Karakteristik Siswa SD Kelas IV

59 Pada jenjang kelas I, II, dan III menggunakan pendekatan sains yang menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu. Berkenaan dengan pengintegrasian muatan lokal, dapat dilakukan dengan penerapan prinsip pengintegrasian inter-disipliner muatan lokal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

G. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Siswa sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai dengan usia 9 atau 10 tahun yang biasanya duduk di kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan untuk masa kelas tinggi berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai dengan usia 12 atau 13 tahun yang biasanya duduk di kelas 4, 5, dan 6. Adapun menurut Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 116-117, ciri khas masa kelas tinggi sekolah dasar dalah sebagai berikut. 1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. 3. Timbul minat pada mata pelajaran tertentu. 4. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat dalam mengukur prestasi di sekolah. 60 5. Suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup, utamanya dalam bermain. Menurut Piaget Abdul Majid, 2014: 8-10 anak usia sekolah dasar khususnya yang berada pada jenjang kelas 4 berada pada tahapan operasi konkret pada tahap perkembangan intelektualnya. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: 1 mulai memandang dunia secara objektif, 2 mulai berpikir secara operasional, 3 menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda- benda, 4 membentuk dan menghubungkan aturan-aturan yang ada, termasuk menggunakan hubungan sebab-akibat, serta 5 memahai konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Berkenaan dengan tahapan berpikir tersebut, lebih lanjut Abdul Majid 2014: 10 menyatakan bahwa kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu bersifat konkret, integratif, dan hierarkis. Konkret artinya proses belajar beranjak dari hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Bersifat integratif artinya anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, dengan kata lain mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan hierarkis maksudnya cara belajar anak berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih rumit kompleks. Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa sekolah dasar tersebut, maka proses pembelajaran khususnya pada kelas tinggi sudah selayaknya disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, yaitu tahap operasional konkret. 61 Dengan demikian, proses pembelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan kecenderungan belajar siswa yang bersifat konkret, integratif, dan hierarkis. Penggunaan media atau bahan ajar yang konkret akan membantu siswa dalam belajar. Selain itu, pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan bernilai karena siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Guru sebagai fasilitator tidak berperan sebagai sumber belajar utama sehingga tidak mengajarkan materi kepada siswa secara penuh. Akan tetapi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan bereksplorasi lebih jauh dalam mencari tahu suatu informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar yang merupakan jenjang paling dasar pada jalur pendidikan formal, pembelajaran di sekolah dasar pada dasarnya merupakan pondasi awal yang menentukan proses pendidikan pada jenjang selanjutnya. Penanaman kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya di mana siswa tersebut hidup dapat dilaksanakan sejak dini. Merujuk pada pendapat yang disampaiakan oleh Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh 2005: 105 menyatakan bahwa pada usia anak khususnya pada jenjang kelas IV sekolah dasar yang umumnya berusia 8 sampai 13 tahun, anak sudah dapat mengenal ukuran baik, buruk secara batin tak nyata meskipun masih terbatas, yaitu anak sudah dapat menghargai pendapat atau alasan dari perbuatan orang lain. Dengan kata lain, anak mulai dapat menghormati orang lain yang patuh, taat, atau sebaliknya. Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa anak mulai dapat 62 mengendalikan dirinya sendiri, walaupun dalam keterbatasan. Dengan demikian, nilai kecintaan, kepedulian, dan kebanggaan pada lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah sendiri atau lokalitas locality dapat ditanamkan di sekolah dasar melalui proses pembelajaran yang bernuansa lokal dan sesuai dengan tahap perkembangan moral siswa.

H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan