanenan kayu dapat diduga. Persamaan alometrik pendugaan massa karbon pohon dengan menggunakan variabel bebas diameter pohon dapat dipakai untuk menduga massa karbon pohon pada hutan alam tropika di areal IUPHHK PT Inhutani II, Kalimantan Timur. Penelitian Febrina 2012 terhadap 38 pohon contoh dengan kisaran diameter pohon contoh 5,1 – 61 cm di Kalimantan Barat mendapatkan persamaan massa karbon C = 0,0741D 2,46 . Persamaaan alometrik yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan persamaan alometrik di Sumatera. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perbedaan pola sebaran pohon dan diameter di lokasi penelitian karena kondisi tempat tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan kerapatan tegakan.

5.2.3.2 Dampak Pemanenan Kayu Terhadap Massa Karbon di Atas Permukaan Tanah

Hasil perhitungan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada areal IUPHHK PT Inhutani II dapat dilihat pada Tabel 47. Tabel 47. Massa karbon di atas permukaan tanah pada petak pemanenan kayu konvensional, petak pemanenan kayu RIL dan hutan primer. Petak Massa Karbon tonha Vegetasi Serasah Nekromassa Total Konvensional 44,16 55,00 99,16 RIL 106,87 32,30 139,17 Hutan primer 144,64 14,80 159,44 Tabel 47 memperlihatkan bahwa rata-rata massa karbon di atas permukaan tanah pada petak pemanenan kayu konvensional, pemanenan kayu RIL dan hutan primer rata-rata sebesar 132,59 ton Cha, terdiri dari massa karbon yang berasal dari vegetasi sebesar 34,03 ton Cha dan serasah serta nekromassa sebesar 98,56 ton Cha. Massa karbon pada petak pemanenan kayu konvensional lebih rendah bila dibandingkan dengan pada petak pemanenan kayu RIL, yakni masing-masing sebesar 99,16 ton Cha dan 139,17 ton Cha. Pada petak pemanenan kayu konvensional untuk massa karbon vegetasi terjadi lebih rendah dari massa karbon pada petak pemanenan kayu RIL masing-masing sebesar 44,16 ton Cha 44,53 dan 106,87 ton Cha 76,79 dari total massa karbon, sedangkan massa karbon yang berasal dari serasah dan nekromassa pada petak pemanenan kayu konvensional lebih tinggi dibandingkan pada petak RIL masing-masing sebesar 55,00 ton Cha 55,46 dan 32,30 ton Cha 23,21 . Hal ini memperlihatkan bahwa komposisi massa karbon vegetasi dan serasah serta nekromassa pada kedua petak pemanenan kayu berbeda. Massa karbon yang berasal dari vegetasi sebagai akibat kerusakan tegakan tinggal dan tumbuhan bawah pada petak pemanenan kayu konvensional menyebabkan massa karbon vegetasi menurun dan massa karbon serasah dan nekromassa meningkat. Berdasarkan penelitian ini maka petak pemanenan kayu RIL masih cukup baik untuk mempertahankan massa karbon di hutan alam. Hal ini dikarenakan kerusakan tegakan tinggal yang diakibatkan pemanenan kayu dapat ditekan sehingga kerusakan dan kematian tegakan tinggal akibat dampak lanjutan dapat diminimalkan.Gambar 27 menunjukkan massa karbon akibat kegiatan pemanenan kayu konvensional dan RIL di hutan alam tropika. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alvarez et al. 2012 yang menyatakan bahwa rata-rata massa karbon hutan alam tropis Caipro, Kolumbia sebesar 159,84 ton Cha. Hasil penelitian Hertel et al. 2009 menunjukkan rata-rata massa carbon di hutan alam Sulawesi sebesar 120,0 ton Cha dimana sebesar 116,7 ton Cha berasal dari batang dan cabang. Jika dibandingkan dengan dengan penelitan Hertel et al. 2009 di atas menunjukkan bahwa rata-rata cadangan massa karbon pada penelitian ini lebih besar. Demikian pula halnya dengan hasil penelitian Rochmayanto et. al 2010 di hutan alam gambut Riau yang menyatakan bahwa total massa karbon di hutan alam gambut sebesar 126,01 ton Cha dan pada hutan bekas tebangan sebesar 83,49 ton Cha. Rahayu et al. 2005 mengemukakan bahwa hutan primer memiliki potensi 230 ton Cha. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rahayu et al. 2005 rata- rata massa karbon di hutan primer pada penelitian ini lebih kecil, namun hasil penelitian masih dalam selang massa karbon menurut Lasco 2002 menyatakan bahwa di hutan tropis massa karbon di Asia berkisar antara 40 – 250 ton Cha. 5.2.3.2.1 Massa Karbon Vegetasi di Atas Permukaan Tanah Hasil perhitungan massa karbon vegetasi di atas permukaan tanah di hutan primer dan areal bekas tebangan pada petak pemanenan kayu konvensional dan RIL di areal IUPHHK PT Inhutani II masing-masing sebesar 144,64 ton Cha, 44,16 ton Cha dan 106,87 ton Cha, seperti yang tercantum pada Tabel 48. Tabel 48. Massa karbon vegetasi di atas permukaan tanah di areal bekas tebangan petak konvensional, bekas tebangan teknik RIL dan hutan primer. Petak Biomassa tonha Semai Tumbuhan Bawah Pancang Tiang Pohon Total Konvensional 3,98 6,82 33,36 44,16 RIL 4,44 7,03 95,40 106,87 Hutan primer 4,43 8,41 131,80 144,64 Tabel 48 menunjukkan bahwa rata-rata massa karbon vegetasi pada petak pemanenan kayu konvensional dan RIL sebagian besar berasal dari tingkat tiang dan pohon yakni masing-masing sebesar 33,36 tonha atau sebesar 75,54 dari total massa karbon vegetasi dan 95,40 ton Cha 89,26 . Demikian pula halnya pada hutan primer massa karbon vegetasi sebagian besar berasal dari tingkat tiang dan pohon yakni sebesar 131,80 ton Cha atau 91,12 dari total massa karbon vegetasi. Cadangan massa karbon semai dan tumbuhan bawah di semua petak penelitian berkisar antara 3,98 – 4,44 ton Cha. Tabel 48 menunjukkan bahwa cadangan massa karbon semai dan tumbuhan bawah bekas tebangan RIL rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan di hutan primer dan bekas tebangan konvensional. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Junaedi 2007 yang menyatakan bahwa cadangan massa karbon di areal bekas tebangan lebih tinggi dibandingkan di hutan primer dan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya umur areal bekas tebangan. Cadangan massa karbon tingkat pancang di setiap lokasi penelitian berkisar antara 6,82 – 8,41 ton Cha. Hutan primer memiliki potensi cadangan massa karbon paling tinggi sebesar 8,41 ton Cha dibandingkan dengan areal bekas tebangan konvensional dan teknik RIL. Tingginya cadangan massa karbon di hutan primer ini disebabkan karena memiliki kerapatan tegakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan areal bekas tebangan konvensional dan RIL. Hasil penelitian ini menunjukkan cadangan massa karbon pada petak pemanenan kayu RILlebih tinggi dibandingkan dengan konvensional. Cadangan massa karbon di areal bekas tebangan RIL juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Junaedi 2007 yang mendapatkan hasil bahwa cadangan massa karbon vegetasi tingkat pancang di areal bekas tebangan TPTJ di Kalimantan Tengah sebesar 4,23 – 6,74 ton Cha. Hasil penelitian massa karbon di hutan primer mendekati hasil penelitian Brown 1997 yang mendapatkan biomassa karbon di hutan primer di atas permukaan tanah di Kamerun Afrika sebesar 310 tonha dengan kandungan C sebesar 155 ton Cha. Adapun di hutan sekunder Nicaragua Amerika dinyatakan