BAB V FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN.
Tahapan utama pada program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat BKM adalah membuat perencanaan program, oleh panitia
pelaksanaan penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari anggota BKM dan unsur masyarakat relawan untuk menyusun perencanaan jangka menengah PJM dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
5.1. Identifikasi MasalahKebutuhan .
Pelaksanaan identifikasi masalahkebutuhan bertujuan untuk memperoleh data riil masyarakat miskin dimasing-masing RT, yang dilakukan oleh BKM
bersama masyarakat Kelurahan Pakembaran. Pelaksanaannya dimulai dari pertemuan warga pada tingkat RT dan mempelajari data profil kelurahan
kemudian BKM bersama masyarakat merencanakan program penanggulangan kemiskinan dengan melihat, 1 Permasalahan sosial masyarakat miskin yang harus
diselesaikan bersama, melalui program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dengan dukungan masyarakat dan potensi yang dimilikinya, 2
Keadaan atau kejadian yang menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi miskin dan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat yang mendukung
terjadinya kemiskinan, 3 Tingkat kebutuhan dasar masyarakat miskin perumahan, pekerjaan, modal usaha yang harus dimiliki, 4 Lingkungan
pemukiman yang tidak layak sehingga pencemaran dan kerusakan alam berdampak pada masyarakat miskin semakin menderita.
Proses identifikasi oleh BKM Kelurahan Pakembaran dilaksanakan pada pertemuan warga tingkat RT yang dihadiri pula oleh masyarakat miskin,
pelaksanaanya melalui dua tahapan sebagai tahapan pengungkapan kebutuhan dasar atau permasalahan yang dirasakan masyarakat miskin yaitu ; 1 Tahap
identifikasi. Bertujuan untuk pengungkapan masalah kebutuhan data masyarakat miskin dan identifikasi kebutuhan penunjang bagi masyarakat miskin berupa
usulan pembangunan infrastruktur lingkungan masyarakat miskin dimasing- masing RT, 2 Melakukan pengamatan langsung dilingkungan masyarakat, untuk
memperoleh data masyarakat miskin, serta masalah yang dirasakan bagi
masyarakat miskin yang sebenarnya. Seperti penuturan koordinator BKM Kelurahan Pakembaran DM sebagai berikut :
“ Pelaksanaan identifikasi kebutuhan yang kami lakukan bersama relawan melalui dua tahapan, yaitu pelaksanaan identifikasi melalui pertemuan warga dan
pengecekan data yang akan diusulkan dalam program melalui pengamatan langsung dilingkungan masyarakat. Tujuan kami agar proses identifikasi
kebutuhan secara partisipatif dan benar-benar menyerap aspirasi masyarakat miskin, sehingga penentuan tujuan identifikasi kebutuhan menekankan
keberpihakan pada masyarakat miskin. “
Penuturan senada juga disampaikan oleh senior faskel AS pada saat pembekalan BKM dalam perencanaan jangka menengah PJM untuk periode
2007-2009 mengatakan bahwa :
“ Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan merupakan program pemerintah yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat pada tingkat Desa
Kelurahan yang dimulai dari pembentukan kepengurusan dan perencanaan program, sehingga program harus berpihak pada masyarakat miskin. Untuk
pelaksanaan program yang berpihak pada masyarakat miskin maka proses perencanaan jangka menengah ya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat miskin. “
Dalam identifikasi kebutuhan yang difasilitasi oleh BKM di Kelurahan Pakembaran, mendapat tanggapan masyarakat yang beragam, karena program-
program pemerintah yang sudah pernah ada sebelumnya, masyarakat hanya sebagai obyek kegiatan dan tidak berkelanjutan sehingga belum menyentuh
kebutuhan dasar masyarakat miskin. Seperti penuturan salah satu informan MM mengatakan bahwa :
“ Bantuan pemerintah di Kelurahan Pakembaran sudah sering di berikan terhadap masyarakat dengan dalih untuk membantu orang miskin, namun program maupun
proyek pemerintah biasanya dilaksanakan oleh orang-orang tertentu atau dilaksanakan oleh perangkat kelurahan tanpa melibatkan masyarakat miskin yang
akan mendapatkan bantuan kegiatan tersebut, sehingga pelaksanaan kegiatan program yang mendapatkan hanyalah orang-orang tertentu yang dekat dan
dikenal oleh perangkat kelurahan. kemudian pelaksanaan kegiatan biasanya hanya sesaat yang tidak berkelanjutan serta tidak berpihak pada orang miskin, sehingga
masyarakat adanya program tersebut bersifat pesimisme.”
Sikap pesimisme sebagian masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan, merupakan hambatan bagi tim pelaksana perencanaan program yang
harus dicari pemecahanya melalui pendekatan pada masyarakat dan tokoh masyarakat oleh koordinator BKM sebagai penanggung jawab program di
Kelurahan Pakembaran. Penuturan lain oleh sebagian masyarakat miskin yang ditemui panitia perencanaan program, untuk diminta keteranganya guna
melengkapi hasil identifikasi pada masing masing RT di Kelurahan Pakembaran dapat disimpulkan bahwa: Masyarakat Kelurahan Pakembaran keseluruhan
terutama masyarakat miskin, sangat menaruh harapan besar adanya program penanggulangan kemiskinan yang diberikan pemerintah, untuk di laksanakan oleh
masyarakat langsung secara partisipasi, karena program tersebut bersifat menyeluruh dan berkelanjutan yaitu adanya pembangunan infrastruktur dan
pemberdayaan masyarakat miskin melalui bantuan modal dan pelatihan kerja, sehingga masyarakat Kelurahan Pakembaran sangat terbantu sekali ada program
pemerintah. Seperti yang disampaikan oleh WS sebagai masyarakat miskin yang rumahnya masuk dalam PJM Pronangkis, untuk dibangun total melalui dana
bantuan langsung masyarakat BLM mengatakan bahwa :
“ saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak-bapak pengurus BKM dan pemerintah dan sangat bersyukur sekali, karena rumah yang saya tempati akan
dibangun, saya bekerja hanya mencari barang bekas rongsok yang penghasilanya tidak bisa ditentukan, itu pun rumah warisan orang tua dan sampai
usia saya yang sudah 65 tahun tidak mampu untuk memperbaiki karena anak saya 6 orang dan yang bekerja sejak muda hanya saya.”
Pelaksanaan identifikasi oleh BKM pada periode 2007-2009, menghasilkan data usulan masyarakat yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan di
Kelurahan Pakembaran. Data yang sudah terkumpul hasil identifikasi didiskusikan pada masyarakat melalui pertemuan RT, untuk menententukan kriteria kemiskinan
oleh BKM bersama masyarakat dengan ukuran kemiskinan yang ada dimasyarakat sebagai berikut 1 Jumlah keluarga miskin sebanyak 981 jiwa dengan Kriteria
kemiskinan yang terdiri golongan paling miskin atau fakir miskin sebanyak 143 keluarga. Kelompok masyarakat ini memiliki pendapatan dibawah garis
kemiskinan umumnya masyarakat tersebut tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial yang
masih menyebar di masing-masing RT, golongan miskin sekali sebanyak 345 keluarga. Kelompok ini memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, namun
masih memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar misalnya, masih memiliki sumber-sumber finansial, memiliki pendidikan dasar atau tidak buta huruf dan
golongan rentan 421 keluarga. Kelompok ini dapat dikategorikan bebas dari
kemiskinan, karena memiliki kehidupan yang lebih baik ketimbang fakir miskin dan miskin, namun pada kelompok rentan agak miskin, masih rentan terhadap
berbagai perubahan sosial di sekitarnya, bisa menjadi miskin bahkan menjadi fakir miskin, 2 Kebutuhan dasar orang miskin pada tiap-tiap RT. Untuk perbaikan
perumahan dengan kriteria rumah sangat sederhana sebanyak 370 rumah, dengan kriteria rumah sudah bendinding tembok bata merah, berlantai tanah dan belum
diplesterisasi. Rumah tidak layak huni sebanyak 210 rumah, dengan kriteria rumah semi permanen berlantai tanah atau sudah plesterisasi. Rumah sangat tidak
layak huni sebanyak 78 rumah, dengan kriteria rumah berdinding anyaman bambu dan masih berlantai tanah beratap rumbia maupun genteng.
BKM dalam melaksanaan identifikasi menghasilkan usulan–usulan kebutuhan yang menyangkut kebutuhan masyarakat miskin dan pembangunan
prasarana lingkungan masyarakat miskin di tingkat RT dan RW diantaranya, usulan perbaikan dan pembangunan jalan gang mulai dari RW 1 sampai RW 9
terdiri dari 35 RT sebanyak 146 jalan gang, pembuatan dan perbaikan saluran air drainase serta saluran limbah keluarga sebanyak 84 saluran, aspal jalan tingkat
RTRW sebanyak 24 jalan, pembuatan bak sampah 4 tempat, penerangan lampu jalan 53 titik, perbaikan jembatan sebanyak 2 buah.
Selain pendataan kebutuhan dasar masyarakat miskin, BKM juga melaksanakan pendataan potensi kelurahan yang bisa membantu program
penanggulangan kemiskinan secara swadaya yaitu 1 Potensi manusia yaitu terdatanya tenaga-tenaga relawan, yang bersedia membantu program
penanggulangan kemiskinan, 2 Potensi alam berupa dataran rendah dengan dikelilingi sungai untuk irigasi, sehingga Kelurahan Pakembaran merupakan
daerah kelurahan yang subur, 3 Potensi masyarakat yaitu adanya antusiasme masyarakat Kelurahan Pakembaran, menyambut baik program P2KP dan
kehendak gotong royong yang ditunjukkan masyarakat pada pertemuan RT serta pertemuan yang diadakan BKM dalam program penanggulangan kemiskinan, 4
Potensi ekonomi yaitu adanya komplek perdagangan yang strategis di tengah kota Kabupaten Tegal.
Kelebihan tahapan identifikasi yang dilaksanakan BKM di Kelurahan Pakembaran, diperoleh data perencanaan program dengan cepat, karena BKM
bersama masyarakat cukup mengadakan pertemuan warga, untuk mengusulkan masalah kebutuhan masyarakat, mendata masyarakat sebagai relawan, serta
mendata potensi kelurahan yang digunakan membantu program penanggulangan kemiskinan. Hasil pendataan identifikasi untuk dilakukan observasi di masing-
maasing RT untuk memperoleh data sesuai nama dan alamat yang sebenarnya, data yang diperoleh BKM dibahas melalui rembug warga tingkat RT dan
ditetapkan sebagai usulan prioritas masalahkebutuhan sebagai perencanaan program.
Kelemahan pada tahapan identifikasi yang dilakukan BKM di Kelurahan Pakembaran tahapannya tidak partisipatif, karena kurang melibatkan secara
langsung masyarakat yang akan diberdayakan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan program
pemberdayaan masyarakat, pelaksanaanya dimulai dari penggalian aspirasi masyarakat miskin, agar mereka terlibat aktif dalam proses pengambilan
keputusan penting yang menyangkut diri mereka, sehingga diharapkan masyarakat yang diberdayakan bisa mengakses keberbagai sumberdaya untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Kelemahan tahapan identifikasi yang tidak partisipatif menjadikan pemberdayaan masyarakat terhambat, karena program-program yang
direncanakan masyarakat, tidak tersalurkan sesuai dengan keinginan dan usulan masyarakat.
Penilaian Langkah-langkah Identifikasi kebutuhan yang dilakukan BKM di Kelurahan Pakembaran, merupakan tahap awal pada perencanaan progam yang
seharusnya dilakukan secara komprehensif, dengan menggunakan teknik-teknik dan idikator yang terukur. Tahapan identifikasi masalahkebutuhan oleh BKM
dengan cara yang sesuai dengan pendampingan fasilitator kelurahan, untuk mendapatkan data yang diinginkan, maka BKM bersama masyarakat melakukan
pertemuan warga pada tiap-tiap RT untuk mendapatkan hasil identifikasi, kemudian dilakukan observasi pada masyarakat miskin untuk mendapatkan data
sesuai dengan nama dan alamat. Beberapa penilaian yang menjadi pertimbangan BKM dalam melaksanakan
proses identifikasi antara lain, 1 Tahapan identifikasi pada penanggulangan kemiskinan adalah proses partisipatif yang dilakukan masyarakat, untuk menilai
serta merumuskan sendiri persoalan kemiskinan yang dihadapinya dan kebutuhan nyata untuk menanggulangi kemiskinan, maka BKM harus mampu mendorong
masyarakat agar mampu mengidentifikasi kebutuhan secara nyata. Tahapan identifikasi yang dilakukan BKM tidak partisipatif dan diwarnai oleh persepsi
pihak luar pendampingan fasilitator kelurahan, sehingga hasil tidak relevan dengan karakteristik masyarakat dan hasil identifikasi tidak tepat sasaran
perencanaan, dengan sendirinya rancangan program kurang menyentuh kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat dan tidak
mendukung proses pembelajaran pada masyarakat dalam mengkaji masalah atau kebutuhan perencanaan.
Artinya dengan pendampingan fasilitator terus-menerus dalam setiap kegiatan identifikasi merupakan campur tangan pihak luar dan ketrampilan hanya
dimiliki oleh orang lain, sehingga kurang menjamin keberlanjutan serta kelestarian program tersebut. Apabila keberlanjutan program kurang dukungan
dari masyarakat merupakan hal yang wajar, kemudian program akan semu atau minim partisipasi masyarakat karena proses identifikasi tidak menyentuh lapisan-
lapisan masyarakat yang akan diberdayakan, 2 Pada tahapan identifikasi masalah kebutuhan kurang mendapat tanggapan masyarakat yang mempunyai
kehidupan ekonomi menengah keatas dan masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi untuk menjadi relawan dalam memberdayakan masyarakat.
Apabila mereka menjadi relawan, merupakan aset BKM yang mampu mendukung program penanggulangan kemiskinan lebih baik, 3
Saran-saran terhadap BKM dalam melakukan identifikasi masalah kebutuhan. Identifikasi merupakan tahapan pengungkapan dan pemahaman
masalah kebutuhan masyarakat miskin, untuk menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, BKM mendorong masyarakat yang bukan miskin ikut
berperan dan melakukan pengecekan data atau informasi yang didapat yaitu dari mana data tersebut dikumpulkan siapa saja sumberdatanya, kemudian
melakukan analisa bersama yang bertujuan untuk mengolah data yang sudah ada dan menafsirkan hasil dari data untuk disimpulan.
BKM dalam melakukan identifikasi masalahkebutuhan perlu memperhatikan beberapa kebutuhan masyarakat miskin antara lain; 1 Kebutuhan
dasar atau kebutuhan minimal pada masyarakat miskin yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada
masyarakat kelurahan Pakembaran membutuhkan makan tiga kali sehari, 2 Data dan Profil Keluarga miskin yaitu melakuan pendataan pada keluarga miskin
ditiap-tiap RT, perumahan masyarakat miskin, penyebab kemiskinan, jumlah pendapatan serta penggunaan belanja keluarga, jumlah kepala keluarga miskin
pada masing-masing RT, usia masing-masing dari keluarga miskin dan pendidikan masyarakat miskin 3 Data potensi relawan sebagai sumberdaya
manusia yaitu melihat figur yang mampu mewakili masyarakat jujur dan tanpa pamrih yang mempunyai kepedulian serta mau memperhatikan terhadap
perbaikan nasib masyarakat miskin, figur tokoh masyarakat, mempunyai keahlian pada profesi yang dibutuhkan masyarakat dan orang yang mempunyai ekonomi
mapan, 4 Data potensi kelurahan yaitu banyaknya pengusaha yang bisa diakses usahanya, modal usaha yang tersedia untuk memberdayakan masyarakat miskin,
kelembagaan ekonomi dan keuangan, dan lain-lain, 5 Data potensi prasarana lingkungan pemukiman masyarakat miskin, 6 Data profil kelembagaan dan
organisasi yang ada dimasyarakat, tradisi, kebiasaan dan lain-lain. Untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin, maka BKM dalam
melaksanakan identifikasi harus mampu melihat tindakan-tindakan pelaksanakan, yang bisa menyelesaikan permasalahan secara bertahap dan menyeluruh dengan
melihat 1 Simpul masalah yaitu BKM harus mampu melihat secara cermat, apabila masalah-masalah yang dihadapi oleh orang miskin, salah satunya bisa
terselesaikan maka masalah yang lain akan ikut terentaskan, 2 Kemendesakan yaitu BKM dalam melaksanakan identifikasi kebutuhan, harus mampu melihat
keutamaan kebutuhan yang banyak menyangkut kebutuhan dasar orang miskin dan pembangunan lingkungan yang banyak pemukiman masyarakat miskin, 3
Dampak yaitu BKM harus mampu melihat akibat yang akan dirasakan oleh masyarakat banyak, apabila masalah yang dihadapai orang miskin tidak segera
terselesaikan, maka akan berpengaruh yang kurang baik terhadap orang miskin sendiri maupun masyarakat banyak.
Pelaksanaan identifrikasi juga mendata potensi kelurahan sebagai modal sosial, yaitu pada potensi sumber daya manusia untuk menjadi relawan. Potensi
sumber daya alam di Kelurahan Pakembaran sangat mendukung program penanggulangan kemiskinan, karena bisa diakses masyarakat miskin untuk
melakukan kegiatan yang bisa membantu usaha mereka. Potensi masyarakat yang mayoritas Islam dan banyak yang mengintegrasikan diri untuk membentuk
kelompok kegiatan kemasyarakatan, merupakan media informasi yang bisa dimanfaatkan membantu program-program BKM dalam memberikan informasi
lebih cepat diterima masyarakat. Dalam mendukung penanggulangan kemiskinan dan potensi ekonomi bahwa di Kelurahan Pakembaran merupakan pusat
perdagangan Kabupaten Tegal, yang bisa dijadikan tempat masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha, sehingga BKM perlu perencanaan modal bergulir
untuk usaha masyarakat miskin.
5.2. Perumusan Langkah-langkah Pemecahan Masalah