Penegakan Hukum dan Kebijakan Sektor Kelautan Multi Dimensi

dalam hal ini otonomi Daerah di wilayah laut. Oleh karena itu, antara pemerintah Pusat, pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku ekonomi dibutuhkan pemahaman dan persepsi yang sama terhadap kewenangan Daerah di wilayah laut, antara lain sehubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut. Pengaturan wewenang dan hubungan antara Pemerintah dan pemerintah daerah dalam tata kelola sumber daya alam sektor kelauatan wilayah pesisir dan laut, tidak sekedar difokuskan pada pengaturan terhadap objeknya saja sumberdaya alam, tapi ditekankan pula kewajiban dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

D. Penegakan Hukum dan Kebijakan Sektor Kelautan Multi Dimensi

Dalam hal penegakan hukum di laut, Indonesia sangat dirugikan akibat sumberdaya perikanan banyak “dicuri’ illegal fishing oleh nelayan-nelayan kapal- kapal asing. Akibat “pencurian” tersebut Indonesia justru dituduh oleh banyak negara sebagai pelaku “pencurian” ikan terbesar di dunia. 159 Sungguh ironis, nelayan Indonesia dituduh telah menangkap ikan tuna sirip biru yang jumlahnya melebihi kuota ditetapkan sepihak oleh negara-negara tertentu, sehingga dituduh sebagai pencuri ikan terbesar. Padahal penangkapan jenis ikan tersebut dilakukan oleh nelayan Indonesia di wilayah perairan sendiri. Sebagai perbandingan tentang manajemen dan penegakan hukum sehubungan dengan pengelolaan sumber daya laut hidup, dapat merujuk kepada upaya-upaya yang dilakukan secara baik oleh negara lain, misalnya Negara Norwegia Norway. 160 Bagi Norwegia, industri perikanan merupakan tulang punggung daerah pesisir pantai dan menempatkannya sebagai salah satu sektor ekspor terbesar Norwegia. Oleh karena itu sangat penting bagi Norwegia untuk menerapkan manajemen sumber daya laut hidup yang sangat baik. Tujuan pengelolaan sumber daya laut hidup Norwegia adalah memastikan penggunaan yang berkelanjutan, sebagai contoh, untuk memastikan bahwa panen disesuaikan dengan kapasitas ternak untuk berkembang biak. 159 Mustopa, http:www.p2sdkpkendari.comcetak.php?id=668 . Diakses tanggal 20 Juli 2009. 160 Manajemen Norwegia untuk sumber daya laut hidup. http:www.norwegia.or.idpolicytrademarinemarine.htm Diakses tanggal 20 Juli 2009. 141 Di Norwegia, aturan hukum bidang perikanan ditegakkan baik di laut dan ketika ikan ditangkap. Di laut, penjaga pantai bertanggung jawab untuk memeriksa kapal yang memancing dan tangkapannya. Kapal asing yang memancing di perairan di bawah kekuasaan Norwegia juga diperiksa. Direktorat Perikanan bertanggung jawab untuk mengkontrol jumlah ikan yang ditangkap dan menjaga statistik perikanan. Kasus pemalsuan laporan atau ketidaksamaan dirujuk ke pengadilan. Sejak 1 Juli 2000, pemerintah Norwegia mengharuskan kapal yang berlayar di laut untuk memasang dan menggunakan peralatan berbasis satelit, sehingga memungkinkan para pejabat memonitor kegiatan mereka secara berkala. Norwegia juga memiliki perjanjian tentang penelusuran jejak melalui satelit dengan beberapa negara dimana sumber ikan mereka berada di bawah daerah hukum perikanan Norwegia. Dari aspek kebijakan, Departemen Kelautan dan Perikanan DKP telah merumuskan rencana pembangunan jangka panjang di bidang kelautan, diarahkan untuk mengelola wilayah laut dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran negara. Secara spesifik, juga membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. Namun proyek besar pembangunan kelautan tersebut tidak semata milik DKP, melainkan kait-mengkait secara integral dari seluruh komponen bangsa. Perlu keterkaitan secara sinergis dengan berbagai instansi, termasuk pemerintah daerah yang memiliki wilayah pantai dan laut. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan serta wilayah pesisir di masa datang, akan menghadapi sejumlah tantangan. Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan juga dapat menganggu kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan. Selain itu, tuntutan terhadap pembangunan kelautan dan perikanan secara efisien, efektif, dan dengan pelayanan prima, menjadikan tantangan tersebut makin berat. Namun seberat apapun tantangan itu, pembangunan tetap harus berjalan dengan menggunakan berbagai sumberdaya dan memanfaatkan peluang yang ada. 142

BAB VI ANALISIS ATURAN HUKUM