Langkah Penyempurnaan Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah

mencerminkan adanya keseimbangan dengan penyerahan pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber keuangan yang ada di daerah. Penyerahan sumber-sumber keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah belum mencerminkan besarnya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah. Luasnya urusan pemerintah daerah, tidak dibarengi dengan penyerahan sumber-sumber keuangan potensial yang berada di wilayah daerah otonom sebagai pemasok utama PAD, khususnya yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Masih ada keengganan pemerintah pusat untuk memberikan dana bagi hasil yang lebih besar kepada daerah, khususnya dari sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Hasil sektor pertambangan minyak bumi 84,5 untuk pemerintah pusat dan sisanya dibagi antara provinsi dan kabupatenkota, dan hasil sektor pertambangan gas bumi 69,5 untuk pemerintah pusat dan sisanya untuk daerah. Memang perimbangan keuangan tidak berarti pemberian sumber-sumber keuangan dibagi secara secara sama rata sama besar antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena perimbangan keuangan hakikatnya merupakan subsidi dari pusat kepada daerah. Pemerintah daerah harus mempunyai kemampuan untuk menentukan secara objektif kebutuhan akan keuangan yang diperlukan untuk membiayai penyelenggaraan pelayanan yang diperlukan masyarakat daerah. Pemerintah daerah juga harus dapat melakukan perhitungan secara matang dan rasional mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan sehubungan dengan penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah. Berdasarkan rencana kegiatan itu, akan dapat diketahui kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam satu tahun anggaran.

D. Langkah Penyempurnaan Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah

Beberapa hal yang harus dicermati dan dijadikan sebagai langkah penyempurnaan dalam pelaksanaan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, adalah: 1. Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal perlu dipikirkan adanya semacam pedoman dari pemerintah pusat sebagai sarana pengawasan. 150 2. Prinsip money follow function harus dilaksanakan secara konsisten sehingga kewenangan harus ditetapkan lebih dahulu baru kemudian ditetapkan dan ditransfer dana yang dibutuhkan. 3. Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, agar pemerintah pusat senantiasa mengadakan koreksi atas ketimpangan antar daerah, antara lain dengan DAK. 4. Dari gambaran consolidated revenues APBD KabupatenKota + Provinsi + Penerimaan Dana Dalam Negeri dalam APBN, porsi PAD hanya sekitar 3,45 tergolong sangat sentaralistis. Untuk itu perlu peningkatan taxing powers Daerah, antara lain melalui penyerahan beberapa pajak Pusat dan Daerah, dan penyerahan sebagian PNBP kepada Daerah. Kebijakan ini sekaligus untuk menghilangkan upaya Daerah untuk menggali sumber- sumber PAD yang berdampak distortif terhadap perekonomian dan lingkungan. 5. Terdapat keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan dalam pengelolaan pajak dan retribusi Daerah, sehingga penyimpangan penggunaan anggaran daerah dapat diperkecil atau bahkan ditiadakan. Berdasarkan uraian di atas maka beberapa hal perlu ditegaskan: 1. Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia diwujudkan dengan memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber pendapatan Daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. 2. Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang menyangkut dana perimbangan belum memberikan peran kepada Daerah untuk terlibat langsung dalam menentukan kriteria, variabel, maupun jumlah prosentase pembagian antara Pusat dan Daerah. 3. Hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah terutama yang berkaitan dengan pencairan DAU dan DAK dalam pelaksanaannya kurang transparan. 4. Agar diperoleh suatu pemahaman yang sama, maka dalam menentukan besaran persentase yang akan dicantumkan dalam peraturan yang mengatur tentang perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, harus dilibatkan masyarakat Daerah baik yang berasal dari LSM, perguruan tinggi, dan 151 Dewan Perwakilan Daerah DPD agar terjamin keadilan, transparansi dan akuntabilitas. 5. Untuk meningkatkan kemampuan Daerah dalam membiayai atau membelanjai kegiatan pemerintahan, maka objek pajak yang potensial hendaknya diserahkan hak pemungutan dan pengelolaannya kepada Daerah. 6. Pemberian subsidi atau bantuan hendaknya tetap dapat menjamin kemandirian Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangga Daerah sesuai dengan aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah. 152

BAB VII PROBLEM DAN LANDASAN PIJAK PENATAAN HUBUNGAN

PUSAT DAN DAERAH DAN PERAN MASYARAKAT ADAT A. P embagian Wewenang yang Timpang Antara Pusat dan Daerah Penyusunan daerah otonom ke tingkatan propinsi-propinsi atau sejenisnya dan dibagi lagi dalam kabupaten-kabupaten dan kota-kota, menimbulkan persoalan pembagian urusan pemerintahan dan ruang lingkup kewenangannya. Urusan-urusan pemerintahan yang dapat dibagi dan diselenggarakan bersama-sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hingga sekarang belum terselesaikan dengan tuntas, terutama tentang ruang lingkup masing-masing urusan tersebut dan mengintegrasikan secara sinergis dalam tataran normatif dan pelaksanaannya. Sebagian pihak bersikukuh agar propinsi tetap sebagai daerah yang memiliki urusan otonom, baik jenis maupun ruang lingkup yang besar. Pada sisi lain, kabupaten atau kota, sebagai daerah otonom yang berbasis langsung pada rakyat, juga memiliki urusan sebagai daerah otonom. Namun urusan kabupaten dan kota lebih merupakan urusan residu sisa, karena terlebih dahulu ditentukan dan diatur apa saja lingkup urusan Pemerintah pusat dan urusan propinsi. Pembagian pengelolaan sumber daya yang ada di daerah, terutama sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi banyak menghasilkan uang, kabupaten atau kota hanya mendapat sisa. Pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah berkisar pada sumber-sumber yang sangat terbatas dibandingkan dengan sumber-sumber yang ditetapkan untuk pemerintah pusat. Apakah itu dari sumber daya alam, sumber daya pajak dan retribusi, maupun sumber daya dari bukan pajak dan bukan retribusi yang bernilai uang. Padahal, penyelenggaraan otonomi yang berbasis langsung dengan rakyat, menuntut tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akibat keterbatasan sumber daya keuangan pada kabupaten dan kota, menunjukkan realitas bahwa otonomi pada dua jenis daerah tersebut belum berarti banyak bagi kesejahteraan masyarakat. Relatif kecilnya 153