Dari uraian di atas dapat d isebutkan keunggulan dari metode STAD yaitu:
1 Dapat memberi keuntungan baik pada siswa pandai maupun kurang pandai dalam kemampuan akademiknya.
2 Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda latar belakangnya.
3 Mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. 4 Materi yang dipelajri siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama. :
1 Membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkan pembelajaran. 2 Membutuhkan lebih banyak biaya.
3 Guru dan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran kooperatif STAD.
Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat sesuatu untuk mengubah tingkah laku. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia 1996:17, aktivitas berarti keaktivan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dimaksud adalah aktiv
itas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya harus selalu terkait Nasution, 1995:89.
Pendapat yang dikemukakan oleh Montessori dalam Sardiman A,M 1994:95 menegaskan bahwa anak
-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan
mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya. Pernyataan Montessori
Sedangkan kelemahannya adalah
4. Aktivitas Belajar siswa
tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri anak itu sendiri, sedang pendidik hanya memberikan
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Pedapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M 1994:95
memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif
sendiri, tanpa andanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas
belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki sendiri, dan bekerja secara aktif dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru.
Dalam mengajar guru hendaknya jangan aktif sendiri, tetapi guru harus memberi kesempatan kepada siswa agar turut mengambil bagian yang aktif dalam
proses belajar mengajar. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas jasmani
meliputi : melakukan percobaan, berkebun dan lain- lain, sedang aktivitas rohani
meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan lain-lain.
Untuk membangkitkan keaktivan rohani, guru perlu : a. Mengajukan pertanyaan
-pertanyaan dan membimbing diskusi kepada murid-
murid. b. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah, menganalisis,
mengambil keputusan dan sebagainya. c. Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,
memberikan pendapat dan sebagainya. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, guru perlu :
a. Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan ketrampilan di laboratorium , dan sebaginya.
b. Mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya. Berikut ini merupakan prinsip-
prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa yang dibagi menjadi dua pandangan, yaitu :
a. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama. Dalam proses belajar mengajar, guru senantiasa mendominasi kegiatan.
Dimana guru aktif dan segala inisiatif dari guru, tetapi siswa terlalu pasif. Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat dan menjawab jika
ditanya guru. Dalam hal ini, siswa bekerja atas perintah guru dan berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Pada proses belajar mengajar semacam ini
tidak mendorong anak didik untuk berfikir dan beraktivitas, sehingga tidak sesuai dengan hakekat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.
b. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern. Aliran jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia
itu sebagai sesuatu yang dinamis, memilik i potensi dan energi sendiri, sehingga secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan
dorongan oleh macam- macam kebutuhan. Anak didik dipandang mempunyai
potensi untuk berkembang. Tugas pendidik adalah membimbing dan
menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini anaklah yang beraktivitas, berbuat dan aktif sendiri.
Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Paul B. Diedrch dalam Sardiman A.M 1994 : 99 membuat suatu daftar aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a. , yang termasuk didalamnya misalnya
membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b. , seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. , sebagai conloh, mendengarkan : uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato. d.
, seperti misalnya : menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. , misalnya : menggambar, membuat grafik, peta,
diagram. f.
, termasuk di dalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
g. seb
agai contoh misalnya : menaggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
Visual activities
Oral activities
Listening activities
Writing activities
Drawing activities
Motor activities yang
Mental activities,
keputusan. h.
, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dengan klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai
macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah itu akan lebih dinamis, dan menjadi pusat aktivitas belajar yan
g maksimal. Dalam penelitian ini, aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah
segala kegiatan fisikjasmani maupun mentalrohani dari diri seseorang dalam rangka mendapatkan pengetahuan agar tujuan belajarnya tercapai, khususnya
pada pelajaran matematika.
Pentatito Gunowibowo 2008 dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita dan Sikap Terhadap Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD Kecamatan Purworejo Kabupaten
Purworejo menyimpulkan sikap siswa dari pembelajaran pendekatan realistik lebih baik secara umum maupun ditinjau dari masing-masing kemampuan awal.
Demikian pula untuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Sikap terhadap matematika siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih baik
dengan siswa berkemampuan awal rendah dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik, Sikap terhadap matematika siswa dengan kemampuan
Emotional activities
B. Hasil Penelitian Yang Relevan