pH Derajat Warna ANALISA SIFAT FISIKO KIMIA TEPUNG KASAVA

43 Tabel 7. Pengukuran warna tepung kasava termodifikasi Perlakuan L a b Hue Chroma A-1 89,44 + 13,10 + 38,37 71,14 40,54 A-2 89,63 + 12,68 + 38,15 71,61 40,20 A-3 89,.48 + 13,00 + 37,81 71,02 39,98 A-4 89,86 + 12,55 + 36,03 70,79 38,15 A-5 88,86 + 12,84 + 39,58 72,02 41,61 B 87,91 + 13,38 + 41,03 71,93 43,16 C 80.89 + 14.07 + 52.20 74,91 54,06 K 88.30 + 13.05 + 39.55 71,73 41,64 Keterangan : A-1 : Perendaman tanpa starter A-2 : Perendaman dengan ragi roti A-3 : Perendaman dengan ragi tape A-4 : Perendaman dengan bakteri asam laktat A-5 : Perendaman dengan kombinasi bakteri asam laktat dan ragi roti B : Gari C : Rava K : Kontrol Keterangan : 1 perlakuan perendaman A dan kontrol K 2 perlakuan gari B 3 perlakuan rava C Gambar 10. Grafik warna tepung kasava termodifikasi Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai b + untuk warna kuning dan nilai b - untuk warna biru. Untuk analisa nilai b, seluruh produk juga menunjukkan nilai positif yang berarti tepung kasava termodifikasi lebih cenderung berwarna kuning dengan nilai b terbesar pada perlakuan rava C sebesar 52,20 dan terendah 1 3 2 44 pada perlakuan perendaman menggunakan bakteri asam laktat A-4 sebesar 36,03. Dengan demikian dapat dilihat bahwa tepung kasava termodifikasi dengan perlakuan rava memiliki warna kuning yang paling cerah diantara tepung kasava lainnya. A-1 A-2 A-3 A-4 A-5 B C K Gambar 11. Penampakan tepung kasava termodifikasi A-1:perendaman tanpa starter; A-2 :perendaman dengan ragi roti; A-3 : perendaman dengan ragi tape; A-4 :perendaman dengan bakteri asam laktat; A-5 :perendaman dengan bakteri asam laktat dan ragi roti; B :gari; C :rava; K :kontrol 45

3. Uji Mikroskopis Granula Pati

Pengamatan mikroskopis pada granula tepung kasava bertujuan untuk mengetahui efek modifikasi tepung kasava dengan cara fermentasi pada struktur granula, sifat birefringence, pembengkakan dan kerusakan dari granula pati. Sifat birefringence merupakan sifat granula pati yang dapat mereflekasikan cahaya terpolarisasi membentuk warna hitam-putih. Komponen yang menyebabkan sifat birefringence adalah amilopektin. Makin rendah jumlah amilopektin maka sifat birefringence akan semakin kuat dan sebaliknya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat granula pati pada tepung kasava kontrol masih dalam keadaan granula pati alami dibandingkan dengan tepung kasava lain. Tepung kasava termodifikasi perlakuan perendaman A dan gari B sudah mulai rusak granula patinya tetapi masih dalam keadaan utuh. Dapat dilihat pada Tabel 8, kerusakan yang terjadi berupa retaknya beberapa granula pati pada bahan, sedangkan granula pati pada tepung kasava termodifikasi perlakuan rava C terlihat rusak berat dan sudah tidak terlihat bentuk khas dari granula pati tepung kasava. Hal ini dikarenakan pada proses pemasakan kasava, granula pati mudah rusak. Pengamatan Cardenes dan Buckle 1980, hasil mikroskopis terpolarisasi pada pati ubi kayu mengindikasikan granula kehilangan sifat birefringence dan kecenderungan mengelompok. Sesuai dengan Banks and Greenwood 1973, semakin tinggi suhu gelatinisasi semakin banyak pula molekul amilosa dan amilopektin yang terlepas dari granulanya untuk membentuk struktur jaringan yang elastis. Dapat dilihat pula pada gambar hasil uji mikroskopis terpolarisasi tepung kasava termodifikasi perlakuan rava C tidak dapat terlihat sifat birefringence dengan jelas perbedaan antara amilosa dan amilopektinnya. Hal ini dikarenakan tergelatinisasinya molekul amilosa dan amilopektin sehingga menyebabkan granula pati rusak dan hancur. Hal yang berbda ditunjukkan oleh perlakuan perendaman A dan gari B yang merubah sedikit bentuk dari granula pati tersebut. 46 Perlakuan Mikroskopis biasa Mikroskopis cahaya terpolarisasi A-1 A-2 A-3 A-4 A-5 B C K Gambar 12. Penampakan mikroskopis granula pati tepung kasava termodifikasi A-1:perendaman tanpa starter; A-2 :perendaman dengan ragi roti; A-3 : perendaman dengan ragi tape; A-4 :perendaman dengan bakteri asam laktat; A-5 :perendaman dengan bakteri asam laktat dan ragi roti; B :gari; C :rava; K :kontrol 47

4. Total Padatan Terlarut

Total Soluble Solid Menurut Saeni 1989, padatan adalah bahan yang tetap tertinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103–105 o C. Dengan sendirinya bahan-bahan yang mempunyai tekanan uap kecil dibawah suhu ini akan menguap. Padatan terlarut adalah padatan yang terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya Fardiaz, 1986. Dari hasil analisa yang ditampilkan pada Gambar 13 dan Lampiran 7 dapat dilihat bahwa nilai total padatan terlarut tertinggi oleh tepung kasava termodifikasi perlakuan rava C sebesar 4764 mgl dan terendah oleh tepung kasava termodifikasi perlakuan perendaman dengan kombinasi bakteri asam laktat dan ragi roti A-5 sebesar 1864 mgl. Perlakuan rava memiliki nilai paling tinggi karena terjadinya proses parboiling saat pengolahan. Perendaman yang disertai pemanasan akan memudahkan dalam melarutkan senyawa-senyawa di dalam tepung. Padatan yang terdapat pada tepung akan lebih mudah larut dalam air panas, sehingga mengakibatkan tingginya total padatan terlarut pada produk yang dihasilkan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Modifikasi tepung kasava dapat menurunkan total padatan terlarut dalam tepung. Hasil analisa statistik menggunakan sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95 α=0,05 Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut tepung kasava termodifikasi. Uji lanjut yang dilakukan memperlihatkan masing-masing perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tidak ada perlakuan yang tidak saling berbeda nyata. Hal ini dikarenakan terlalu jauh kisaran nilai total padatan terlarut yang dihasilkan. Pada tepung kasava, komponen utama adalah karbohidrat kompleks seperti pati dan serat, yang sulit larut dalam air. Karbohidrat sederhana yang terbentuk akibat proses parboiling pati ubi kayu menyebabkan peningkatan kandungan total padatan terlarut pada tepung kasava metode rava.