dilaporkan walaupun angka tersebut masih bersifat seperti fenomena gunung es. Perempuan yang bekerja yang secara kasat mata dapat mandiri secara ekonomi,juga
termasuk dalam pelaporan tersebut walau jumlah yang terlaporkan masih sedikit. Berdasarkan oleh fakta tersebut diatas peneliti ingin mengetahui benarkah fenomena
kekerasan dalam rumah tangga berakibat langsung terhadap aktifitas seksual dan kestabilan emosi nya pada perempuan bekerja.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengungkap fenomena yang terjadi terhadap perempuan yang bekerja dan mengalami kekerasan di dalam rumah tangga. Bila kekerasan dalam rumah
dibiarkan tidak hanya berdampak pada produktivitas dan kesehatan ibu, namun juga pada pekembangan psikologis anak.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi faktor-faktor yang
menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dan dampak pada emosi serta aktivitas seksual pada perempuan yang bekerja
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan dan pengetahuan teoritik di bidang kesehatan reproduksi yang masih sangat sedikit.
5. Sebagai sumber informasi kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian
lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kekerasan dalam Rumah Tangga 2.1.1. Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga
Beberapa istilah yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga, Wife Abuse, Wife Bathering, Wife Beating, Spouse Abuse, Domestic Violance, Violance
Against Women. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 “KEKERASAN” diartikan dengan perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik. Dengan demikian kekerasan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik
yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau unsur yang perlu di perhatikan adalah berupa paksaan atau ketidak relaan pihak yang dilukai. Sedangkan pengertian rumah
tangga tidak dapat ditemukan dalam deklarasi PBB, namun secara umum dapat diketahui bahwa rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat
yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Yang dijumpai adalah pengertian “KELUARGA” yang tercantum dalam pasal 1 ke 30 UU No 8 Tahun 1981 tentang
KUHP yaitu : keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai derajad tertentu atau hubungan perkawinan.
Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasaan terhadap Perempuan mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan
jenis kelamin gender based violence yang berakibat atau mungkin berakibat
Universitas Sumatera Utara
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual,ataupun psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.
Pasal 2 menjelaskan kekerasan terhadap perempuan harus dipahami tak hanya terbatas pada tindakan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis yang terjadi di dalam
keluarga dan masyarakat, termasuk pemukulan, penyalahgunaan seksual atas perempuan kanak-kanak, kekerasan yang berhubungan dengan mas kawin, perkosaan
dan perkawinan marital rape, pengrusakan alat kelamin perempuan, dan praktik kekejaman tradisonal lain terhadap perempuan, kekerasan di luar hubungan suami
istri dan kekerasan yang berhubungan dengan eksploitasi perempuan, perkosaan, penyalahgunaan seksual, pelecehan dan ancaman seksual di tempat kerja dalam
lembaga pendididkan dan sebagainya, perdagangan perempuan, dan pelacuran paksa, serta termasuk kekerasan yang dilakukan dan di benarkan oleh negara dimanapun
terjadinya. Rika,2009
2.1.2 Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 mengatakan bahwa : setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman atau melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 1 Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
Universitas Sumatera Utara
Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut menjambak, menendang, menyudut dengan
rokok, memukul, melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
2 Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-
komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau, menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
3 Kekerasan seksual meliputi pengisolasian menjauhkan istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri,
tidak memperhatikan kepuasan pihak istri. 4 Kekerasan ekonomi adalah setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri Moerti, 2010.
Cookfair 1996 mengungkapkan kekerasan terhadap perempuan terdiri dari 1 Kekerasan fisik Physical Abuse merupakan kekerasan yang dilakukan berulang-
ulang seperti mendorong, mendesak, menampar, menendang, menyerang, dengan senjata, menahan, menolak, 2 Kekerasan emosional atau psikologis Emotional
Universitas Sumatera Utara
Abuse yang mungkin di dahului atau bersamaan dengan kekerasan fisik, seperti mengancam, atau melukai fisik, mengisolasi atau cemburu, merampas,
mengintimidasi, menghina dan terus mengkritik, 3 Kekerasan seksual Sexual Abuse adalah pemaksaan seksual. Hasil penelitian Djannah dkk 2003
menambahkan dari ketiga bentuk kekerasan yang diatas adalah bentuk kekerasan ekonomi. Bentuk kekerasan ini seperti perilaku suami yang membatasi istri untuk
bekerja, untuk menghasilkan uang, dan atau membiarkan istri bekerja untuk di eksploitasi atau menelantarkan keluarga dari tidak memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga. Jadi ekonomi ini dapat menimpa istri yang bekerja maupun yang menjadi ibu rumah tangga.
2.1.3 Faktor yang Mendorong terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Quratul uyun 2002 mengatakan bahwa faktor budaya patriarki yang mengganggap pria memiliki kekuasaan yang dominan mengakibatkan perasaan
inferior bagi perempuan. Nevid 1997 sendiri menambahkan bahwa kekerasan yang terjadi menunjukan proses normalisasi strategi pria untuk menguasai wanita. Adapun
faktor yang mendorong terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri telah diungkap kan oleh
Moerti 2010; 1 Masalah keuangan, 2 Cemburu, 3 Masalah anak, 4 Masalah mertua, 5 Masalah Saudara, 6 Masalah sopan santun, 7 Masalah masa lalu,
8 Masalah salah paham, 9 Masalah tidak memasak, 10 Suami mau menang sendiri
Universitas Sumatera Utara
Sedikit berbeda dengan Hakimi dkk 2011 faktor pemicu tindak kekerasan justru terjadi karena hal yang sepele seperti tidak meyediakan makan yang tepat pada
waktunya, tidak mampu merawat anak dan rumah dengan baik, menolak suami berhubungan seks, menanyakan pengeluaran ekonomi suami. Erni Sulastri 2003
menambahkan perselingkuhan, penolakan hubungan sex serta lingkungan menjadi faktor kekerasan dalam rumah tangga tersebut.
2.1.4 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga
Akibat dari kekerasan dapat mempengaruhi mental dan kesehatan fisik perempuan. Hal tersebut di kemukakan juga oleh Nevid dkk 1997 bahwa kekerasan
terhadap istri menyebabkan depresi, harga diri rendah resiko luka fisik serta trauma sampai menyebabkan kematian. Lips 1998 menyatakan bahwa perempuan yang
mengalami kekerasan dalam rumah tangga sering merasa menjadi orang yang tidak mampu powerlessness dan tak berdaya helpness. Erni Sulastri 2003 mengatakan
adanya rasa sakit bekas kekerasan fisik, sakit juga terasa pada daerah vagina perasaan cemas, takut tertekan dan kehilangan percaya diri hingga stress
Hasbianto 1996 mengatakan bahwa secara psikologis tindak kekerasan terhadap istri mengakibatkan gangguan emosi, kecemasan dan depresi yang secara
konsekwensi logis dapat mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Yang menarik adalah gambaran diri perempuan sebagai korban kekerasan yang dianiaya secara
verbal seperti dengan mengatakan bahwa ia memiliki arti, tolol, dan semua label lainnya, maka semakin perempuan melihat bahwa memang begitulah dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang terjadi pada perempuan bekerja selain berdampak pada
dirinya juga pada lingkungan sekitarnya. Perlakuan kejam yang dialami para korban
itu mengakibatkan timbulnya berbagai macam penderitaan seperti: a. Jatuh sakit akibat stres seperti sakit kepala, asma, sakit perut, b Menderita kecemasan, depresi,
dan sakit jiwa akut, c Berkemungkinan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku, d Kemampuan menyelesaikan masalah rendah e kemungkinan keguguran dua kali
lebih tinggi bagi korban yang hamil, f bagi yang menyusui, ASI sering kali terhenti
akibat tekanan jiwa, g lebih berkemungkinan bertindak kejam terhadap anak, karena tidak dapat menguasai diri akibat penderitaan yang berkepanjangan dan tidak
menemukan jalan keluar Erna, 2011 Hayati 2000 berpendapat bahwa kekerasan yang dialami oleh istri
berdampak pada kesehatannya. Dampak kekerasan itu berupa kelainan fisik berupa kecacatan bahkan yang paling tragis bisa menimbulkan kematian. Secara psikologis
berupa, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri , ketidakstabilan emosi serta rasa ketergantungan pada suami yang menyiksanya. Apabila ia memiliki anak
kemungkinan anak dibimbing dengan kekerasan, peluang berlaku kejam pada anak akan semakin meningkat, anak dapat mengalami depresi, dan berpotensi untuk
melakukan kekerasan terhadap pasangan nya ketika ia sudah dewasa seperti yang pernah dilihatnya. Bagi perempuan pekerja mempengaruhi kinerja nya di kantor,
lebih banyak membuang waktu untuk mencari bantuan, cerita kepada teman, psikolog atau psikiater dan merasa takut kehilangan pekerjaan nya. Dan gangguan kesehatan
reproduksi seperti terjadi nya abortus, kehamilan yang tak diingin kan bahkan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas seksual yang dingin. Dampak yang paling sering tidak nampak dan berbekas berupa tekanan emosional dan gangguan aktifitas seksual Kossek Ozeki, 1998.
Fatahillah 2002 mengatakan bahwa ada beberapa hambatan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yaitu : 1 Persepsi masyarakat Indonesia terhadap
KDT menganggab bahwa itu adalah masalah pribadi, 2 Paradigma legalistik aparat penegak hukum yang belum memberikan perlindungan penuh terhadap korban, 3
Kekerasan fisik yang hanya jadi bukti akurat ada kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan kekerasan yang lain terabaikan.
2.2 Perempuan Bekerja
2.2.1. Definisi Perempuan Bekerja
Definisi perempuan bekerja menurut Encyclopedia Of Children’s Health, adalah seorang perempuan yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan
penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak dirumah dalam Lerner, 2001, juga menyebutkan bahwa perempuan bekerja adalah perempuan yang
memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga kerja. Menurut Ihromi 1990, perempuan bekerja adalah perempuan yang sudah bersuami dalam kehidupan
atau kegiatan sehari-harinya bekerja di luar rumah mencari nafkah baik sebagai pegawai negri ataupun yang bekerja swasta.
Hal ini juga di perkuat oleh Suryadi dalam Anoraga 2001 mengartikan perempuan bekerja sebagai perempuan yang bekerja untuk menghasilkan uang atau
lebih cenderung pada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya suatu
Universitas Sumatera Utara
peraturan sehingga memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam pekerjaan, jabatan, dan lain-lain
2.2.2 Faktor Penyebab Perempuan Menikah Bekerja
Motivasi untuk bekerja dengan mendapat penghasilan khususnya untuk perempuan golongan menengah tidak lagi hanya untuk ikut memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga, melainkan juga untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka peroleh serta untuk mengembangkan dan
mengaktulisasikan diri Ihromi, 1990. Pendapat ini di benarkan oleh Rini 2002 dengan mengatakan beberapa
faktor yang mendorong wanita bekerja di luar rumah, yaitu : 1 Kebutuhan financial, faktor ekonomi umumnya menjadi alasan seorang wanita bekerja karena dengan
penghasilan yang diperoleh, dapat memenuhi kebutuhan seharihari, 2 Kebutuhan sosial dan relasional, kebutuhan sosial-relasional merupakan kebutuhan akan
penerimaan sosial, identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja, 3 Kebutuhan aktualisasi diri, bekerja merupakan salah satu jalan untuk
mengaktualisasikan diri Maslow dalam Rini 2002 bahwa salah satu kebutuhan bagi manusia adalah
aktualisasi diri. Dengan bekerja, seseorang dapat bekerja, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dengan orang lain, membagikan ilmu dan
pengalaman, menghasilkan sesuatu, mendapatkan penghargaan, penerimaan dan prestasi.
Universitas Sumatera Utara
Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah. Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja, karena
mempunyai kebutuhan sosial yang tinggi dan tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan
penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan-rekan di kantor, menjadi agenda yang lebih
menyenangkan dari pada tinggal di rumah.
2.2.3 Konflik Peran Ganda pada Perempuan Bekerja
Peran perempuan dalam kehidupan baik sebagai individu, istri, ibu maupun anggota masyarakat sangat lah komplek. Konflik peran disini bermakna sebagai
gabungan dua atau lebih peran sehingga pemenuhan peran yang satu menghalangi peran yang lain. Perempuan yang berperan sebagai ibu lebih banyak konflik dari pada
merek yang tidak memiliki anak. Hal ini disebabkan karena perempuan yang bekerja sebagai ibu merasakan peran yang berlebih Barnet, 1985.
Menurut Green House dalam Irawati, 2008 mengatakan bahwa konflik peran perempuan bekerja merupakam intercole konflik. Hal ini terjadi karena apabila dalam
keluarga dan pekerjaan membutuhkan perhatian yang sama dan saling dipenuhi, namun pemenuhan salah satu peran menghasilkan kesulitan pda peran yang lain.
Reaksi emosional akan muncul biasanya disebabkan karena tidak dapat mengurus anak dengan sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Th Dewi 2001 mengatakan bahwa konflik peran itu perempuan seringkali mengorbankan pekerjaan jika tuntutan keluarga semakin meningkat. Perempuan
masih berfikir bahwa sebuah kesuksesan bukan hanya ditandai dengan uang dan prestise maka ia akan mundur dari pekerjaan demi keluarganya. Hal itu terjadi karena
perempuan tak mau dianggap bersalah bila harus dinilai mementingkan karir dari pada keluarganya. Gejala merasa bersalah, gelisah, cemas, dan frustasi akan
menurunkan kesehatan fisik maupun mental ibu Wiyarini, 1998. Beberapa aspek yang menunjukan bahwa perempun bekerja mengalami
konflik peran ganda seperti yang diungkapkan Sembel 2003, apabila kemampuan dalam mengendalikan perubahan dan merancang masa depan masih rendah,
kebebasan financial yang diimpikan belum tercapai, pengelolaan waktu yang masih belum teratur, kesehatan fisik kurang diperhatikan, kecerdasan spiritual belum terasah
dan manajeman kendali diri belum baik. Hal ini diperkuat oleh Fitri 2008 bahwa aspek yang memengaruhi konflik
peran ganda adalah : 1 Masalah kehadiran anak, 2 Keterlibatan dalam keluarga, 3 Komunikasi dengan keluarga, 4 Mengelola waktu, 5 Penentuan prioritas, 6
Keterlibatan kerja. Sedangkan faktor yang memengaruhi konflik peran ganda dijelaskan oleh Rini
2002 adalah; 1 Faktor internal yaitu perasaan ibu, 2 Faktor eksternal yaitu dukungan suami, kehadiran anak dan masalah kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Hubungan Kemandirian Perempuan Bekerja dengan Sikap terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga
Tina afiatin 1993 dalam penelitiannya mengatakan bahwa pendidikan formal tidak membawakan kesadaran beremansipasi karena wanita masih mengikut i
pembatasan yang diadakan oleh nilai dan norma masyarakat. Menurut Saraswati 2000 terdapat suatu asumsi ketika perempuan menjadi mandiri secara ekonomi,
maka perempuan akan mendapatkan kekuasaan yang sama dengan laki-laki. Pendapat tersebut didukung oleh Sulastri dan Retnowati 2003 yang melakukan studi
eksploratif di Indra Mayu hasilnya menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kekerasan suami terus berulang terhadap istri adalah karena istri tidak mempunyai
kemandirian ekonomi. Perempuan yang mandiri secara ekonomi atau memiliki penghasilan sendiri
akan otonom, bebas mengeluarkan pendapat dan memberi kritikan. Kemandirian yang di miliki istri akan mengarahkan sikap nya terhadap kekerasan yang di terima.
Artinya semakin istri mandiri maka semakin dia menolak tindakan kekerasan terhadap diri nya Arie, 2006.
2.3 Emosi 2.3.1. Definisi Emosi
Emosi termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatnya tidak sama. Emosi berasal dari kata “emotus” atau “emovere” yang artinya
sesuatu hal yang mendorong terhadap sesuatu yang lain, yang mempengaruhi keadaan reaksi psikologis dan fisiologis manusia seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan
Universitas Sumatera Utara
dan kecintaan Depdikbud, 2001. Pengertian emosi menurut Goldeson 1970 adalah perasaan yang relatif
menetap dalam diri seseorang. Perasaan tersebut biasanya mengarahkan perilaku seseorang dan perubahan fisiologik. Sementara itu, Prinz 2004 menjelaskan emosi
dalam tiga pengertian : 1 Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu, 2 Emosi adalah hasil proses persepsi terhadap situasi, 3 Hasil reaksi
kognitif berpikir terhadap situasi spesifik. Definisi Emosi juga di utarakan oleh Goleman 1996 sebagai setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap kegiatan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi merupakan tanggapan rasa sayang, marah, benci yang dialami
individu dan menyatakan bahwa ada emosi yang membawa rasa enak atau menyenangkan, ada juga emosi yang menimbulkan rasa kurang menyenangkan.
Menurut Morgan 1996, emosi terjadi disebabkan dua hal yaitu terhalangnya keinginan misalnya dapat menyebabkan marah dan tercapainya motivasi misalnya
menyebabkan kesenangan. Hal yang sama diungkapkan oleh Maramis dalam Sunaryo, 2004 emosi merupakan manifestasi perasaan atau afek yang keluar dan
disertai banyak komponen fisiologik, dan biasanya tidak lama. Masih dalam pengertian yang sama Bimo Walgito 2004 emosi adalah suatu keadaan perasaan
yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak dalam diri individu yang mempengaruhi keadaan reaksi
Universitas Sumatera Utara
psikologis dan fisiologis dan kecenderungan untuk bertindak manusia.
2.3.2 Hubungan Emosi dengan Gejala Jasmani
Keadaan emosi seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilaku orang tersebut. Keadaan emosi seseorang dapat dilihat dari ekspresinya. Setiap individu
senantiasa dalam keadaan bergaul, baik dengan sesamanya maupun dengan lingkungan nya. Dalam situasi pergaulan sosial itu memungkinkan timbulnya
peristiwa emosi bagi setiap individu yang bersangkutan. Emosi normal akan mempunyai nilai yang berfaedah bagi kesehatan jasmani dan tingkah laku sosial yang
pada umum nya disebabkan karena terlalu takut, emosi, cemas Heri Purwanto, 1999. Menurut Abu 2003 gejala emosi tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut
paut dengan gejala jiwa yang lain bahkan tak dapat dipisahkan. Adanya hubungan antara emosi dengan gejala kejasmanian diantara para ahli tidaklah terdapat
perbedaan pendapat. Yang menjadi silang pendapat adalah mana yang menjadi sebab dan akibatnya. Bimo 2004 menceritakan tiga teori emosi yaitu:
a. Teori L. Keeler Pada teori ini menghubungkan antara emosi dan gejala fisik yang dialami
seseorang. Teori ini dikemukakan oleh L. Keeler yang mengatakan adanya hubungan emosi dengan gejala gejala jasmani tidak terdapat perbedaan pendapat.
Yang menjadi silang pendapat adalah mana yang menjadi sebab dan akibatnya. b. Teori James-Lange
Menurut teori ini emosi bergantung pada aktivitas otak atau sentral nya, reaksi jasmani bukan merupakan dasar dari emosi. Teori ini dikenal dengan teori
pendekatan neurologis.
Universitas Sumatera Utara
c. Teori Schachter-Singer Teori ini mengatakan bahwa emosi yang dialami sesorang merupakan hasil
interpertasi dari kondisi jasmani Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa emosi sangat berfungsi
dan mempengaruhi dalam kehidupan manusia. Pengaruh emosi lebih terasa apabila manusia dihadapkan pada situasi lingkungan di sekitarnya. Fungsi dari emosi itu bisa
menjadikan pengendali perilaku tetapi kadang juga bisa jadi penguat perilaku. Akan tetapi emosi juga bisa membuat individu lari dari kenyataan.
2.3.3 Pengelompokan Emosi
Menurut Carol Wade ada tiga elemen emosi yaitu: a.
Tubuh Manusia Para psikolog memiliki pandangan berbeda-beda mengenai emosi primer atau
sekunder. Daftar emosi primer umumnya meliputi marah, takut, sedih, senang, terkejut, jijik dan sebal. Emosi tersebut memiliki pola psikologis yang berbeda dan
menghasilkan ekspresi wajah yang berbeda. Situasi yang menimbulkan emosi tersebut bersifat umum di seluruh dunia, dimanapun manusia berada, kesedihan akan
mengikuti persepsi kehilangan, rasa takut akan menghalangi persepsi ancaman atau disakiti, rasa marah akan mengikuti persepsi penghinaan atau ketidakadilan.
Sebaliknya emosi sekunder meliputi semua variasi dan campuran berbagai emosi yang bervariasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya serta berkembang
secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
b. Pikiran
Banyak fakta menunjukan bahwa berfikir dapat mempengaruhi emosi dan hal tersebut sangat lah mengesankan. Saat seseorang berada dalam kondisi emosi yang
tidak menyenangkan, mereka dapat mengunggunakan perasaan tersebut dan menganalisa ulang situasi dan persepsi mereka terhadap situasi tersebut.Emosi bukan
lah faktor yang menghambat kemampuan berfikir kritis. Kegagalan berfikir kritislah yang menciptakan emosi.
c. Budaya
Budaya sangat mempengaruhi semua aspek pengalaman emosi,termasuk jenis emosi yang dikategorikan emosi primer. Budaya sangat mempengaruhi aturan
bagaimana seseorang mengekpresikan perasaan nya yang dalam taraf kewajaran. d.
Tambahannya adalah menggabungkan emosi dan gender Pria dan perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua
emosi mulai dari cinta, duka hingga marah. Kebanyakan pria terlihat lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik dibandingkan perempuan. Namun kedua jenis
kelamin ini terkadang memiliki perbedaaan persepsi yang menghasilkan emosi Goleman 2002 mengemukakan bahwa emosi dasar individu terbagi atas
dua yaitu emosi dasar positif dan emosi dasar negatif. Emosi dasar positif merupakan perasaan yang membawa kenyamanan atau kesenangan bagi individu seperti :
1 Kenikmatan didalamnya meliputi bahagia, gembira, puas, riang, senang terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang,
senang sekali, mania, 2 Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan,
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. Sedangkan emosi dasar negative merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
yang membawa ketidaknyamanan pada individu tersebut: 1
Marah Yaitu reaksi emosional yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang
merangsang, termasuk ancaman, pengekangan diri, serangan, kekecewaan atau frustasi dan dicirikan oleh reaksi yang kuat pada sistem saraf. Salah satu cara orang
melampiaskan marah adalah dengan katarsis. Marah juga dapat diekspresikan dalam bentuk menyerang, melukai dan menghancurkan objek kemarahan. Ekspresi marah
ditandai dengan adanya ciri-ciri kulit wajah yang memerah, sudut mata yang melebar, urat memerah dimata, kontraksi dan mengatupnya bibir, mengatupnya
rahang, tangan yang mengepal, suara dan lengan yang gemetaran, jantung berdebar keras, dada terasa sesak, kepala seperti berdenyut, muka terasa panas, peredaran
darah cepat, dan sukar berbicara. Didalamnya meliputi brutal, mengamuk, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak
kekerasan. 2. Kesedihan
Merupakan suatu keadaan kemurungan, kesedihan, patah semangat yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme
menghadapi masa yang akan datang. Ekspresi sedih adalah menangis, apatis, tidak semangat dalam hidup, sering bernafas panjang sebagai respon dari kesedihannya,
depresi dan bunuh diri. Di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram,
Universitas Sumatera Utara
melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi. 3. Takut
Rasa takut adalah suatu reaksi emosional yang kuat, mencakup perasaan subjektif, penuh ketidaksenangan dan keinginan untuk melarikan diri atau
bersembunyi, disertai kegiatan penuh perhatian. Ketakutan ini merupakan satu reaksi terhadap satu bahaya yang tengah dihadapi atau khawatir karena mengantisipasi satu
bahaya. Ekspresi rasa takut adalah menjerit, melarikan diri, menghindar, pucat dan keringat, sembunyi, buang air dan muntah, lemas dan gemetar, nafas memburu,
denyut jantung meningkat, air liur mengering, bulu roma ,berdiri, otot-otot menegang dan bergetar . Didalamnya meliputi cemas, takut, khawatir, waswas, perasaan takut
sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, gugup, panik, dan fobia. 4 Rasa Bersalah
Merupakan perasaan emosional yang berasosiasi dengan realisasi bahwa seseorang telah melanggar peraturan sosial, moral atau etis dan susila. Rasa bersalah
diekspresikan lewat proyeksi atau isolasi diri, menderita dan tidak dapat menyesuaikan diri, menebus kesalahan di depan umum, menggunakan apa yang
dirasakan, permintaan maaf, mengambil hati orang yang menyebabkan kita merasa bersalah atau bunuh diri. Di dalamnya meliputi perasaan menyesal, tertekan atau
perasaan tersiksa. 5 Jijik atau Muak
Merupakan suatu sikap yang sangat menolak atau menentang, penuh sakit hati serta ada keinginan yang kuat untuk menimbulkan derita pada objek yang tidak
Universitas Sumatera Utara
disukai. Ekspresi jijik atau muak yaitu bibir atas memonyong ke samping sedang hidung mengerut sedikit, menutup cuping hidung atau meludahkan makanan, senyum
menyeringai atau isolasi dari masyarakat. Rasa jijik atau muak memunculkan pola reaksi yang kaku, muntah, menghindari kontak dengan substansi yang menyebabkan
rasa jijik atau muak, sulit untuk menyenangi atau menghargai apa yang orang lain, secara individu atau normatif dalam budaya atau sub budaya lain, adalah
menyenangkan atau berharga. Emosi jijik atau muak menghalangi hubungan sosial, keinginan seksual dan kesenangan lain, dan dapat mendorong untuk menghindari
sekumpulan situasi pengalaman-pengalaman yang tidak menjijikkanmemuakkan bagi orang lain. Didalamnya meliputi hina, benci, mual, tidak suka, dan mau
muntah. 6 Malu
Merupakan suatu kondisi kegelisahan, tidak menyenangkan dan terhambat, disebabkan oleh kehadiran orang lain. Rasa malu diekspresikan dengan bersembunyi,
menghindari orang yang membuat kita merasa malu, menyembunyikan kebenaran, bunuh diri, mengucilkan diri dari hubungan sosial, sulit menjalin persahabatan atau
bertemu dengan orang lain yang baru dikenal, sulit mengatakan perasaan, tidak berani memprotes pandangan orang lain yang salah mengenai dirinya, enggan
memperlihatkan kemampuannya, menunduk dan terlalu kaku. Didalamnya meliputi malu hati, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Menurut Johana 2006 hanya pada emosi malu terlihat perbedaan penilaian antara perempuan dan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 . Pengertian Kestabilan Emosi
Menurut Najati 2000 bahwa kestabilan emosi adalah tidak berlebih-lebihan dalam pengungkapan emosi,karena emosi yang diungkapkan secara berlebih-lebihan
bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Hurlock 1980 berpendapat bahwa kestabilan emosi memiliki beberapa kriteria-kriteria yaitu : 1 Emosi yang
secara sosial dapat diterima oleh lingkungan sosial. Individu yang emosinya stabil dapat mengontrol ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial atau dapat
melepaskan dirinya dari belenggu energi mental maupun fisik yang selama ini terpendam dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya,
2 Pemahaman diri, individu yang punya mosi stabil mampu belajar mengetahui besarnya kontrol yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, serta
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial, bersikap empati yang tinggi terhadap orang lain, 3 Penggunaaan kecermatan mental. Individu yang stabil
emosinya mampu menilai situasi secara cermat sebelum memberikan responnya secara emosional. Kemudian individu tersebut mengetahui cara yang tepat untuk
bereaksi terhadap situasi tersebut. 2.3.5 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kestabilan Emosi
Menurut Hurlock 1995 faktor yang memengaruhi kestabilan emosi adalah: a. Fisik
Kalau seseorang dalam kondisi sehat secara jasmani maka akan cenderung untuk tidak mudah marah dan cepat tersinggung. Individu akan merasa nyaman dan
tentram dalam kondisi jasmaniahnya yang sehat. Tapi individu menjadi cepat marah
Universitas Sumatera Utara
dan cepat tersinggung bila ada salah satu angota badanya kurang sehat. secara medis. Hal ini disebabkan karena ada sesuatu kekurangan yang dirasakan oleh individu, dan
hal ini membuat individu merasa tidak nyaman. Pada perempuan bekerja seperti yang di jelaskan diatas, karena aktivitas yang tinggi di kantor menyebabkan kelelahan di
rumah. b. Kondisi Lingkungan
Adalah kondisi lingkungan tempat individu berada. Lingkungan yang bisa menerima kehadiran individu dan individu mudah diterima pada lingkungan tersebut
akan membuat individu mengalami kestabilan dalam emosi. Akan tetapi bila lingkungan tidak bisa menerima kehadiran individu maka individu merasa tidak
dianggap oleh lingkungan dan hal ini menyebabkan individu merasa tidak berhargai dan terhina. Lingkungan yang tidak nyaman karena selalu dengan kekerasan
membuat perempuan semakin tertekan. c. Faktor Pengalaman
Melalui pengalaman individu bisa mengetahui bagaiman anggapan orang lain tentang berbagai bentuk ungkapan emosi. Individu akan mempelajari bagaimana
cara mengungkapkan emosi yang bisa diterima oleh lingkungan sosial dan bagaimana ungkapan emosi yang tidak diterima. Hal ini berkaitan dengan kondisi norma budaya
setempat. Individu harus bisa mampu mempelajari kondisi lingkungan tempat dia berada. Antara satu daerah dengan daerah yang lain tidak sama adat istiadatnya.
Pengalaman dari hari ke hari atas kekerasan membuat emosi makin tidak stabil.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6 Reaksi Emosional yang Umum Terjadi pada Saat Stress
a. Ketakutan adalah reaksi emosional yang mengikut sertakan ketidaknyamanan psikologis dan rangsangan fisik apabila kita merasa terancam
b. Fobia adalah ketakutan yang insentif dan irasional yang dikaitkan dengan kejadian dan situasi khusus.
c. Ansietas adalah perasaan ketidaknyamanan yang tidak jelas atau samar-samar yang seringkali melibatkan ancaman yang relative tidak jelasatau tidak spesifik.
d. Kemarahan khususnya ketika seseorang menerima suatu keadaan sebagai
keadaan yang membahayakan atau frustasi. 2.3.7. Dampak Emosi pada Perempuan yang Mengalami Kekerasan Rumah
Tangga
Seperti yang di sebutkan diatas tadi bahwa fisik, lingkungan dan pengalaman adalah mempengaruhi emosi perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah
tangga. Hal itu diperkuat dengan Johana 2006 bahwa perempuan profesional yang bekerja mampu menangkap dan mengartikan dan menilai emosi dasar manusia seperti
jijik, marah, sedih, takut,senang dan terkejut, namun perempuan menilai rasa malu lebih intens dari pada pria. Hampir semua emosi negatip mewakili perasaan yang
timbul akibat kekerasan yang dialami nya. Emosi itu bercampur aduk sehingga mengakibatkan ketidakstabilan emosi. Apabila ketidakstabilan emosi itu di biarkan
akan berujung pada kecemasan, stress, depresi bahkan tindakan ingin bunuh diri.
Universitas Sumatera Utara
A. Kecemasan
Kecemasan berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak mempunyai obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Perbedaan rasa takut dan kecemasan, ketakutan adalah merasa gentar atau tidak berani terhadap objek Kartini
Kartono, 1998. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam realitas, kepribadian masih utuh namun perilaku masih
dalam batas normal Dadang hawari, 2011.
1. Ciri Kepribadian Pencemas
Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi orang-orang
tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau kepribadian pencemas, yaitu antara
lain : 1 Memandang masa depan dengan was-was, 2 Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum, 3 Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang
lain, 4 Tidak mudah mengalah, 5 Gerakan sering serba salah, 6 Sering kali mengeluh ini dan itu keluhan-keluhan somatik, Khawatir yang berlebihan terhadap
penyakit, 7 Mudah tersinggung, 8 Suka membesar-besarkan masalah yang kecil, 9 Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu, 10 Bila
mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-ulang 11 Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris Dadang Hawari, 2011
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Tingkat Kecemasan Stuart 2007 mengidentifikasi ansietas cemas dalam 4 tingkatan, setiap
tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari
lingkungannya, tingkat kecemasan atau pun ansietas yaitu : a. Cemas Ringan : cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Cemas sedang : cemas yang memungkinkan sesorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting.
c. Cemas berat : cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal yang lain. Semua
prilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain. d. Panik
: Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan mampu melakukan suatu walaupun dengan
pengarahan, panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
Universitas Sumatera Utara
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian Stuart Sundent, 2000.
Kecemasan dapat menyebabkan penurunan frekuensi, kekuatan, dan ketertarikan dalam interaksi komunikasi pada individu sehingga individu memiliki
keengganan dalam berkomunikasi. Kecemasan yang tinggi menghindari situasi komunikasi, namun saat individu didorong untuk berpartisipasi, individu tersbut akan
berkomunikasi sesedikit mungkin. Individu-individu yang mengalami kecemasan yang tinggi akan merasa kurang puas dengan pekerjaan mereka, mungkin karena
mereka kurang berhasil dalam membangun hubungan–hubungan interpersonal. Semua perilaku ini tidak mengartikan bahwa kecemasan terjadi pada orang yang tidak
bahagia. Kebanyakan individu yang cemas telah belajaratau dapat belajar untuk menangani kecemasan berkomunikasi mereka.
Ciri-ciri kecemasan menurut DSM IV yaitu perasaan ketakutan, terganggu konsentrasi, merasa tegang dan gelisah, antisipasi yang buruk, cepat marah dan resah,
merasakan ada tanda bahaya, jantung berdebar, berkeringat, mual atau pusing, peningkatan frekwensi buang air besar, sesak nafas, ketegangan otot, sakit kepala dan
kelelahan serta insomnia.
Universitas Sumatera Utara
B. Stress
1. Definisi Stres
Stress adalah interaksi antara individu dan lingkungan yang ditandai oleh ketegangan emosional dengan berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik
seseorang. Stress adalah sebagai ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon di bawah suatu kondisi dimana kegagalan sejalan dengan tuntutan yang
mempunyai konsekuensi penting Jefrey, 2003
Menurut Dadang Hawari 2001 stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial.
Secara umum Sunaryo 2004 stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan dan emosional. Stres juga
merupakan suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbulkan ketegangan dalam diri seseorang. Di kuatkan oleh Zulfan 2012 bahwa stress
merupakan reaksi tubuh dan psikis terhadap tuntutan lingkungan kepada seseorang
2. Penggolongan Stress
Menurut Sri kusmiati dalam Sunaryo,2004dapat di golongkan: a.
Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh prose kimiawi, gas beracun, hormone, obat-
obatan. c.
Stress mikrobiologik, disebabkan virus, bakteri dan parasit. d.
Stress Psikis dan emosional disebabkan oleh gangguan interpersonal,sosial, budaya dan agama.
Universitas Sumatera Utara
Selye dalam Abdul, 2011 menggolongkan stres menjadi dua golongan ; a. Distress stres negatif Selye menyebutkan distress merupakan stres yang
merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau
gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress stres positif Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hansaon dalam
Rice, 1992 mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat mengakibatkan
kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya
karya seni.
3. Faktor Predisposisi Stress
Berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaiman seseorang individu merasakan dan merespons suaty peristiwa yang menimbulkan stress. Faktor predisposisi ini
sangat berperan dalam menentukan apapun suatu respon adaptif atau maladaptif. Jenis faktor predisposisi adalah genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini.
Pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang memperoleh keturunan. Pengalaman masa lalu adalah kejadian yang menghasilkan suatu pola
pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian individu, termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stress tersebut atau tekanan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi saat ini yang meliputi faktor kerentanan yang mempengaruhi kesiapan fisik, psikologis, dan sumber sosial individu untuk menghadapi tuntutan nya
Ermawati,2010
4. Penyebab Stress
Taylor dalam Abdul, 2011 merinci beberapa karakteristik kejadian yang berpotensi dan dinilai dapat menciptakan stress yaitu :
a. Kejadian negative agaknya lebih banyak menimbulkan stress dari pada kejadian positip.
b. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat strss daripada kejadian terkontrol dan terprediksi.
c. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas lebih mudah mengalami stress dari pada orang yang lebih sedikit.
Sunaryo 2004 mengatakan faktor yang mempengaruhi stress: a Faktor biologis:konsitusi tubuh, kondisi fisik, neurofisiologik dan neurohormonal, b faktor
psikoedukatif yaitu perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi lain yang mempengaruhi. Berbeda dengan Maramis dalam Sunaryo,2004 sumber stress
psikologik adalah frustasi, konflik, tekanan dan krisis.
5. Kemampuan Individu Menahan Stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menahan stress. Hal ini bergantung pada 1 sifat dan hakikat stress; yaitu intensitas, lamanya, lokal
dan umum,2 Sifat Individu yang terkait proses adaptasi. Menurut Prof. Dadang
Universitas Sumatera Utara
Hawari 2001 bahwa stress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Tipe yang rentan Mempunyai ciri; ambisius, agresif, kompetitif yang kurang sehat, banyak jabatan
rangkap, emosional, terlalu percaya diri, self kontrol yang kuat, sifat kaku, terlalu waspada, organisatoris, leader, workaholic, kurang rileks dan sering terburu-buru,
Kurang ramah dan sulit dipengaruhi, tak mudah bergaul 2. Tipe yang Kebal
Mempunyai ciri: ambisi nya wajar,berkompetisi secara sehat, tidak agresif, cara bicara tenang, tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan, mudah
bergaul dan ramah.
6. Gejala dan Tanda-Tanda Stress
a. Fisik, yaitu mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot- otot tegang, sakit kepala, gelisah, dan lain-lain.
b. Perilaku yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, serta kehilangan semangat.
c. Watak dan kepribadian yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri, dan lain-lain.
d. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, suasana hati mudah berubah- ubah, mudah menangis dan depresi, gugup.
e. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, suka melamun berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
f. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, menutup diri secara berlebihan Cooper, 1995. Sering berkemih dan libido menurun ditambah kan
oleh Dadang hawari 2011.
7. Tahap-Tahap Stress
a. Tahap peringatan : ada respon fisiologis yang rumit yang dialami adanya stresor,. munculnya ketegangan otot, detak jantung meningkat.
b. Tahap resistensi : tubuh menggunakan seluruh kemampuannya untuk melawan reaksi stress.
c. Tahap kelelahan : sumber daya habis, resistensi menurun. Penyakit atau kematian datang.
C. Depresi 1. Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur
terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam
kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya WHO, 2011. Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20
penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
Universitas Sumatera Utara
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi juga merupakan sebuah kondisi yang dapat
disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter noradrenalin, serotonin, dopamin pada sinaps neuron di SSP Kaplan, 2007. Hal
Ini diperkuat oleh Abdul Nasir 2011 Depresi adalah keadaaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik diri, kehilangan minat
tidur dan melakukan hubungan sex juga hal yang menyenangkan lainnya. Orang yang mengalami depresi memiliki cirri: a Sulit berkonsentrasi, kata monoton, suara pelan,
b Memilih untuk sendirian dan berdiam diri, atau justru tak bisa diam, c Sulit menemukan solusi permasalahan.
2. Penyebab Depresi
Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang
dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. a. Faktor Biologi
Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis
memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti
Universitas Sumatera Utara
lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin
yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering
berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric acid GABA dan neuroaktif peptida vasopressin dan opiate endogen
telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood, b. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan
depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50, sedangkan dizigot 10-25 Sadock Sadock, 2010. Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan
penderita late onset depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang terpenting dalam
biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi .
c. Faktor Psikososial Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik
menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres
yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan
Universitas Sumatera Utara
tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya.
Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang
dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang
besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya. Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud 1917 menyatakan suatu
hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan orang depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap
objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang . Menurut penelitian Bibring mengatakan
depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak
hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa. Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia
mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap
diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap pengalaman hidup.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanda dan Gejala Depresi
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV DSM-IV: Perubahan yang terjadi meliputi :
a.
Perubahan Pikiran : Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi, sulit membuat keputusan dan selalu menghindar,
kurang percaya diri, merasa bersalah dan tidak mau dikritik,pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi, adanya pikiran untuk bunuh diri.
b. Perubahan Perasaan : Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri,merasa bersalah, tak berdaya, tidak adanya perasaan,merasa
sedih, Sering menangis tanpa alasan yang jelas iritabilitas, marah, dan terkadang agresif,
c. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari : Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaanm menghindari membuat keputusan, menunda pekerjaan rumah,penurunan
aktivitas fisik dan latihan, penurunan perhatian terhadap diri sendiri,peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang
American Psychiatric Association, 2000
D. Bunuh Diri
Gangguan mood sering di hubungkan dengan bunuh diri. Meski perempuan cenderung untuk lebih banyak mencoba bunuh diri,sebenarnya banyak laki-laki
yang berhasil, mungkin karena mereka lebih memilih cara mematikan yang mengerikan.Orang yang mencoba bunuh diri sering mengalami depresi namun masih
Universitas Sumatera Utara
kontak dengan realitas. Niat bunuh diri biasanya mengindikasikan bahwa individu memahami sifat fisik dan konsekuensi dari tindakan merusak diri Jefrey, 2003.
2.4. Aktivitas Seksual
2.4.1 Aktivitas a. Pengertian Aktivitas
Dari segi biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk
hidup mempunyai bentangan kegiatan yang luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca,
berpikir dan seterusnya. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan, bernyanyi,tertawa dan sebagainya.
b Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain dari luar misalnya berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya Notoatmodjo, 2005.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku
dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang diselaraskan peran manusia sebagai makhluk ndividu, sosial dan berketuhanan Purwanto, 1999. Aktivitas atau
perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadic timbul dan hilang pada saat-saat tertentu, tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan
Universitas Sumatera Utara
perbuatan berikutnya. Tiap-tiap perilaku selalu mengarah pada suatu tugas tertentu. Keunikan perilaku berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia memiliki ciri-
ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia lainnya. Pengalaman- pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa yang akan datang
menentukan perilaku dimasa kini dan arena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka perilaku di masa kini pun berbeda-beda
Purwanto,1999.
b. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Aktivitas
Menurut teori Abraham Maslow pembentukan perilaku manusia adalah akibat kebutuhan dalam diri, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, harga diri, sosial, dan
aktualisasi diri. Apabila usaha dalam memenuhi kebutuhan yang tercapai, maka orang tak mengalami ketegangan dan mengarah pada kebahagiaan. Namun sebaliknya saat
usaha pemenuhan kebutuhan tidak tercapai akan membuat seseorang mengalami frustasi terhadap unsure kebutuhan nya. Frustasi atau kekecewaaan yang
berkepanjangan dialami akan mempengaruhi emosi dan perilaku. Namora,2010.
2.4.2. Seksual
a. Definisi Seksual
Seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks Eny, 2012. Tiga elemen dimensi pribadi yang terkait seksualitas adalah
harga diri, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengambil keputusan. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai
berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang itu pria atau
wanita. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang di lakukannya, seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan perbendaraan kata. Jadi Hubungan
seksual merupakan dalam keluarga merupakan puncak keharmonisan dan kebahagiaan, oleh karena itulah kedua belah pihak harus menikmati nya Ida bagus, 2002.
b. Empat Aspek dalam Seksualitas