C. Uji Hipotesis
Data  akhir  diperoleh  dari  hasil  postest  setelah  diberi  perlakuan,  untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan pemahaman peserta didik pada materi tema
6  subtema  1  yang  diajarkan  dengan  model  kooperatif  learning  tipe  kancing gemerincing  pada  pendekatan  scientific  dan  dengan  tanpa  menggunakan  model
tersebut.  Analisis  data  akhir  dilakukan  untuk  menguji  hipotesis  penelitian,  dari data  akhir  tesebut  dilakukan  uji  t-satu  pihak  pihak  kanan  karena  hasil  rata-rata
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji t  satu pihak  kanan  pada  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol  dapat  dilihat  pada  Tabel
4.14.
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Uji Satu Pihak Kanan
Kelas N
s
2
t
hitung
t
tabel
Eksperimen 30
81,933 113,237
2,26 2,00
Kontrol 30
76,100 86,369
2,26 2,00
Berdasarkan  perhitungan  analisis  data  hasil  tes  performa  pada  kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t satu pihak
dengan taraf α = 5 dan  dk  =  29  diperoleh  t
tabel
=2,00  dan  t
hitung
=  2,26.  Karena  t
hitung
t
tabel
,  yaitu 2,262,00  maka  Ho  ditolak.  Hal  ini  menyatakan  bahwa  kemampuan  berbicara
peserta  didik  yang  mendapat  pembelajaran  model  pembelajaran  kooperatif learning  tipe  kancing  gemerincing  pada  pendekatan  scientific  lebih  baik  dari
kemampuan  berbicara  yang  tidak  mendapat  model  tersebut  kelas  kontrol  pada materi tema 6 subtema 1 kelas IV semester genap di SDN 01 Kebondalem  tahun
pelajaran  20132014.  Dengan  nilai  rata-rata  yang  diperoleh  kelas  eksperimen
model  pembelajaran  kooperatif  learning  tipe  kancing  gemerincing  pada pendekatan scientific adalah 81,933 sedangkan   nilai  rata-rata pada kelas kontol
model  konvensional  adalah  76,100.  Adapun  data  selengkapnya  dapat  dilihat pada Lampiran 24.
D. Pembahasan
Berdasarkan  perhitungan  analisis  data  pada  paparan  di  atas,  maka  di  dalam pembahasan ini  akan dijelaskan secara kualitatif  mengenai  hasil dari analisi data
secara  kuantitatif.  Penelitian  ini  adalah  jenis  penelitian  eksperimen  untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model kooperatif Learning tipe kancing
gemerincing  lebih  baik  dari  pada  pembelajaran  konvensional.  Pada  tahap  awal sebelum  perlakuan  dilakukan  uji  normalitas  menggunakan  uji  Lilliefors  terlebih
dahulu pada nilai preetest peserta didik kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan IV  B  sebagai  kelas  kontrol.  Hal  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  apakah  kedua
sampel  tersebut  berdistribusi  normal  atau  tidak.  Berdasarkan  perhitungan  yang dilakukan  diperoleh  bahwa  kedua  kelas  tersebut  berdistribusi  normal,  kemudian
dihitung  homogenitasnya  dengan  uji  Bartlett  hasil  kedua  sampel  berasal  dari keadaan  yang  sama.  Kemudian  menghitung  data  akhir  menggunakan  uji  t  satu
pihak  hasilnya  t
hitung
t
tabel
maka  Ho  ditolak  dan  Ha  diterima.  Sehingga  ada perbedaan rata-rata hasil tes kemampuan berbicara peserta didik pada kedua kelas
sampel. Perbedaan  kemampuan  berbicara  peserta  didik  yang  diajar  menggunakan
model  kooperatif  learning  tipe  kancing  gemerincing  pada  pendekatan  scientific
dapat  terlihat  dari  nilai  rata-rata  kemampuan  berbicara  yaitu  81,933  lebih  tinggi dari  pada  nilai  rata-rata  kemampuan  berbicara  kelas  yang  tanpa  menggunakan
model  kooperatif  learning  tipe  kancing  gemerincing  pada  pendekatan  scientific selama  pembelajaran  yaitu  76,100.  Oleh  karena  itu,  dapat  dikatakan  model
kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific memiliki pengaruh terhadap kemampuan berbicara jika nilai rata-rata kemampuan berbicara
kelas  eksperimen  lebih  baik  dari  kelas  kontrol.  Penggunan  model  kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan  scientific dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan aktif, sehingga peserta didik tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori belajar
behavioristik,teori belajar kognitif dan teori belajar kontruktivisme. Model  pembelajaran  kooperatif  learning  tipe  kancing    gemerincing  telah
dicobakan  oleh  Sri  Sunarsih  2012  dalam  penelitiannya  yang  berjudul “Pembelajaran  Keterampilan  Berbicara  Model  Kooperatif  Learning  Teknik
Mencari Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Peserta didik Introver dan  Ekstrover  Di  SMP
”.  Dari  penelitian  ini  menjelaskan  penggunaan  model pembelajaran  kooperatif  learning    tipe  kancing  gemerincing  jingle  button
memiliki  keunggulan  tersendiri  dibandingkan  dengan  model  pembelajaran  lain. Melalui model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing peserta
didik  akan  terlibat  aktif  dalam  pembelajaran.  Masing-masing  peserta  didik kesempatan  yang sama  untuk memberikan kontribusi mereka dan  mendengarkan
pandangan serta pemikiran peserta didik lain. Hal ini ditandai dengan keberanian
mengemukakan  pendapat  peserta  didik  meningkat  dan  meningkatnya  antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tematik terintegratif.
Pembelajaran  dengan  menggunakan  model  kooperatif  learning  tipe  kancing gemerincing  pada  pendekatan  scientific  dilakukan  selama  enam  kali  pertemuan
untuk  kelas  eksperimen  dan  kontrol.  Pendekatan  scientific  dipadukan  dengan model  pembelajaran  kooperatif  learning  tipe  kancing  gemerincing  pada  kelas
eksperimen, sebaliknya pada kelas kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan scientific yang masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dari
hasil  pengamatan  diketahui  bahwa  terdapat  perbedaan  pembelajaran  yang dilakukan  pada  kelas  kontrol  dengan  eksperimen.  Perbedaan  pembelajaran
pendekatan  scientific  yang  dilakukan  pada  kelas  kontrol  dengan  eksperimen  ini dapat  dilihat dari hasil presentase kenaikan  rata-rata proses pendekatan  scientific
kelas kontrol dan eksperimen. Kenaikan  rata-rata  terbesar  berada  pada  kriteria  penilaian  menalar  yaitu
sebesar  2,6  atau  24,1.  Pada  kriteria  penilaian  menalar  ini  peserta  didik  diberi sebuah  permasalahan,  kemudian  peserta  didik  diminta  menemukan  penyelesaian
permasalahan  tersebut.  Penyelesaian  masalah  tersebut  dikembangkan  kembali oleh  peserta  didik  melalui  susunan  kalimat-kalimat  minimal  satu  paragraf.
Kemuadian  peserta  didik  menceritakan  kembali  penyelesaian  masalah  tersebut kepada  peserta  didik  yang  yang  lain.  Selanjutnya,  urutan  kedua  berada  pada
kriteria penilaian menanya yaitu sebesar 2,4 atau 22,2. Kriteria penilaian menanya berupa  keaktifan  peserta  didik  dalam  menjawab  pertanyaaan  dari  guru  ataupun
keaktifan  peserta  didik  untuk  bertanya  tentang  materi  pembelajaran  yang  masih belum dipahami saat proses pembelajaran berlangsung.
Urutan ketiga pada kriteria penilaian mengamati yaitu sebesar 2,2 atau 20,4. Kriteria  penilaian  mengamati  ini  berupa  peserta  didik  mencari  tahu  kehidupan
atau kejadian yang terjadi dilingkungan sekitarya. Urutan berikutnya pada kriteria penilaian menyajikan yaitu sebesar 2,1 atau 19,4. Kriteria penilaian menyajikan
ini berupa peserta didik dapat mencari sumber lain yang dapat membantu peserta didik  dalam    proses  pembelajaran.  Contohnya  yaitu,  buku,  internet,  media  dan
seseorang ahli atau narasumber. Kemudian pada kriteria penilaian mencoba yaitu 1,5 atau 13,9.  Kriteria penilaian mencoba ini berupa peserta didik secara aktif,
tidak  malu-malu  dan  tidak  takut  salah  untuk  melakukan  sesuatu  percobaan  atau suatu hal yang baru dilihatnya pada proses pembelajaran.
Dari  data  diatas  dapat  dikatakan  bahwa  kemampuan  berbicara  peserta  didik pada  pembelajaran  menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif  learning  tipe
kancing gemerincing pada pendekatan scientific, lebih baik dari pada kemampuan berbicara  peserta didik  yang tanpa menggunakan  model pembelajaran kooperatif
learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific. Dengan demikian, penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  kemampuan  berbicara  menggunakan  model
pembelajaran  kooperatif  learning  tipe  kancing  gemerincing  pada  pendekatan scientific.  lebih  baik  dibandingkan  dengan  pembelajaran  kemampuan  berbicara
tanpa  menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif  learning  tipe  kancing gemerincing pada pendekatan scientific.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN