1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan, 1 latar belakang masalah, 2 identifikasi masalah, 3 batasan masalah, 4 rumusan masalah, 5 tujuan penelitian, 6
manfaat penelitian, 7 spesifikasi produk yang dikembangkan, 8 definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan kegiatan Pendidikan di Indonesia menjadikan tujuan utama bagi kemajuan bangasa Indonesia. Membahas pendidikan yang berlangsung tak
lepas dari permasalahan sistem pendidikan yang kerap disebut sebagai Kurikulum. Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak sepuluh kali dari
tahun 1945 hingga tahun 2013 Trianto, 2009. Pemerintah telah melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan pada tahun 2013 dengan mengganti kurikulum
KTSP menjadi kurikulum 2013. Salah satu tujuan pergantian kurilulum 2013 yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan
hard skills
dan
soft skills
melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang Fadlillah, 2014.
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum yang dijabarkan oleh Fadlillah 2014 yaitu mengenai peningkatan mutu dengan memperhatikan kemampuan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang juga telah dijabarkan pada kompetensi inti yang termuat pada pembelajaran.
Keunggulan kurikulum 2013 diungkapkan oleh Mulyasa 2014: 164 yaitu:
pertama
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah kontekstual yang disebut pendekatan saintifik,
Kedua
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan yang lain.
Ketiga
ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan
pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Tak luput dari berbagai keunggulan dari kurikulum 2013, terdapat beberapa
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Adapun kendala
pada pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu buku siswa dari pemerintah yang belum siap dicetak. Namun secara pelaksanaan dan sangat berperan penting yaitu
pemahaman seorang guru mengenai persiapan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan menyiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran memang
sama dengan kurikulum 2006, yang meliputi Program tahunan Prota, Program semester Prosem, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
Keuntungan dari perangkat pembelajaran sendiri yaitu silabus yang sudah tersedia dari pihak dinas, namun prota, prosem, serta RPP memang masih harus
disusundikembangkan sendiri. Perangkat pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pelaksanan kegiatan
pembelajaran yang siapkan oleh guru. Hal vital yang sangat dibutuhkan guru sebagai pedoman pembelajaran yaitu RPP. BSNP 2007: 445 menyatakan bahwa
“Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetisi dasar
yang mengacu kepada kompetensi dan indikator yang telah dijabarkan dalam silabus
yang memiliki tema tertentu dalam berbagai muatan pembelajaran.” RPP merupakan penjelasan kegiatan pembelajaran yang akan mengarah pada
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Maka itu kompetensi dasar harus diperhatikan dalam pengembangan pembuatan indikator pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan siswa pada jenjang pendidikannya. Perubahan pembelajaran menggunakan tematik memiliki manfaat positif
bagi si swa, salah satunya yaitu “Pembelajaran tematik terpadu memberikan
kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar siswa sebab materi
yang dipelajari nyata”Kemendikbud, 2014:15. Pada tema yang telah ditentukan
memiliki keterkatitan dengan muatan pembelajaran yang juga telah ditentukan dalam kompetensi dasar. Pembelajarannya yang digunakan pada kurikulum ini
selain terpadu juga menerapkan pendekatan saintifik. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2014 lampiran IV menyatakan bahwa pendekatan saintifik memiliki
langkah-langkah pembelajaran yang memuat lima pengalaman belajar pokok, yaitu: 1 mengamati, 2 menanya, 3 mengumpulkan informasieksperimen, 4
Mengasosiasikan mengolah informasi, 5 Mengkomunikasikan. Langkah- langkah ilmiah dalam pembelajaran tersebut dilakukan tidak hanya untuk
mengembangkan pengetahuan, dan keterampilan akan tetapi juga sikap siswa. Sikap yang menunjukkan dalam pembelajaran
terbentuk dari pendidikan karakter yang terkandung dalam pembelajaran pada kurikulum 2013.
Pendidikan karakter diupayakan supaya setiap siswa dalam pembelajaran siswa dapat membangun
kepribadian yang baik, Suyadi, 2013: 6 mengatakan bahwa “
Pendidikan karakter adalah upaya terencana dalam mengetahui kebaikan, mencintainya dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
”. Setiap aspek sikap pada diri siswa
dapat diukur dengan penilaian untuk mengetahui tingkat perkembangannya. Pengukuran tingkat perkembangan tersebut dalam kurikulum 2013 menggunakan
penilaian autentik.
American Library Assosiation
dalam Kemendikbud, 2014: 34 menjelaskan bahwa
“
Penilaian autentik merupakan proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada aktivitas yang relevan
dalam pembelajaran
”. Pengimplementasian kurikulum 2103 memang cenderrung terkesain mendetail, sehingga guru memang harus benar-benar memperhatikan
betul dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Wahynantana mengungkapkan
“
Kebijakan pemerintah sendiri untuk memberlakukan kurikulum 2013 menuntut anak lebih kreatif. Untuk itu guru berusaha menanamkan, bagaimana anak
mampu memahami materi yang diberikan dengan baik
” Kedaulatan Rakyat, 12 Oktober 2014.
Melihat fenomena yang sedang terjadi mengenai implementasi kurikulum 2013 di sekolah dasar dengan keadaan sebenarnya. Hal ini membuat peneliti
melakukan wawancara dan observasi terhadap lima sekolah dasar yang berada di wilayah Yogyakarta pada sekolahan sebagai pelaksana kurikulum 2013. Peneliti
melakukan wawancara dan observasi pada SD KJB, SDN SB, SDN NJ, SD KG, dan SDN NP. Masalah terkait implementasi kurikulum 2013 yang dialami oleh
guru dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Masalah Terkait Implementasi Kurikulum 2013
SDN N SD KG
SDN J SDN SB
SD KJB
4 Guru meminta tolong
dibuatkan RPPH
Keterlambatan distribusi buku
menjadi kendala bagi guru dan
siswa dalam melaksanakan
KBM 3 dari 8 guru
kelas belum bisa membuat RPPH
kurikulum 2013, masih terpaku
dengan RPPH KTSP
Guru kelas 1 tidak bisa
membuat RPPH Guru
mengalami kesulitan
dalam menyusun
rubrik penilaian
RPPH
Tabel 1.1 memaparkan temuan dari pernyataan guru pada lima SD yang peneliti temukan. Rata-rata guru yang peneliti temui dan mengalami kesulitan
adalah guru kelas bawah, apalagi pada guru kelas I yang sering peneliti jumpai. Pembelajaran tematik membuat guru harus ekstra dalam membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH, apalagi guru harus mengembangkan pembelajaran agar standar pembelajaran dapat dicapai dalam indikator
pembelajaran. Peneliti juga melakukan observasi pembelajaran terhadap kelima SD
tersebut. Hasil observasi dari kegitan pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yaitu, peneliti melihat proses
belajar mengajar guru pada kelima SD masih berpusat pada guru, dimana guru harus banyak menjelaskan kepada siswa tanpa adanya kegiatan yang melibatkan
siswa. Ungkapan guru bahwa telah melakukan sesuai pedoman buku guru dan siswa, namun masih belum mengembangkan pendekatan saintifiknya. Peneliti
juga melihat hal yang sama terjadi pada kelima SD tersebut pada karakter siswa kelas I, minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang terlihat
ketika di dalam kelas, hal ini terlihat dengan sikap siswa yang melakukan
keributan dalam kelas dan ingin selalu bermain bersama teman-temannya. Berikut tabel 1.2 yang dialami siswa pada kelima SD tersebut
Tabel 1.2
Masalah yang Dialami Siswa dalam Pembelajaran
SDN N SD KG
SDN J SDN SB
SD KJB
Mengalami kebosanan ketika
pembelajaran di kelas
Ingin bermain dengan teman
Tidak konsentrasi
ketika pembelajaran
karena banyak teman yang
mengganggu Ingin belajar
sambil bermain Mengalami
kebingungan ketika
pembelajaran di kelas
Melihat minat siswa tersebut pada tabel 1.2 dapat kembali dijelaskan pada karekter siswa SD kelas bawah, menurut Piaget dalam Majid, 2014
mengungkapkan bahwa anak usia SD usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana tahapan tersebut ditandai oleh kemampuan berpikir
konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan mengontrol peresepsinya. Untuk mengakomodasi minat siswa dengan melihat karakteristik
anak, siswa dapat diberi kegiatan bermain yang dipadukan dalam konteks belajar, menurut
Vygotsky dalam Beaty:2013 mengatakan “Tahap operasional merupakan perkembangan yang dapat memberikan jembatan peningkatan
pemahaman anak- anak karena interaksi sosialnya”. Permainan tidak hanya
menumbuhkan interaksi pada teman bermainnya, namun juga dapat membentuk kepribadian diri anak. Permainan juga dapat mengembangkan karekter siswa
karena pada saat bermain Anak akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui permainan yang
dilakukan Sujiono, 2010. Ketika anak melakukan permainan anak juga
mengolah apa yang sedang ia alami dan ia dapatkan, melalui pengalaman secara nyata anak berusaha mengembangkan kemampuan dirinya.
Melihat uraian pada implementasi kurikulum 2013 yang dialami oleh guru, dan yang terjadi pada siswa, terdapat hal krusial yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu berupa perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH. Perangkat pembelajaran RPPH dalam
kurikurum 2013 disesuaikan dengan minat siswa yang tampaknya cenderung lebih pada kegiatan bermain. Maka peneliti tertatik untuk melakukan penelitian dan
pengembangan pada penyusunan RPPH khususnya di SD KJB dengan memberi judul penelitian “
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Tema Diriku Subtema Aku
dan Teman Baru”.
B. Identifikasi Masalah