3. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di propinsi. Sifat urusan yang dilimpahkan
tersebut tetap sebagai urusan pemerintah pusat, namun pelaksanaannya di daerah dilakukan oleh dinas Daerah dan instansi vertikal di daerah. Pendanaan atas
pelaksanaan urusan dekonsentrasi tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah pusat dan dengan sendirinya bersumber dari APBN. Apabila dari pelaksanaan urusan
dekonsentrasi tersebut menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu menjadi penerimaan pemerintah pusat.
Urusan dekonsentrasi antara lain fasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam wilayah kerjanya, penciptaan dan pemeliharaan
ketentraman dan ketertiban umum, pembinaan penyelenggaraan tugas-tugas umum Pemerintah Daerah KabupatenKota.
4. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan juga diadakan dalam rangka memperlancar pelaksanaan urusan pemerintah pusat di daerah. Perbedaan dengan dekonsentrasi, pada tugas
pembantuan dalam pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada propinsi, kabupaten, kota, dan desa. Disamping itu, pihak yang memberikan tugas pembantuan tidak
terbatas dari Pemerintah Pusat saja, tapi juga dapat berasal dari pemerintah propinsi kepada kabupatenkota, atau dari kabupatenkota ke desa.
Dalam hal urusan yang dilaksanakan berdasarkan tugas pembantuan tersebut berasal dari pemerintah pusat, maka dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan
dimaksud berasal dari APBN. Dalam hubungan ini, apabila kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan, maka pendapatan tersebut menjadi penerimaan negara
pemerintah pusat.
146
5. Pinjaman Daerah
Untuk membiayai kebutuhan daerah berkaitan dengan penyediaan prasarana yang dapat menghasilkan pengeluaran modal, maka daerah dapat melakukan
pinjaman baik dari dalam negeri Pemerintah Pusat dan Lembaga Keuangan maupun dari luar negeri dengan persetujuan dan melalui pemerintah pusat. Dengan
demikian sumber pinjaman daerah dapat berasal dari sumber di luar keuangan negara, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga swasta atau masyarakat langsung.
Pinjaman daerah yang bersifat jangka panjang, digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang akan menjadi aset daerah. Selain memberikan manfaat
bagi pelayanan umum, diharapkan dari pengelolaan aset tersebut nantinya dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran pinjaman. Adapun pinjaman daerah
yang bersifat jangka pendek, hanya dapat dilakukan dalam rangka pengelolaan kas daerah yang sifatnya hanya untuk membantu likuiditas.
Kebijakan Pemerintah terhadap pinjaman luar negeri penerusan pinjaman dalam kerangka desentralisasi fiscal, belum diikuti dengan aturan hukum yang jelas
dari segi mekanisme penyaluran, mekanisme pembayaran kembali, jaminan dan akuntabilitas. Akibat dari semua itu, sebagian besar perjanjian pinjaman luar negeri
untuk pemerintah paerah telah ditandatangani, namun belum dapat disalurkan karena persoalan aturan hukum yang disebutkan tadi tidak jelas.
B. Konflik Aturan Hukum dan Disharmoni Tata Kelola Sektor Keuangan Pusat dan Daerah