BAHAN DAN ALAT METODE PENELITIAN
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan tepung kasava termodifikasi metode perendaman
Ubi kayu
Pengupasan
Pengecilan ukuran
Pencucian
Perendaman selama 2-4 hari Pengeringan matahari selama 7 jam
Penggilingan
Penyaringan Starter
Pengeringan oven blower selama 2-4 hari
Tepung kasava
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tepung kasava termodifikasi metode gari
Ubi kayu
Pengupasan
Pengecilan ukuran
Pencucian
Pemarutan
Pengeringan matahari selama 7 jam
Penggilingan Penyaringan
Pengeringan oven blower selama 2-4 hari
Tepung kasava Pembungkusan dengan kain saring selama 2 hari
Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan tepung kasava termodifikasi metode rava
2. Penelitian Utama
Pada tahap ini dilakukan analisa sifat mutu dan komposisi kimia, sifat fisiko kimia, dan uji organoleptik. Analisa sifat mutu dan komposisi
kimia meliputi analisa proksimat air, abu, lemak, serat kasar, protein dan karbohidrat by difference, derajat putih, total asam, pati, dan total mikroba
TPC, total E.coli, total Salmonella. Analisa sifat fisiko kimia meliputi pH, HCN, derajat putih, absorbsi air dan minyak, viskositas Brookfield
Viscosimeter dan Brabender Viscoamylographer, kelarutan dan swelling
power , serta total padatan terlarut. Uji organoleptik dilakukan pada bahan
Ubi kayu
Pengupasan
Pengecilan ukuran
Pencucian
Perendaman dalam air mendidih selama 5 menit Pengeringan matahari selama 7 jam
Penggilingan
Penyaringan Pengeringan oven blower selama 2-4 hari
Tepung kasava
tepung kasava termodifikasi dengan parameter warna, tekstur, aroma, dan penerimaan umum.
3. Metode Analisis
a Kadar air AOAC, 1995
Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g sampel lalu ditimbang W1 kemudian
dimasukkan ke dalam oven suhu 105 C selama 1-2 jam. Cawan
alumunium dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Ulangi pemanasan sampel sampai
dicapai bobot konstan W2. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air yang hilang sebagai kadar air.
Kadar Air = W1 – W2 x 100 W1
b Kadar abu AOAC, 1995
Sebanyak 2 g sampel ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya A, kemudian diarangkan dengan menggunakan
pemanas Bunsen hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Cawan porselin berisi contoh B yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan dalam
tanur bersuhu 600 C selama 2 jam untuk mengubah arang menjadi abu
C. Cawan porselin berisi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mencapai bobot tetap.
Kadar Abu = C – A x 100 B
c Kadar lemak AOAC, 1995
Sebanyak 2 g contoh bebas air diekstraksi dengan pelarut organik hexana dalam alat Soxhlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi
diuapkan dengan cara diangin-anginkan dalam oven bersuhu 105 C.
Contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.
Kadar lemak = bobot lemak x 100 bobot contoh
d Kadar serat kasar AOAC, 1995
Sebanyak 2-4 g contoh ditimbang, lalu lemaknya dibebaskan dengan cara ekstraksi menggunakan Soxhlet atau diaduk, setelah
mengendap tuangkan contoh dalam pelarut organik sebanyak tiga kali. Contoh dikeringkan dan ditambahkan 50 ml larutan H
2
SO
4
1,25 , kemudian didihkan selama 30 menit dengan pendingin tegak. Setelah
itu ditambahkan 50 ml NaOH 3,25 dan didihkan kembali selama 30 menit. Dalam keadaan panas cairan disaring dengan corong Buchner
yang berisi kertas saring tak berabu Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Endapan pada kertas saring
berturut-turut dicuci dengan H
2
SO
4
1,25 panas, air panas, dan etanol 96 . Kertas saring dan isinya diangkat dan ditimbang, lalu
dikeringkan pada suhu 105 C sampai bobot konstan. Bila kadar serat
kasar lebih besar 1 kertas saring beserta isinya diabukan dan ditimbang hingga bobotnya konstan.
Serat kasar ≤ 1 Kertas saring+contoh kering–kertas saring kosong x 100
Bobot contoh Serat kasar 1
Kertas saring+contoh kering–kertas saring kosong–bobot abu x 100 Bobot contoh
e Kadar protein AOAC, 1995
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 2,5 ml H
2
SO
4
pekat, 1 g katalis dan beberapa butir batu dadih. Lalu didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih dan
kemudian didinginkan. Larutan hasil destruksi dipindahkan ke alat destilasi dan ditambahkan 15 ml NaOH 50 . Labu erlenmeyer yang
berisi 25 ml HCl 0,02 N dan tetes indikator mengsel campuran metal merah 0,02 dalam alkohol dan metal biru 0,02 dalam alkohol
2:1 diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor dibilas dengan akuades ditampung dalam Erlenmeyer. Larutan yang berada
dalam Erlenmeyer dititrasi dengan NaOH 0,02 N hingga diperoleh
perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula penetapan blanko.
Kadar protein = a-b x N x 0,014 x 6,25 x 100 W
f Kadar karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat by difference = 100 - P+KA+A+L+S Keterangan :
P = Kadar Protein KA = Kadar Air
A = Kadar Abu L = Kadar Lemak
S = Kadar Serat kasar g
Kadar pati Metode Somogy Nelson Sampel ditimbang sebanyak 0,1 g dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol 80 sebanyak 15 ml dan dipanaskan dalam penangas air pada suhu 80–85
C selama 30 menit. Setelah itu didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Cairan
dibuang. Endapan yang telah kering ditambahkan aquades sebanyak 2 ml dan dipanaskan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan HClO
4
2 ml dan dipanaskan selama 15 menit. Setelah itu dilakukan sebanyak
dua kali. Cairan ditampung pada labu ukur 100 ml dan ditepatkan volumenya hingga 100 ml.
Larutan dipipet sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi 50 ml, ditambahkan pereaksi Cu sebanyak 2 tetes dan dipanaskan dalam
penangas air selama 20 menit, kemudian didinginkan warna menjadi merah bata. Tambahkan pereaksi Nelson 2 sebanyak tetes warna
menjadi biru tua, setelah itu ditepatkan hingga volume 50 ml dengan aquades. Kemudian ukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 500 nm. Hasil pengukuran absorbansi diplotkan kedalam kurva standar.
h Kadar HCN Sudharmadji et al., 1989
Sampel ditimbang sebanyak 20 g dimasukkan ke dalam labu perebus dan ditambahkan aquades sebanyak 100 ml. labu ditutup rapat
dan dibiarkan selama 2 jam, setelah itu ditambah air lagi sebanyak 100 ml. Labu dihubungkan dengan steam destilation dan destilat
ditampung dalam labu erlenmeyer yang telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5 . Setelah destilat mencapai 150 ml, destilasi dihentikan.
Destilat ditambah 8 ml NH
4
OH, 5 ml KI 5 dan dititrasi dengan larutan AgNO
3
0,02 N sampai terjadi kekeruhan kekeruhan akan mudah terlihat bila dibawah erlenmeyer diletakkan kertas karbon
hitam. Kadar HCN dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar HCN ppm = 1000 x ml titran x 0,54
bobot contoh i
Total asam AOAC, 1995 Sampel sebanyak 10 g ditera dengan aquades sampai 50 ml.
Larutan tersebut disaring menggunakan kertas saring hingga didapat 25 ml cairan jernih. Kemudian diberi indikator phenolphtalein dan
dititrasi dengan NaOH 0.1 N yang sudah distandarisasi. Total asam = ml NaOH x Normalitas NaOH x 100
volum contoh j
Total mikroba AOAC, 1995 Total mikroba diukur dengan menggunakan metode tuang.
Sampel sebanyak 1 g ditimbang, kemudian dilakukan pengenceran pada tingkat yang dikehendaki. Contoh dipipet sebanyak 1 ml lalu
disebarkan dalam cawan petri, dan digoyang hingga rata. Setelah itu dimasukkan media sesuai analisa mikroba yang diinginkan. Untuk
total plate count menggunakan media PCA, analisa E.coli
menggunakan media EMB, dan analisa Salmonella menggunakan media SSA. Selanjutnya diinkubasi selama 24–48 jam dalam
inkubator, dan setelah masa inkubasi selesai dilakukan perhitungan jumlah koloni.
k Total padatan terlarut AOAC, 1995
Sampel sebanyak 2,5 g dilarutkan dalam 10 ml aquades lalu diaduk. Sampel yang telah dikocok merata disaring dengan kertas
saring. Cairan yang lolos penyaringan ditempatkan pada cawan dan dimasukkan dalam cawan aluminium yang diketahui beratnya B
1
. Kemudian contoh dalam cawan tersebut diuapkan dalam oven
pengering pada suhu 105
o
C sampai berat konstan B
2
. Zat Padat Terlarut mgl = B
2
– B
1
g x 10
6
ml contoh l
pH AOAC, 1995 Sampel sebanyak 2,5 g dilarutkan dalam 25 ml aquades.
Pengukuran pH menggunakan alat pH meter yang sudah dikalibrasi. m
Warna dan derajat putih Derajat warna dan putih diukur dengan alat colortech. Alat
diletakkan di atas contoh dalam wadah dan nilai terbaca pada alat yang menunjukkan nilai L, a, dan b.
n Absorbsi air dan minyak Sathe dan Salukhe, 1981
Sampel sebanyak 0,5 g ditambah 5 ml aquades atau minyak dan diaduk selama 30 detik. Lalu didiamkan selama 30 menit dalam
ruangan. Kemudian sebanyak 0,15 ml sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung eppendorf untuk disentrifugasi selama 30 menit pada
suhu kamar dengan kecepatan 5000 rpm. Setelah terbentuk suspensi, cairan yang tidak larut dalam air atau minyak dipipet dan ditimbang
A. Rumus yang digunakan yaitu: Absorbsi air atau minyak = 0,15 ml – A x 100
0,15 ml o
Kelarutan dan swelling power Modifikasi Perez et al., 1999 Sampel ditimbang sekitar 0,5 g A dan dicampur dengan 50 ml
aquades dalam labu Erlenmeyer 100 ml.Sampel ditempatkan pada penangas air dengan suhu 90
C selama 2 jam dengan pengadukan kontinyu. Sampel yang telah dipanaskan kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan standar selama 15 menit. Dari suspensi tersebut
diambil 30 ml larutan yang jernih kemudian diletakkan pada cawan petri yang telah diketahui bobotnya B. Cawan petri dikeringkan pada
oven bersuhu 100 C hingga bobotnya konstan, kemudian ditimbang
dan dihitung bobot akhirnya C. Swelling power merupakan bobot endapan yang tertinggal dalam tabung sentrifuse D
. Kelarutan = C – B x 50 ml x 100
A x 30 ml Swelling power
= D x 100 A x 100-kelarutan
p Viskositas pasta 5
Viskositas diukur dengan menggunakan alat viskosimeter Brookfield. Sampel disiapkan sebanyak 25 g dalam 500 ml air untuk
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit, dan didinginkan hingga suhu 28
C. Pasta diukur pada suhu 28 C dengan
menggunakan kecepatan dan spindel yang disesuaikan. Spindel yang digunakan nomor 1 dan 2 dengan kecepatan 0,3-60 rpm.Nilai yang
terbaca merupakan nilai yang masuk dalam kisaran 20–80. q
Sifat amilografi Pengukuran
sifat-sifat amilografi
dilakukan dengan
menggunakan alat Viscoamylograph Brabender. Sampel tepung sebanyak 30 g ditambahkan 450 ml air dan diaduk hingga homogen
selama 5 menit kemudian disiapkan pada alat Viscoamylograph Brabender
. Pemanasan awal dilakukan sampai suhu 30 C. Pada saat
tersebut pena pada recorder harus berada pada garis 0 nol. Pemanasan dilanjutkan selama 43,5 menit sampai suhu 93
C kenaikan suhu 1,5
Cmenit. Pemanasan dipertahankan pada suhu 93 C selama
20 menit. Kemudian dilakukan pendinginan selama 30 menit sampai suhu 50
C kenaikan suhu 1,5 Cmenit. Setelah suhu mencapai 50
C, dibiarkan dulu selama 10 menit. Parameter yang diperoleh dari kurva
amilografi yaitu suhu gelatinisasi awal, viskositas maksimum, viskositas akhir, breakdown viscosity dan setback viscosity.
4. Uji Statistik
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan atau metode pengolahan tepung kasava termodifikasi terhadap analisa
yang dilakukan. Analisa yang dilakukan uji stastistik meliputi analisa komposisi kimia dan analisa sifat fisiko kimia. Uji yang dilakukan
menggunakan analisa sidik ragam univariate analysis yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji Duncan sebagai uji lanjut terhadap hasil analisa
sidik ragam yang berpengaruh nyata terhadap variabel bebas dengan tingkat kepercayaan 95 α=0,05 Walpole, 1995.
5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan kepada 31 orang panelis agak terlatih yang merupakan mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian.
Parameter yang diuji meliputi warna,tekstur, aroma, dan penerimaan secara umum. Masing-masing panelis diminta untuk menilai setiap sampel
berupa tepung ubi kayu pada form yang telah disediakan. Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala
numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Hasil pengujian berupa skor: 1 sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 netral, 4 suka, dan
5 sangat suka. Hasil dari uji organoleptik dianalisa statistik non-parametrik
menggunakan uji sidik ragam univariate analysis untuk mengetahui tingkat perbedaan dan pengaruh dari perlakuan atau metode pengolahan
tepung kasava termodifikasi terhadap parameter yang diuji dengan tingkat kepercayaan 95 α=0,05 Walpole, 1995.