c. Latar belakang suatu hubungan yaitu terpaksa, sukarela atau suka sama suka 3. Makna seksual artinya perempuan tidak boleh lebih agresif dari laki-laki
4. Dorongan dan kenikmatan seksual: persepsi tentang kenikmatan seksual Ditambahkan oleh Ayu 2011 bahwa hormone estrogen, progesterone dan
gonadotropin mempengaruhi seksualitas seseorang
2.4.3 Aktivitas Seksual
Sugeng 2010 mengatakan bahwa ada tiga faktor yang mengakibatkan disharmoni pada kehidupan seksual suami istri yaitu hambatan komunikasi, kurang nya pengetahuan
seksualitas, gangguan fungsi seksual suami atau istri atau keduanya.Sehingga keadaan tersebut berpengaruh pada aktivitas seksual pasangan tersebut.
Perilaku aktivitas seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-
bentuk aktivitas ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama.
Maramis dalam Sunaryo, 2004 perilaku seks ini dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu
mengenai kebahagian, perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untukmengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Dikuatkan oleh Kartini
Kartono 1989 yang dimaksud perilaku seksual yang normal mengandung pengertian sebagai berikut: 1 Hubungan seksual yang tidak menimbulkan efek-efek
merugikan,baik bagi diri sendiri maupun bagi patnernya, 2 Tidak menimbulkan konflik psikis, tidak bersifat paksaan atau perkosaan.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku seksual yang bertanggung jawab mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak menyadari akan konsekwensinya dan berani memikul tanggung
jawab terhadapnya,serta mewajibkan manusia melakukan seks melalui ikatan perkawinan yang syah.
Siti Chandra 2009 menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas seksual yaitu1 Genetika dan hormonal, 2 Pelajaran awal
dalam keluarga, 3 Keluarga dan teman, 4 Media massa, 5 Pengalaman kekerasan dalam rumah tangga, 6 Psikologis seperti depresi, ketakutan, 7 Penyakit
fisik, 8 Citra tubuh, 9 Proses menua, 10 Kehamilan dan menyusui
2.4.4. Senggama
Dalam bahasa Latin, senggama di sebut juga dengan Coitus. Senggama merupakan ekspresi emosional dan fisik dari hubungan yang dilandasi dengan kasih
sayang. Pada awal perkawinan, senggama dilakukan satu atau beberapa kali sehari. Namun dua tiga tahun pertama menjadi dua atau tiga kali seminggu hingga mencapai
usia 35 tahun. Mendekati setengah baya frekwensi senggama berkurang menjadi sekali seminggu. Tapi kesemuanya itu bervariasi tergantung dari masing-masing
individu Derek, 1997. 2.4.5 Orgasme pada Perempuan
Siti Chandra 2009 mengatakan dalam melakukan aktivitas seksual itu perempuan akan mengalami orgasme bila ia ikut menikmati nya. Tahapan untuk
mencapai orgasme adalah: 1.
Tahap gairah ; perempuan mulai merasakan keinginan untuk berhubungan seks
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pendataran ; Ditandai dengan pelumasan vagina dalam 10-30 detik, 23
bagian dalam vagina membesar, uterus tertarik keatas, labia mayora menipis, klitoris membengkak, putting susu tegak.
3. Tahapan Orgasme ; Ditandai dengan ketengangan seksual, ukuran vagina
mengecil 30, klitoris mengalami ereksi secara meningkat, warna labia bertambah pekat, areola makin membengkak, ukuran payudara meningkat 20-
30 bagi yang belum memiliki anak, tapi bila sudah memiliki anak tidak ada peningkatan lagi, detak jantung meningkat, adanya suatu tanda peningkatan dalam
besarnya tegangan seksual pada paha dan pantat, dan wanita secara penuh siap untuk melakukan hubungan seksual.
4. Tahap Resolusi; Ditandai dengan vagina kembali ke kondisi normal, klitoris dan
puting susu menjadi begitu sensitif, gelora sex menghilang, banyaknya peluh dan nafas sesak, jantung berdebar lebih kencang. Jika orgasme tak terjadi wanita
tidak beraksi sama sekali Menurut penelitian yang dilakukan sejauh ini, rata-rata waktu untuk klimaks
bagi seorang wanita bervariasi, namun berkisar antara 12-25 menit. Namun, sebanyak 60-70 persen wanita normal banyak yang tidak dapat mencapai orgasme melalui
penetrasi semata. Meski demikian, penting untuk diketahui bahwa para wanita masih menikmati penetrasi. Menurut artikel yang pernah terbit di The Journal of Sexual
Medicine, dari 33 sex theraphist asal Amerika Serikat dan Kanada pada 2008, durasi normal bercinta bukanlah semalam suntuk, namun antara 7 hingga 13 menit, angka
ini di luar aktivitas foreplay. Penelitian yang dilakukan secara acak pada pria dan
Universitas Sumatera Utara
wanita ini juga mengungkap bahwa penetrasi kurang dari 7 menit dianggap terlalu cepat, sedangkan di atas 13 menit dianggap terlalu lama.Walaupun begitu, menurut
dr. Eric Corty, salah seorang seksolog yang terlibat dalam penelitian tersebut, angka- angka dalam penelitian itu bukanlah hitungan baku. Hal itu tergantung pada pasangan
masing-masing. Bisa saja angkanya berubah. Yang jelas, “kebutuhan setiap orang akan durasi di tempat tidur berbeda pada setiap orang,”jelas dr.Eric. Penelitian itu
juga bertujuan untuk menenangkan pasangan yang masih memiliki anggapan bahwa hubungan seks yang sehat adalah yang dapat bertahan lama. Anggapan semacam itu
hanya akan berujung pada kekecewaandan ketidakpuasan. Menurut seksolog Prof.Dr. dr. Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And, durasi seks
normal di Indonesia tidak jauh dari penelitian yang dilakukan dr.Eric. “Mulai dari permulaan hingga orgasme sekitar 30 hingga 45 menit dengan variasi masa penetrasi
yang berbeda,”ungkap dr.Alex. Durasi seks wanita hingga mencapai ‘puncak’ berbeda-beda. Hal itu
tergantung pada banyak hal, seperti konteks, mood, psikis, fisik, faktor sosiokultural, lingkungan, dan berbagai faktor lain. Menurut dr. Alex, dalam hubungan seks yang
terpenting bukanlah durasi, melainkan kualitas dari aktivitas seksual tersebut bagi kedua pihak. “Intinya, bagaimana pria dan wanita sama-sama bisa mencapai puncak,”
jelas dr. Alex.
2.4.6. Motivasi Seksual