Kasus R Pengalaman Penulis dengan Informan

termasuk aktivitas di luar rumah dan pekerjaan nya. Tahapan observasi pertama berupa deskripsi berupa penentuan informan yang bekerja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Pada tahap reduksi mulai mendalam kearah ketidak stabilan emosi dan aktivitas seksual nya. Diakhiri dengan tahap seleksi yaitu mengambil beberapa bahan yang terpenting sehingga setiap item dianggap menjadi komponen yang lebih rinci. Kemudian dilakukan wawancara oleh peneliti dengan mendengar dan mencatat apa yang di katakan oleh informan. Pertanyaan bergulir begitu saja tanpa ada persiapan , sehingga lebih natural. Alat wawancara pertama pertemuan keempat informan menggunakan tape recorder, namun pertemuan berikutnya keempat nya enggan menggunakan dengan alasan seperti di batasi atau tidak bebas mengeluarkan pendapat. Sehingga wawancara di buat ringkasan singkat dan symbol untuk mengingat kan peneliti tentang apa yang di katakana oleh informan. Data yang masih di ragukan di tanyakan kembali pada informan untuk memperoleh kepastian. Berikut adalah gambaran kondisi masing-masing informan dan pengalaman penulis secara ringkas selama berlangsung penelitian. Nama dan tempat kerja disamarkan dan di inisialkan sesuai dengan perjanjian penelitian.

4.3.1 Kasus R

R adalah anak dari seorang ayah insinyur tehnik yang bekerja di swasta asing dan seorang ibu yang bekerja menjadi seorang sekertaris di sebuah perkantoran jual beli mobil di pusat perkotaan Medan. R anak pertama dari tiga bersaudara dan Universitas Sumatera Utara menjadi perempuan satu-satunya. Menjadi anak perempuan sendiri tidak membuat orang tua R untuk memanjakan R layak nya anak semata wayang. Status sosial ekonomi keluarga mereka dianggab orang berada saat mereka tinggal di salah satu kawasan elit di Medan. R anak yang aktif di sekolah maupun di organisasi. Ketika tamat SMA rata- rata nem R adalah 9,8.Angka delapan hanya satu di Ijazah nya yang lain nya Sembilan, itupun pelajaran matematika. Kehidupan rumah tangga orang tua R menurut pandangan orang adalah pasangan yang serasi. Namun keadaan itu berubah ketika ayah R pindah kerja menjadi mandiri karena pada saat itu krisis moneter. Selang tiga tahun Ibu R pun berhenti bekerja dengan alasan mau memperhatikan anak lebih intens, sebab adik R yang nomor dua laki-laki sudah mulai ikut narkoba. Nenek dari pihak ayah R yang dari Jakarta pun ikut dalam keluarga mereka. Campur tangan kehidupan nenek R yang dari dulu tidak menyukai hubungan ayah dan ibu R membuat suasana di rumah selalu di penuhi dengan keributan. Belum lagi adik R yang mulai menjual dan menggadaikan satu persatu mobil dan barang serta asset yang di miliki ayah R,dan keadaan ini selalu di bela oleh ibu R, membuat ayah R makin marah. R sangat dekat dengan ayah di banding dengan ibunya. Karena dulu R bukan anak yang diinginkan oleh ibunya dengan alasan kalau orang batak anak pertama adalah anak laki- laki. R sering konflik dengan ibu yang selalu memprotes karena R tidak pintar berdandan. R cenderung menjadi gadis tomboy yang tidak memperhatikan penampilan nya. R selalu bercerita tentang apa saja yang dialami nya Universitas Sumatera Utara termasuk gaya dia berpacaran kepada sang ayah. Ayah membuat hubungan mereka seperti layak nya sahabat. R menikah dengan M lima belas tahun yang lalu. Sebelum menikah, seperti kebanyakan pasangan lainnya, R dan M menjalani masa pendekatan selama kurang lebih lima tahun. R mengenal M ketika sedang bakti sosial dan M adalah senior empat tahun di banding R. Seperti senior yang lain, M banyak membantu R dalam tugas perkuliahannya. R memilih M dengan alasan R adalah pria setia yang sederhana, padahal pada masa itu banyak yang suka dengan R justru datang ke rumah dengan bermobil. Sementara R menggunakan vespa model lama. R dan M mempunyai kepribadian yang bertolak belakang. R yang aktif sementara M agak introvert. Hal ini dapat dilihat bahwa M mulai melarang kegiatan kampus bila tanpa di hadiri oleh nya. Belum lagi sifat cemburu M yang sering marah bila R berbicara terlalu akrab dengan lawan jenis. Pada awal perkawinan mereka di tempatkan di sebuah kabupaten yang jauh dari keluarga dan tehnologi, disana tidak ada konflik dalam rumah tangga mereka sampai anak pertama mereka lahir. Untuk masalah keuangan M selalu memberikan gaji sepenuh nya pada R. Namun uang masuk yang lain dipegang oleh M. Kemudian mereka pindah ke daerah yang dekat dengan mertua R dengan jarak tempuh empat puluh lima menit, juga tidak terlalu jauh dengan rumah R yang ditempuh dalam tiga jam. Dekat dengan mertua dan orang tua tentu terkadang menimbulkan konflik dimana harus saling menjaga.Saat hamil anak kedua, M berselingkuh dengan staf nya, yang kebetulan istri orang. Padahal staf ini sudah begitu dekat dengan R, malah Universitas Sumatera Utara sudah dianggap saudara. Hal ini di maaf kan oleh R dengan alasan beliau tau kejadian ini, setelah perselingkuhan itu berakhir. Berselang dua tahun perselingkuhan terjadi lagi dan dengan staf M juga yang juga istri orang. Pada saat itu R sudah mulai selalu marah setiap teringat dengan kejadian tersebut. Kejadian ini di ketahui oleh keluarga besar M karena R mengadukan perihal ini kepada orang tua M. M berjanji di hadapan orang tua nya untuk tidak mengulang perbuatan nya lagi. Berselang kurang lebih dua tahun M berselingkuh lagi, berulang dengan istri orang dan staf nya sendiri. Seperti ketagihan M melakukan yang keempat kali, masih berBBMan, kali ini dengan teman SMA nya yang tak pernah berjumpa. Masih menurut R dia tak mau bertanya terlampau jauh apakah hubungan melampaui batas atau hanya seperti yang dijumpainya. Alasan R tidak mau tau karena beliau tidak mau lebih sakit sebab membaca sms suami nya itu sudah cukup membuat ia sakit hati . R pernah bertanya kepada M apa alassan dia berselingkuh, M hanya menjawab awal nya kasihan dengan kemelut yang di hadapi perempuan itu, ada yang sekedar iseng da yang terakhir ia mengaku karena tubuh R yang gemuk membuat nya malu dan tak nyaman. Di mata R, M adalah sosok pria yang menyayangi istri dan anak anak nya. Kata R menurut pandangan banyak orang M adalah sosok yang ke bapakan, jarang bicara , tidak begitu ganteng. M mengatakan komunikasi antara mereka sering terputus dan tidak menyambung, belum lagi konflik di rumah tangga orang tua M dimana ayah M stroke dan ibunya sering mengeluh bosan mengurus ayah R. Ketika masih muda ayah M melakukan perselingkuhan dan itu di maafkan ibunya. Suka berbohong dengan wajah innocent yang membuat R suka kebingungan. Bila ada Universitas Sumatera Utara sesuatu yang mencurigakan M berkata bahwa R sudah mulai terganggu jiwa nya atau di bilang paranoid atau sering dikatakan berhalusinasi. Walau bekerja ditempat berbeda dan eselon yang sama, namun penghasilan R lebih banyak di bandingkan M . Selain bekerja di kantor, R juga mencari nafkah dengan mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta. Uang nya di gunakan untuk membantu perekonomian keluarga karena gaji M sudah di potong di bank untuk membangun rumah mereka. Kalau belum habis bulan M sering meminjam uang pada R walaupun kalau M punya uang akan di kembalikan. R lebih memilih diam ketika ekonomi di rumah tangga nya kadang kurang tercukupi, karena R punya kesulitan untuk meminta terhadap suami baik itu uang belanja maupun keperluan anak sekolah. R memilih menggunakan uang tabungan nya dengan harapan ia tak mau dianggap sebagai istri yang meronrong suami. Proses pukul memukul sering terjadi juga dirumah tangga mereka. Itu biasanya diawali dengan ketauan nya M selingkuh. M sering bicara kasar seperti mengundang emosi R,terkadang membuat R tidak tahan dan R memukul M dan saling berbalasan..Kemudian bila tak sabar M memukul R, tenaga laki yang kuat membuat kadang pipi R biru bahkan pernah mengalami pecah di bibir nya. Untuk pekerjaan dirumah, mereka hanya memiliki tukang cuci dan gosok. R melakukan pekerjaan rumah sering di bantu oleh M. M mau menyapu dan membereskan hal yang tidak beres.Tapi kalau M lagi banyak masalah dengan orang tua atau di pekerjaannya, ia tak peduli dengan apa yang terjadi dirumah dan memilih tidur. Universitas Sumatera Utara Sifat M yang pendiam dan jarang berkomunikasi tambah membuat perasaan R bingung. Kalau di kantor, R sering dianggap jago bila di percayakan menjadi negosiator. R juga sering jadi tempat curahan hati staf nya yang sedang bermasalah. R mengakui bahwa ia tak suka pekerjaan yang monoton . R sering sebagai penghibur kalau suasana kaku di kantor. Namun yang membuat R kecewa ketika ia berhadapan dengan suaminya ia seperti kehilangan segalanya. M lebih banyak diam dan terkadang asik dengan TV atau BBM nya ketika sudah selesai mengajar anak-anak. Kalau di mobil pun mereka lebih banyak tidak bicara. Menurut R, M jarang sekali menangapi lelucon yang ia berikan, malah cenderung pura-pura tidak mendengarkan, kalaupun mendengarkan seperti kurang perduli. Tidak hanya terganggu disana, R yang sering di label Paranoid dan berhalusinasi, menempelkan label itu betul pada dirinya. Setiap ia pergi ke Mall dan melihat perempuan tak terkecuali spgia merasa rendah diri kemudian ia selalu merasa sedih. Jalan dengan keluarga ke mall merupakan neraka baginya. Seolah-olah mata suaminya menelanjangi setiap perempuan yang seksi di depan mereka. Belum lagi ketika R mencoba baju dan tak muat, rasa kesal terhadap diri seperti nya si penjual mengejek tubuhnya. Berbeda ketika pacaran, sekarang yang over protektif justru R, M malah cenderung hampir tak memperdulikan R mau dekat dengan siapa. R akan marah bila M berbicara sangat akrab dengan lawan jenis nya, bukan cemburu, ia merasa takut yang berlebihan, takut M berpaling lagi. Menurut R setiap itu terjadi, kenangan kebohongan yang di ciptakan M berlomba untuk naik kekepalanya. R beranggapan ia bukan perempuan yang cemburu melihat seseorang memakai merk Universitas Sumatera Utara baju atau tas dan sepatu yang mewah. Atau dia tak tertarik kalau ada seorang perempuan yang karir nya menanjak tinggi. Bagi nya paling takut kehilangan kasih sayang suami dan keluarga ketimbang yang lainnya. Untuk keadaan di Kantor, bila ada masalah R yang periang cenderung tak mau bersosialisasi dengan orang di sekitar nya. Bila konfli terjadi, R lebih memilih meninggalkan pekerjaan dan tidak bertanggung jawab terhadap keluarga. Anak-anak kadang tidak diperdulikan, kadang dianggap sudah mandiri. Dalam berhubungan sex, R dan M sangat terbuka. Menurut R kalau M sedang berselingkuh dengan orang lain, frekwensi sex nya meningkat bisa seminggu sampai tiga kali. Namun bila ia tidak punya selingkuhan seminggu hanya sekali atau dua kali. Sebelum terjadi perselingkuhan, R adalah type perempuan yang multiorgasm. Dalam sekali permainan dapat lebih dari tiga kali orgasme. Namun setelah perselingkuhan itu, bukan nya tidak bergairah namun hasrat nya menurun. R jarang mencapai orgasme, bahkan bila ia teringat suaminya pernah berselingkuh, permainan sex berakhir dengan tangisan. Karena pengalaman nya pernah pada saat suami mau ejakulasi semilir ia dengar salah menyebut namanya, namun ia tak menanyakan langsung apakah itu benar suami nya katakana atau memang halusinasinya saja. Ia menangis karena ia berfikir suaminya membayangkan orang lain dalam persetubuhan itu. R sering berpura-pura orgasme agar suami nya tidak kecewa dan menganggap ia perempuan yang tidak dingin. Semua gaya sex dilakukan kecuali dari dubur dengan tujuan menyenangkan suami. Pernah mereka berjalan Kuala simpang –Medan, di tengah jalan M mengantuk dan meminta R mengoral kemaluan nya, pernah juga Universitas Sumatera Utara dalam perjalanan mereka berhubungan badan hanya buka celana dalam, dan duduk di jok depan tempat r duduk. Alasan H melakukan itu agar mengusir kantuk . R khawatir anak nya bangun atau orang dari arah berlawanan menyaksikan mereka bercumbu, namun M memastikan anak-anak tidur dan tak akan melihat mereka. Tentu saja R tidak orgasme dalam hubungan yang kilat yang tak hanya lebih dari tiga menit. Di akhir penelitian, peneliti bertanya mengapa ia bertahan dengan perkawinan yang tidak sehat, tidak takut lagi kah ia mendapat perselingkuhan untuk kesekian kali nya. R menjawab, ia ingin di kenang oleh suami sehingga suami nya mengatakan bahwa ia tidak salah memilih R dalam hidupnya dan demi masa depan anak- anak mereka.

4.3.2 Kasus I