BAB IV
ANALISIS ATURAN HUKUM SEKTOR KESEHATAN
A. Aturan Hukum Sektor Kesehatan
Aturan pokok bidang kesehatan saat ini adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan LNRI Tahun 1992 Nomor 100, mulai berlaku pada
17 September 1992, selanjutnya disingkat UU No. 231992. UU kesehatan ini menyempurnakan dan mengintegrasikan perangkat hukum yang sudah ada, yang
pengaturan hukumnya mencakup: 1.
Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal tanpa
membedakan status sosialnya;
2. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal serta wajib untuk ikut serta di dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
3. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah mengatur,
membina, dan mengawasai penyelenggaraan upaya kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat;
4. Upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan;
5. Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaran upaya
kesehatan, harus tetap melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sosialnya, dengan pengertian bahwa sarana pelayanan kesehatan harus tetap
memperhatikan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan;
6. Ketentuan pidana untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan
kesehatan bila terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang ini. Berdasarkan Penjelasan Umum, UU No. 231992 hanya mengatur hal-hal yang
bersifat pokok, sedangkan yang bersifat teknis operasional diatur dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya. Sejumlah pasal memerlukan
Aturan pelaksanaan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu: 1.
Pasal 15, mengenai tindakan medis tertentu yang boleh dilakukan dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya.
2. Pasal 16, mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di luar
cara alami sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan.
95
3. Pasal 21, mengenai pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi
masyarakat dari manakan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan.
4. Pasal 22, mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan untuk
mewujudkan kualitas hidup yang sehat. 5.
Pasal 23, mengenai penyelenggaraan kesehatan kerja untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal;
6. Pasal 27, mengenai kesehatan jiwa dan upaya penanggulangannya untuk
mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal, baik intelektual maupun emosional.
7. Pasal 34, mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
organ atau jaringan tubuh oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan
tertentu.
8. Pasal 35, mengenai syarat dan tata cara transfusi darah oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
9. Pasal 36, mengenai syarat dan tata cara penyelenggaran implan obat atau
alat kesehatan ke dalam tubuh manusia oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
kesehatan tertentu.
10. Pasal 37, mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
11. Pasal 38, mengenai penyuluhan kesehatan masyarakat guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.
12. Pasal 43, mengenai pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau kemanfaatan.
13. Pasal 44, mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif agar
tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.
14. Pasal 45, mengenai kesehatan sekolah untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara
optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
15. Pasal 46, mengenai kesehatan olah raga untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan melalui kegiatan olah raga. 16.
Pasal 47, mengenai pengobatan tradisional sebagai upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan.
17. Pasal 48, mengenai kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya
kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang selalu berubah.
18. Pasal 50, mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan yang
bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
96
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
19. Pasal 52, mengenai penempatan tenaga kesehatan dalam rangka
pemerataan pelayanan kesehatan. 20.
Pasal 53, mengenai standar profesi tenaga kesehatan dan hak-hak pasien sebagai bentuk perlindungan hukum tenaga kesehatan dan pasien.
21. Pasal 58, mengenai sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan oleh
masyarakat yang harus berbentuk badan hukum. 22.
Pasal 59, mengenai syarat dan tata cara memperoleh izin penyelenggaraan sarana kesehatan.
23. Pasal 63, mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan,
produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
24. Pasal 64, mengenai perbekalan kesehatan yang dilakukan agar dapat
terpenuhinya kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya terjangkau oleh masyarakat.
25. Pasal 66, mengenai penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan secara praupaya, berasaskan usaha bersama dan kekeluargaan.
26. Pasal 69, mengenai penelitian, pengembangan, dan penerapan
hasil penelitian yang harus dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan serta norma yang berlaku dalam masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
27. Pasal 70, mengenai pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang
dilakukan dengan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.
28. Pasal 71, mengenai syarat dan tata cara peran serta masyarakat di bidang
kesehatan. 29.
Pasal 75, mengenai kewenangan Pemerintah dalam pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan.
30. Pasal 78, mengenai kewenangan Pemerintah melakukan pengawasan
terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta.
Selain Peraturan Pemerintah, UU No. 231992 juga memerintahkan pengaturan di bidang kesehatan lebih lanjut dalam bentuk Keputusan Presiden, yaitu:
1. Pasal 55, mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan dalam melaksanakan
profesinya;
2. Pasal 72, mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi, dan tata kerja
Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional.
Selanjutnya, UU No. 231992 juga merujuk pengaturan di bidang kesehatan kepada aturan hukum positif lainnya, yaitu:
97
1. Pasal 31, mengenai pemberantasan penyakit menular dengan upaya
penyuluhan, penyelidikan, pengebalan, penghilangan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina, dan upaya lain yang diperlukan.
2. Pasal 41, mengenai penyitaan dan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau kemanfaatan.
3. Pasal 51, mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan atau masyarakat. 4.
Pasal 55, mengenai ganti rugi kepada setiap orang akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
Dalam melakukan inventarisasi terhadap aturan hukum positif di bidang kesehatan, perlu mengacu kepada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan selanjutnya disingkat UU No. 102004. Berdasarkan hasil inventarisasi, ditemukan aturan hukum positif di bidang
kesehatan, antara lain: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1. Pembukaan alinea keempat, yaitu:
”...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa,...keadilan sosial...”.
2. Pasal 28 H ayat 1, yaitu:
“Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. 3.
Pasal 34 ayat 3, yaitu: “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan untuk
setiap orang yang berhak memperoleh pelayanan kesehatan tersebut”.
Undang-Undang, meliputi: 1.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 2.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 4.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 5.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
Peraturan Pemerintah, meliputi: 1.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1960 tentang Lafal Sumpah Dokter Indonesia;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran; 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan; 98
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan; 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
KabupatenKota;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Peraturan Menteri, meliputi: 1.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 MENKESPERXII1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b MENKESPERII1988
tentang Rumah Sakit; 3.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Men.KesPerIX1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 MenKesIIPer1990 tentang
Legalisasi Keberadaan Rumah Sakit Swasta Pemodal; 5.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378 MENKESPERV1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363 MENKESPERIV1993
tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat-alat Kesehatan; 7.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1173 MENKESPERX2004 tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575 MENKESPERXI2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 9.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512 MENKESPERIV2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 MENKESPERIII2008 tentang
Rekam Medis.
Keputusan Menteri, meliputi: 1.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 806b MenKesSKXII1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983 MenKesSKXI1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum; 3.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282 MENKESSKIII1993 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Swasta;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 595 MenKesSKVII1993 tentang
Standar Pelayanan Kesehatan. 5.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 MenkesSKXII1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772 MENKESSKVI2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit Hospital Bylaw; 7.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004 MENKESSKI2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131 MenkesSKII2004 tentang
Sistem Kesehatan Nasional; 9.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 756 MENKESSKVI2004 tentang Tim Persiapan Liberalisasi Perdagangan Jasa di Bidang Kesehatan;
99
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1165A MENKESSKX2004
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit; 11.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631 MENKESIV2005 tentang
Pengorganisasian Staf Medis dan Komite Medis; 13.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202 Men.KesSKVIII2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas,
Rujukan Rawat Jalan dan Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit yang Dijamin Pemerintah;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 069 MenkesSKII2006 tentang
Pencantuman Harga Eceran Tertinggi pada Label Obat; 15.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 332 Men.KesSKV2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496 MENKESSKIV2006 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit; 17.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 720 MENKESSKIX2006 tentang Harga Obat Generik;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125 MenkesSKII2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2008.
B. Konflik Aturan Hukum Sektor Kesehatan