Pemanenan Kayu dengan Teknik RIL

Dari beberapa tipe hutan tropika yang diseleksi menunjukkan cadangan biomassa yang berbeda-beda antara komponen-komponennya. Berat batang lebih besar dari pada berat akar dan berat daun. Kandungan hara pada bagian batang cenderung mendominasi semua komponen di dalam hutan. Akumulasi biomassa hutan dipengaruhi oleh teknik pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur yang digunakan. Biomassa di hutan hujan tropika Asia Tenggara berkisar antara 400 – 500 tonha termasuk biomassa akar Pinard et al. 1995. Hasil penelitian Van Nordwijk et al. 1997 menyatakan bahwa cadangan karbon di hutan alam Jambi dapat melebihi 50 kgm 2 , dimana 80 cadangan karbon terdapat pada pohon, 10 pada pohon yang sudah mati dan 10 berada pada tanah.

2.4 Pemanenan Kayu dengan Teknik RIL

Pemanenan hasil hutan betapapun hati-hatinya dilaksanakan, namun kerusakan terhadap vegetasi dan tanah yang timbul tidak mungkin dapat dihindari sepenuhnya. Butler 2007 menyatakan bahwa meskipun banyak perusahaan hak pengusahaan hutan HPH mengaku melaksanakan pemanenan kayu yang berkelanjutan, pada kenyataannya belum dilakukan . Para rimbawan telah mencoba menghindari resiko dampak pemanenan kayu terhadap para pekerja dan kerusakan lingkungan kerusakan tegakan tinggal dan tanah Wackerman 1949, namun demikian istilah Reduced Impact Logging RIL baru dimulai pada dua dekade terakhir Dykstra dan Heinrich 1996, Elias 1998. RIL dapat didefinisikan sebagai pemanenan kayu yang direncanakan secara intensif dan dikontrol secara hati-hati oleh para pekerja yang terlatih dalam usaha untuk meminimalkan dampak pemanenan kayu Putz et al. 2008a. RIL dan low impact logging LIL merupakan teknik pemanenan kayu yang ramah lingkungan bila dibandingkan dengan teknik pemanenan kayu yang dipakai selama ini, yang disebut conventional logging CL. Teknik RIL merupakan penyempurnaanperbaikan cara pemanenan kayu CL, dimana RIL menekankan pada perencanaan yang mendetail dan terperinci, penggunaan teknik-teknik yang tepat pada pelaksanaan pemanenan, pengawasan yang ketat dalam operasi pemanenan untuk meminimalkan kerusakan pada tegakan tinggal dan tanah Elias 2008. Penelitian Ramos et al. 2006 memperlihatkan bahwa pemanenan kayu CL yang dilaksanakan selama ini dilakukan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan yang buruk dan lemahnya pengawasan yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar. Kerusakan lingkungan akibat pemanenan kayu dengan teknik RIL mampu mengurangi kerusakan. Pemanenan kayu dengan teknik RIL ini dilaksanakan dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, pelaksanaan pemanenan yang terkendali dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan kayu. RIL adalah teknik pemanenan kayu untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pemanenan kayu konvensional. Teknik RIL menurut Elias dan Vuthy 2006 terdiri dari komponen-komponen berikut : a. Inventarisasi tegakan secara detail sebelum pemanenan terhadap pohon yang dapat ditebang, permudaan, dan keadaan kontur dengan out put berupa peta sebaran pohon dan topografi, b. Perencanaan pemanenan kayu termasuk jaringan pembukaan wilayah hutan jaringan jalan sarad, tempat pengumpulan kayu, dan jaringan jalan angkutan dan parancangan arah rebah, c. Penyaradan kayu yang hati-hati termasuk penentuan arah rebah dan teknik winching, d. Intensitas pemanenan kayu yang rendah untuk melindungi tegakan tinggal potensial yang akan ditebang pada siklus berikutnya, e. Supervisi dan pengendalian selama kegiatan pemanenan kayu, f. Pembatasan pemanenan kayu pada areal yang dilindungi termasuk penyaradan hanya dilakukan di areal yang kering, g. Perlakuan pemeliharan dan pencegahan kerusakan segera setelah kegiatan pemanenan kayu pencegahan erosi di jaringan jalan sarad dan TPn dan penilaian kerusakan. Pemanenan kayu juga menyebabkan kerusakan pada tanah hutan. Penyaradan kayu dengan traktor menyebabkan pemadatan tanah. Matangaran dan Kobayashi 1999 menyatakan bahwa penyaradan menyebabkan perubahan bulk density pada lintasan traktor, dimana pada bulk density sebesar 1,3 gcm 3 dengan intensitas penyaradan 2 kali merupakan pertumbuhan benih yang kritis pada Shorea selanica. Menurut Shukri dan Kamaruzzaman 2003 diacu Elias dan Vuthy 2006, pemanenan kayu dengan teknik CL menyebabkan pemadatan tanah sebesar 1,5 gcm 3 bulk density yang mencakup 15-40 areal bekas tebangan. Hal ini menunjukkan sistem mekanis dengan menggunakan traktor pada pemanenan kayu konvensional menghasilkan kerusakan tegakan tinggal dan tanah yang tinggi. Perbaikan pengelolaan hutan berupa perbaikan teknik pemanenan kayu konvensional dengan teknik RIL menunjukkan pengurangan secara signifikan terhadap kerusakan hutan. Pelaksanaan teknik RIL diantaranya adalah perencanaan tempat pengumpulan kayu TPn, perencanaan jaringan jalan, perencanaan jalan sarad, penentuan arah rebah dan pemotongan liana. Tujuan dari praktek RIL diantaranya mengurangi ukuran dan jumlah TPn, mengurangi kerusakan tanah dan tegakan, mengurangi kerusakan pohon dan meningkatkan riap, serta mengurangi keterbukaan tanah Putz et al. 2008a. Teknik RIL merupakan paktek pengelolaan hutan yang dapat meningkatkan produktivitas. Peńa-Claros et al. 2008a menyatakan bahwa di hutan tropis Bolivia tingkat pertumbuhan tegakan jenis komersial 50-60 lebih tinggi pada areal pemanenan kayu dengan teknik RIL dibandingkan dengan di areal CL. Putz et al 2008b menyatakan bahwa perbaikan pengelolaan hutan di semua hutan tropis dapat mengurangi emisi GRK dari kerusakan hutan paling tidak 160 juta ton per tahun, atau sekitar 10 dari emisi yang dapat dihindari melalui pencegahan deforestasi hutan tropis. Deforestasi hutan tropis mencatat sekitar 1,5 gigaton 20 dari emisi GRK antropogenik setiap tahun. Teknik RIL mampu memangkas emisi sampai 30, mempertahankan tingkat keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dan kemampuan hutan untuk pulih kembali lebih cepat dibandingkan CL. Menurut Putz et al. 2008b pemanenan kayu teknik RIL di Malaysia menyebabkan emisi karbon lebih dari 100 tonha. Sebaliknya dengan penerapan RIL mampu mengurangi kerusakan tegakan, dimana diperkirakan 30 tahun setelah pemanenan kayu potensi karbon di dalam hutan paling tidak 30 ton Cha lebih tinggi dibandingkan dengan pemanenan kayu konvensional. Selanjutnya dijelaskan bahwa di hutan Amazon, Brazil, dimana hutan yang dipanen dengan tidak terlalu intensif, keuntungan pemanenan kayu dengan teknik RIL diperkirakan sebesar 7 ton Cha. Pada kedua kasus ini, adanya perbaikan pengelolaan hutan melalui pemanenan kayu teknik RIL mampu mengurangi emisi karbondioksida sekitar 30 dibandingkan dengan pemanenan kayu konvensional.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di areal IUPHHK PT. INHUTANI II, Malinau, Kalimantan Timur pada bulan November – Desember 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap kegiatan, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan dan tahap kedua menganalisis kadar karbon di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari – April 2011.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian dampak pemanenan kayu terhadap kerusakan lingkungan ini terdiri dari : chainsaw untuk penebangan dan pembagian batang, traktor untuk menyarad kayu, kompas untuk menentukan arah, clinometer untuk mengukur kemiringan lapangan, pita diameter untuk mengukur diameter pohon, pita meter dan tali berskala untuk mengukur jarak, cylinder soil sampler untuk mengambil contoh tanah, oven untuk mengeringkan contoh tanah selama 24 jam pada suhu 105 o C dan contoh tumbuhan bawah selama 48 jam pada suhu 80 o C., timbangan neraca Ohaus untuk menimbang berat contoh tanah dan contoh tumbuhan bawah, parang dan kampak untuk membuat patok, cangkul dan pahat, kamera, alat tulis, tally sheet, kertas grafikmillimeter dan kalkulator. Bahan yang digunakan adalah : tegakan hutan alam tropika, peta-peta untuk mengetahui areal kerja di lapangan, patok kayu untuk menentukan batas petak, cat untuk mengecat patok batas petak dan penandaan pohon, tali plastik, kantong plastik, label nomor pohon karpet plastik dan perlengkapan lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian cadangan massa karbon di lapangan terdiri dari : chainsaw, traktor, kompas, pita diameter, pita meter dan tali berskala, timbangan, parang dan kampak, gunting tanaman, kamera, spidol, alat tulis dan blangko pengamatan tally sheet. Adapun alat yang digunakan di laboratorium terdiri dari : oven, tanur, timbangan, alat tulis dan blangko pengamatan. 3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Dampak Pemanenan Kayu Terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal Pengukuran dampak pemanenan kayu dengan teknik RIL dan CL dilakukan pada blok tebangan tahun berjalan. Petak penelitian terdiri dari petak pemanenan kayu dengan teknik konvensional dan petak pemanenan kayu dengan teknik RIL. Petak penelitian ini masing-masing seluas 10 ha yang di dalamnya dibuat 3 tiga plot permanenpengukuran dengan ukuran masing-masing 100 m x 100 m 1 ha. Petak penelitian RIL dan CL ini dikondisikan relatif sama. Plot-plot permanenpengukuran diletakkan secara sistematis pada kedua petak penelitian sedemikian rupa sehingga mewakili tempat-tempat sebagai berikut : 1 Di lokasi tempat pengumpulan kayu TPN, 2 Di lokasi jalan sarad utama dan 3 Di lokasi jalan sarad cabang. Desain plot-plot permanenpengukuran dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Desain petak ukur permanen. Letak petak penelitian pemanenan kayu dengan teknik konvensional dan teknik RIL dibuat berdampingan pada areal petak tebang yang sama dengan keadaan kelerengan, tegakan, intensitas penebangan dan alat serta operator yang sama. Masing-masing mempunyai satu tempat pengumpulan kayu TPN yang melayani pemanenan kayu seluas 10 ha. Masing-masing plot permanenpengukuran ini dibagi menjadi 25 sub petak dengan ukuran 20 m x 20 m. Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemanenan kayu RIL dan konvensional terhadap lingkungan terdiri dari : a. J a l a n a n g k u t a n Plot permanen dengan luasan 10 –15 ha Peletakan plot contoh pengukuran dengan ukuran 100 m x 100 m 1 1 Tpn 2 3 1 2 3 1 Jalan sarad RIL Konvensional