Faktor yang Mendorong terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga

Abuse yang mungkin di dahului atau bersamaan dengan kekerasan fisik, seperti mengancam, atau melukai fisik, mengisolasi atau cemburu, merampas, mengintimidasi, menghina dan terus mengkritik, 3 Kekerasan seksual Sexual Abuse adalah pemaksaan seksual. Hasil penelitian Djannah dkk 2003 menambahkan dari ketiga bentuk kekerasan yang diatas adalah bentuk kekerasan ekonomi. Bentuk kekerasan ini seperti perilaku suami yang membatasi istri untuk bekerja, untuk menghasilkan uang, dan atau membiarkan istri bekerja untuk di eksploitasi atau menelantarkan keluarga dari tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Jadi ekonomi ini dapat menimpa istri yang bekerja maupun yang menjadi ibu rumah tangga.

2.1.3 Faktor yang Mendorong terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga

Quratul uyun 2002 mengatakan bahwa faktor budaya patriarki yang mengganggap pria memiliki kekuasaan yang dominan mengakibatkan perasaan inferior bagi perempuan. Nevid 1997 sendiri menambahkan bahwa kekerasan yang terjadi menunjukan proses normalisasi strategi pria untuk menguasai wanita. Adapun faktor yang mendorong terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri telah diungkap kan oleh Moerti 2010; 1 Masalah keuangan, 2 Cemburu, 3 Masalah anak, 4 Masalah mertua, 5 Masalah Saudara, 6 Masalah sopan santun, 7 Masalah masa lalu, 8 Masalah salah paham, 9 Masalah tidak memasak, 10 Suami mau menang sendiri Universitas Sumatera Utara Sedikit berbeda dengan Hakimi dkk 2011 faktor pemicu tindak kekerasan justru terjadi karena hal yang sepele seperti tidak meyediakan makan yang tepat pada waktunya, tidak mampu merawat anak dan rumah dengan baik, menolak suami berhubungan seks, menanyakan pengeluaran ekonomi suami. Erni Sulastri 2003 menambahkan perselingkuhan, penolakan hubungan sex serta lingkungan menjadi faktor kekerasan dalam rumah tangga tersebut.

2.1.4 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga

Akibat dari kekerasan dapat mempengaruhi mental dan kesehatan fisik perempuan. Hal tersebut di kemukakan juga oleh Nevid dkk 1997 bahwa kekerasan terhadap istri menyebabkan depresi, harga diri rendah resiko luka fisik serta trauma sampai menyebabkan kematian. Lips 1998 menyatakan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sering merasa menjadi orang yang tidak mampu powerlessness dan tak berdaya helpness. Erni Sulastri 2003 mengatakan adanya rasa sakit bekas kekerasan fisik, sakit juga terasa pada daerah vagina perasaan cemas, takut tertekan dan kehilangan percaya diri hingga stress Hasbianto 1996 mengatakan bahwa secara psikologis tindak kekerasan terhadap istri mengakibatkan gangguan emosi, kecemasan dan depresi yang secara konsekwensi logis dapat mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Yang menarik adalah gambaran diri perempuan sebagai korban kekerasan yang dianiaya secara verbal seperti dengan mengatakan bahwa ia memiliki arti, tolol, dan semua label lainnya, maka semakin perempuan melihat bahwa memang begitulah dirinya. Universitas Sumatera Utara Kekerasan yang terjadi pada perempuan bekerja selain berdampak pada dirinya juga pada lingkungan sekitarnya. Perlakuan kejam yang dialami para korban itu mengakibatkan timbulnya berbagai macam penderitaan seperti: a. Jatuh sakit akibat stres seperti sakit kepala, asma, sakit perut, b Menderita kecemasan, depresi, dan sakit jiwa akut, c Berkemungkinan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku, d Kemampuan menyelesaikan masalah rendah e kemungkinan keguguran dua kali lebih tinggi bagi korban yang hamil, f bagi yang menyusui, ASI sering kali terhenti akibat tekanan jiwa, g lebih berkemungkinan bertindak kejam terhadap anak, karena tidak dapat menguasai diri akibat penderitaan yang berkepanjangan dan tidak menemukan jalan keluar Erna, 2011 Hayati 2000 berpendapat bahwa kekerasan yang dialami oleh istri berdampak pada kesehatannya. Dampak kekerasan itu berupa kelainan fisik berupa kecacatan bahkan yang paling tragis bisa menimbulkan kematian. Secara psikologis berupa, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri , ketidakstabilan emosi serta rasa ketergantungan pada suami yang menyiksanya. Apabila ia memiliki anak kemungkinan anak dibimbing dengan kekerasan, peluang berlaku kejam pada anak akan semakin meningkat, anak dapat mengalami depresi, dan berpotensi untuk melakukan kekerasan terhadap pasangan nya ketika ia sudah dewasa seperti yang pernah dilihatnya. Bagi perempuan pekerja mempengaruhi kinerja nya di kantor, lebih banyak membuang waktu untuk mencari bantuan, cerita kepada teman, psikolog atau psikiater dan merasa takut kehilangan pekerjaan nya. Dan gangguan kesehatan reproduksi seperti terjadi nya abortus, kehamilan yang tak diingin kan bahkan Universitas Sumatera Utara aktivitas seksual yang dingin. Dampak yang paling sering tidak nampak dan berbekas berupa tekanan emosional dan gangguan aktifitas seksual Kossek Ozeki, 1998. Fatahillah 2002 mengatakan bahwa ada beberapa hambatan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yaitu : 1 Persepsi masyarakat Indonesia terhadap KDT menganggab bahwa itu adalah masalah pribadi, 2 Paradigma legalistik aparat penegak hukum yang belum memberikan perlindungan penuh terhadap korban, 3 Kekerasan fisik yang hanya jadi bukti akurat ada kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan kekerasan yang lain terabaikan.

2.2 Perempuan Bekerja