otot. Istirahat sejenak memberikan waktu agar otot kembali mendapat aliran darah yang normal untuk mengalirkan semua metabolit hasil pembakaran. Kelelahan mental
tidak ada hubungan nya dengan pendayagunaan energy yang berlebihan . Kelelahan ini adalah akibat kebosanan, konsentrasi yang telalu lama pada satu tugas saja,
ansietas, kebosanan, frustasi, ketakutan, atau hanya keengganan untuk melakukan pekerjaan tertentu
d. Depresi
2.4.8 Penurunan Libido
Gilly Adrew 2010 mengatakan penurunan libido adalah hilangnya minat dan keinginan untuk merasakan seks. Terkadang hal ini menimbulkan frigid atau
dingin. Ini merupakan keluhan umum bagi banyak wanita. Masalah penurunan libido primer dapat terjadi akibat kesulitan yang dialami selama maturasi seksual
awal, misalnya penganiayaan seksual pada masa anak-anak atau perkosaan. Masalah penurunan libido sekunder muncul lebih sering dan cenderung dikaitkan dengan
peristiwa hidup yang baru terjadi atau peristiwa masa lalu yang memengaruhi emosi atau fisik.
2.4.9 Disfungsi Seksual
Teori penyebab disfungsi seksual berpusat pada pengaruh masa kecil yang belajar tentang seks, sikap dan kepercayaan yang problematik, penyebab biologis
seperti efek penyakit dan pengobatan, faktor psikodinamik individu, dan masalah hubungan dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Dorongan seks ditentukan oleh kombinasi faktor fisik dan psikologis, tetapi kondisi fisik tertentu dapat menurunkan dorongan seksual. Sakit fisik yang kronis
juga dapat menekan dorongan seks Keith 1985, rendahnya dorongan seks dapat disebabkan oleh efek peyakit tersebut, efek pengobatan pada hormon seks atau akibat
dari stress, sakit, dan depresi juga dapat mempengaruhi dorongan seksual. Penyebab psikologis lebih bervariasi dan kompleks, faktor situasional seperti
perceraian, kematian keluarga, stress pekerjaan dapat menyebabkan menurun hasrat seksual. Tidak masuk akal untuk mengharapkan hubungan seksual yang
menyenangkan antara pasangan yang saling membenci satu sama lain hanya mementingkan kepuasan pribadi saja tanpa mau memperhatikan pasangannya.
Pada kasus perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mereka tidak mempunyai motif terhadap kehidupan seksual nya. Pada perempuan
umumnya melakukan hubungan seks yang di paksakan karena: 1 Tidak ingin kehilangan pasangan nya, 2 Hubungan seks merupakan sebuah kewajiban,
3 Pasangan mereka membuat mereka merasa bersalah, 4 Ingin memuaskan pasangan sehingga terhindar dari konflik Carole, 2005.
Carole Wade,2005 juga mengatakan bahwa para perempuan yang merasa tidak aman dengan hubungan mereka kadang juga melakukan hubungan sex yang
tidak diinginkan namuun dengan alasan yang berbeda : 1 Menambah pengalaman seksual, 2 Memuaskan rasa ingin tau, 3 Menyenangkan pasangan mereka,
4 Mempererat keintiman.
Universitas Sumatera Utara
Anton 2009 mengatakan kekerasan dan dominasi pria dapat membatasi kehidupan sex dan reproduksi wanita. Padahal Konfrensi Kependudukan di Kairo
1994 menjelaskan bahwa kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraaan fisik, mental dan social yang utuh tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Berarti seseorang harus mempunyai kehidupan seks yang memuaskan
dan aman. Mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan bagaimana, bila mana dan seberapa sering mereka melakukan aktifitas
seksual. Atmojo 2003 mengatakan memang tak bisa di pungkiri, kehidupan seksual
bukanlah segalanya dalam institusi perkawinan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Elvi Handayani 2009 bahwa seks merupakan ekspresi cinta yang membentuk
komunikasi indah antara suami dan istri yang harus dinikmati bersama sehingga memperkecil adanya kekerasan dalam rumah tangga. Sayangnya pernyataan itu
belum terjadi pada semua perempuan di Indonesia. Sex masih dianggap tak pantas untuk dibicarakan. Kepuasan sex hanya milik pria dan wanita hanya sebagai obyek
pemuas nafsu. Apabila perempuan bicara dan mulai menuntut hak nya untuk menikmati seks tersebut, mereka dianggap perempuan yang nakal dan tidak puas dan
hal tersebut tidaklah pantas terjadi pada perempuan baik-baik. Masyarakat menganggap perempuan haruslah bersikap pasif, jarang memulai
hubungan seks dan tidak menuntut terang–terangan pada laki-laki. Perempuan diharapkan menilai seksualitas nya hanya sebagai awal dari reproduksi, bukan
Universitas Sumatera Utara
dinikmati. Ia diharapkan menekan perasaan seksual atau menerima walaupun itu tidak menyenangkan. Banyak perempuan dididik untuk meyakini bahwa bangkitnya birahi
tergantung pada pasangannya dan tidak boleh lebih agresif dibanding pria. Karena semata perempuan hanya sebagai boneka seks yang selalu siap melayani suaminya
sebagai pelepas ketegangan seksual. Jadi agar pria tidak kecewa, wanita sering memalsuka orgasme untuk melindungi citra kejantanan suaminya Derek, 1997
Derek juga mengatakan bahwa aktifitas seks yang sempurna hanya dicapai jika keduanya memiliki persamaan dengan aktifitas ini sehingga dibagi dan
dikerjakan bersama dalam waktu yang disepakati bersama, bukan keinginan untuk satu orang saja. Sedangkan menurut Ira Pramasati 1997 memberikan penilaian
bahwa perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan pengalaman seksualnya. Kesalahan perempuan adalah ia memaksakan dirinya tidak menikmati
aktifitas sexual dengan harapan mendapat imbalan cinta kasih yang tulus dari pendamping nya.
2.4.10 Dampak Seksual Perempuan yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga