RPP Kelas 4 SD MI K13 Semester 2 Mencakup Semua Tema Dan Sub Tema | Info PTK Sekolah 139cad2497b331d4

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC

TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA TEMATIK TERINTEGRATIF PESERTA DIDIK KELAS IV

SDN 01 KEBONDALEM

SKRIPSI

OLEH

IKA SILFIANA ARIFATUL KHOIRIYAH NPM 10120109

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI SEMARANG 2014


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC

TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA TEMATIK TERINTEGRATIF PESERTA DIDIK KELAS IV

SDN 01 KEBONDALEM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

IKA SILFIANA ARIFATUL KHOIRIYAH NPM 10120109

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI SEMARANG 2014


(3)

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC

TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA TEMATIK TERINTEGRATIF PESERTA DIDIK KELAS IV

SDN 01 KEBONDALEM

Yang disusun dan diajukan oleh IKA SILFIANA ARIFATUL KHOIRIYAH

NPM 10120109

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan di hadapan Dewan Penguji

Semarang, Maret 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ngurah Ayu N M, M.Pd Diana Endah H., S. Pd,. M.Pd

NPP. 936901098 NPP.128201377

Mengetahui, Kaprodi

Drs. Djariyo, M.Pd NIP 195106171981031002


(4)

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC

TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA TEMATIK TERINTEGRATIF PESERTA DIDIK KELAS IV

SDN 01 KEBONDALEM

Yang disusun dan diajukan oleh IKA SILFIANA ARIFATUL KHOIRIYAH

NPM 10120109

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 22 Maret 2014

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji

Ketua, Sekretaris

Dr. M. Th. S. R Retnaningdyastuti, M.Pd Drs. Djariyo, M.Pd NIP. 19530631981032001 NIP. 19510617198031002 Penguji I

Dr. Ngurah Ayu N M, M.Pd ... NPP. 936901098

Penguji II

Diana Endah Handayani, S. Pd,. M.Pd ... NPP.128201377

Penguji III

Intan Rahmawati, S.Pd., M.Pd ... NPP. 0877012333


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Al Insyirah7) 2. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja

keras(untuk urusan yang lain) (QS Al Insyirah 8)

3. Man Jadda Wajadda (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil) 4. Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti (Ahmad Dhani)

Persembahan :

Dengan mengucap bismillah skripsi ini mulai disusun dan mengucap syukur Alhamdulillah saat skripsi ini menemui purnanya. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberi kebanggan kepada:

1. Ayahku Faizin dan ibuku Amiroh yang senantiasa memberi motivasi dan mendoakan peneliti dalam setiap sujudnya.

2. Teman-teman pengurus organisasi Ormawa-Lemawa yang telah memberikan pengalaman Organisasi yang sangat berharga khususnya HIMA PGSD dan BEM I IKIP PGRI Semarang .

3. Teman-temanku kos Hawa 3 No.12 yang telah bersama-sama menjalani suka maupun duka.

4. Teman-teman seperjuangan di kelas B PGSD angkatan 2010.

5. Sahabat-sahabatku yang telah memotivasi dalam penyusunan skripsi ini khususnya Ari, Okta, Kustrio, Rozak, dan Anom.

6. Almamaterku IKIP PGRI Semarang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang Maha Pengasih atas ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Kancing Gemerincing Pada Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan Berbicara Tematik Terintegratif Peserta Didik Kelas IV SDN 01 Kebondalem”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Muhdi,S.H.,M.Hum. Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh pendidikan di prodi PGSD IKIP PGRI Semarang.

2. Dr. M.Th.SR.Retnaningdyastuti,M.Pd.selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Drs. Djariyo,M.Pd.selaku Ketua Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah menyetujui usulan topik skripsi peneliti.

4. Dr. Ngurah Ayu N.M, M.Pd. selaku pembimbing I yang selalu menyem-patkan waktunya untuk mengarahkan peneliti dalam proses bimbingan skripsi.

5. Ibu Diana Endah Handayani, S. Pd., M.Pd. selaku pembimbing II atas arahan dan kecermatan dalam proses bimbingan skripsi.


(7)

6. Drs. Uri selaku Kepala SDN 01 Kebondalem atas pemberian izin penelitian di instansi yang dipimpin.

7. Seganap guru SDN 01 Kebondalem yang telah memberi kemudahan dalam penelitian skripsi ini.

8. Peserta didik kelas IV SDN 01 Kebondalem yan telah bersedia membantu penelitian skripsi ini.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah senatiasa memberikan balasan setimpal atas kebaikan yang telah mereka lakukan. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2014 Peneliti


(8)

ABSTRAK

Ika Silfiana Arifatul Khoiriyah. NPM 10120109 “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Kancing Gemerincing Pada Pendekatan

Scientific Terhadap Kemampuan Berbicara Tematik Terintegratif Peserta Didik Kelas IV SDN 01 Kebondalem” Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP PGRI Semarang. Pembimbing I: Dr. Ngurah Ayu Nyoman,M, M. Pd. Pembimbing II: Diana Endah Handayani, S. Pd., M.Pd. 2014.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurikulum 2013 pembelajaran yang dilaksanakan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema, belum efektifnya pembelajaran berbicara yang dilaksanakan di kelas, pelaksanaan pembelajaran yang masih terikat dengan penggunaan strategi konvensional dalam pembelajaran berbicara, aktivitas tukar pendapat peserta didik belum tampak untuk saling berinteraksi dalam pembelajaran, guru masih mendominasi pembelajaran.

Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen bertujuan untuk mengatahui apakah model pembelajaran koopperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific berpengaruh pada kemampuan berbicara peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 01 Kebondalem dengan jumlah kelas IVA 30 peserta didik dan kelas IVB 30 peserta didik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah test dan non test (test perfonma, observasi, dan dokumentasi) untuk melakukan pemandanan dua kelompok yaitu kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol diakukan analisis data awal, uji normalitas dengan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett.

Berdasarkan hasil analisis ahir yang letah dilakukan perhitungan uji t satu pihak kanan diperoleh harga thitung = 2,26 dan ttabel = 2,00. Karena nilai thitung > ttabel, yaitu 2,26 > 2,00. Karena thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa ada pengaruh dengan kemampuan berbicara peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem.

Kata kunci: Kooperatif Learning Tipe Kancing Gemerincing, Kemampuan Berbicara


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Tentang Kemampuan Berbicara Tematik Terintegratif 1. Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013 ... 8

2. Teori Belajar ... 9

3. Pendekatan Scientific ... 11

4. Kemampuan Berbicara ... 12

B. Kajian Teori Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Kancing Gemerincing 1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing ... 16


(10)

C. Kerangka Berpikir ... 18

D. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 19

C. Populasi, Sampel, dan Sampling ... 21

D. Desain Penelitian ... 23

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian... 27

G. Analisis dan Interpretasi Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 32

1. Data Nilai Preetest Kemampuan Berbicara ... 33

2. Data Nilai Proses Pendekatan scientific ... 36

3. Data Nilai Sikap ... 39

4. Data Nilai Posttest Kemampuan Berbicara... 41

B. Uji Persyaratan Hipotesis ... 44

C. Uji Hipotesis ... 47

D. Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

C. Keterbatasan Penelitian ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 56


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing

Gemerincing ... 17

Tabel 3.1 Desain Eksperimen ... 23

Tabel 3.2 Harga-Harga Untuk Uji Bartlett ... 29

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Preetest Kelas Kontrol ... 34

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Preetest Kelas Eksperimen ... 35

Tabel 4.3 Persentase Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Pada Kelas Kontrol ... 37

Tabel 4.4 Persentase Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Pada Kelas Eksperimen ... 38

Tabel 4.5 Persentase Kenaikan Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 39

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Sikap Kelas Kontrol... 40

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penilaian Sikap Kelas Eksperimen ... 41

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 42

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi nilai post test kelas Eksperimen ... 43

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Normalitas Awal ... 45

Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Awal ... 45

Tabel 4.12 Hasil Analisis Uji Normalitas Akhir ... 46

Tabel 4.13 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Awal ... 46

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis (Uji Satu Pihak Kanan) ... 47


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Prosedur Penelitian ... 18

Gambar 4.1 Grafik Batang Nilai Preetest Kelas Kontrol ... 34

Gambar 4.2 Grafik Batang Nilai Preetest Kelas Eksperimen ... 35

Gambar 4.3 Grafik Batang Nilai Posttest kelas Kontrol ... 43

Gambar 4.4 Grafik Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 44


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 57

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 58

Lampiran 3 Hasil Uji Validator Ahli dan Validator Praktisi ... 59

Lampiran 4 Silabus Kontrol dan Eksperimen ... 74

Lampiran 5 RPP Kelas Kontrol... 120

Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen ... 182

Lampiran 7 Materi Tema 6 Subtema 1 ... 247

Lampiran 8 Lembar Observasi Penilaian Sikap dan Proses ... 283

Lampiran 9 Rubrik Observasi Penilaian Sikap dan Proses ... 286

Lampiran 10 Rekapitulasi Nilai Preetest Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol ... 293

Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Preetest Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen ... 294

Lampiran 12 Uji Homogenitas Awal ... 295

Lampiran 13 Uji Normalitas Awal Kelas Kontrol ... 296

Lampiran 14 Uji Normalitas Awal Kelas Eksperimen ... 297

Lampiran 15 Rekapitulasi Penilaian Sikap Kelas Kontrol ... 298

Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Sikap Kelas Eksperimen ... 299

Lampiran 17 Rekapitulasi Penilaian Proses Kelas Kontrol ... 300

Lampiran 18 Rekapitulasi Penilaian Proses Kelas Eksperimen ... 301

Lampiran 19 Rekapitulasi Nilai posttest Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol ... 302

Lampiran 20 Rekapitulasi Nilai posttest Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen ... 303

Lampiran 21 Uji Homogenitas Akhir ... 304

Lampiran 22 Uji Normalitas Akhir Kelas Kontrol ... 305

Lampiran 23 Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen ... 306

Lampiran 24 Uji Dua Sampel Perbedaan Kemampuan Berbicara (Uji-t)... 307 xiii


(14)

Lampiran 25 Alat Penilaian Kegiataan Guru (APKG) ... 308

Lampiran 26 Jadwal Penelitian ... 360

Lampiran 27 Surat Keterangan Penelitian ... 361

Lampiran 28 Surat Pernyataan Keaslian Tulisan ... 362

Lampiran 29 Dokumentasi Foto Penelitian... 363

Lampiran 30 Rekapitulasi Proses bimbingan ... 366


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan pembelajaran tematik terintegratif pada proses pembelajaran Sekolah Dasar dalam Kurikulum 2013 merupakan contoh hasil perubahan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah, peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Kurikulum SD/MI menggunakan pembelajaran tematik terintegratif dari kelas I dan kelas IV. Pembelajaran tematik terintegratif merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Perubahan orientasi pembelajaran yang menitikberatkan aspek sikap peserta didik menjadi suatu perubahan yang terjadi dalam Kurikulum 2013 tersebut.

Kurikulum 2013 dalam penerapan di Sekolah Dasar dilaksanakan pada sekolah-sekolah tertentu yang ditunjuk sebagai sekolah percontohan. Menurut Bapak Warsono selaku pengawas Dabin V kecamatan Pemalang, menjelaskan bahwa di Kecamatan Pemalang hanya ada 3 Sekolah Dasar yang menerapkan


(16)

Kurikulum 2013 yaitu : SD Negeri 01 Kebondalem, SD Negeri 02 Kebondalem dan SD Negeri 05 Bojongbata.

Hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 01 Kebondalem, ditemukan fakta bahwa terdapat kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang ada pada saat proses pembelajaran tematik terintegratif. Selain itu, terdapat kesulitan beberapa pokok bahasan tentang kemampuan berbahasa yang sulit dikuasai oleh peserta didik salah satunya adalah pokok kemampuan berbahasa mengenai kemampuan berbicara.

Menurut artikel penelitian Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Drill Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Sekolah Dasar Usaba Sepotong menerangkan bahwa kemampuan berbicara tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak. Dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran berbicara adalah untuk melatih peserta didik agar berani, dan dapat menyampaikan gagasannya dalam situasi resmi yang disesuaikan dengan konteks pertuturan dengan baik dan benar (Elypita Elly, 2013).

Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan peserta didik dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Pertama faktor eksternal di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat daerah. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Penggunaan bahasa Indonesia, pada


(17)

umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, peserta didik tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi terstruktur.

Kedua faktor internal, yaitu pendekatan pembelajaran, metode, media atau sumber pembelajaran. Guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi peserta didik. Guru cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa, artinya, yang disajikan oleh guru di kelas bukan mengajak peserta didik berbicara sesuai konteks dan situasi terstrutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya melekat pada diri peserta didik sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, Rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi peserta didik untuk menjadi peserta didik yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.

Guru sebagai pendidik telah menggunakan medel pembelajaran tetapi hasilnya belum maksimal. Untuk meningkatkan aktifitas dan gairah belajar dalam kemampuan berbicara peserta didik diperlukan model pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik, membuat peserta didik nyaman mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan menimbulkan suasana menyenangkan didalam kelas. Model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing merupan solusi dari permasalahan tersebut. Model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing merupakan inovasi pembelajaran tematik terintegratif yang aktif dan


(18)

berkarakter yang dikemas dengan pendekatan Scientific agar dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan berbicara pembelajaran tematik terintegratif pada peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukaan di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran yang dilaksanakan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

2. Belum efektifnya pembelajaran berbicara yang dilaksanakan di kelas. 3. Pelaksanaan pembelajaran yang masih terikat dengan penggunaan strategi

konvensional dalam pembelajaran berbicara.

4. Aktivitas tukar pendapat peserta didik belum tampak untuk saling berinteraksi dalam pembelajaran.

5. Guru masih mendominasi pembelajaran.

6. Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan peserta didik dalam berbicara.

7. Faktor eksternal diantaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat.

8. Faktor internal yaitu pendekatan pembelajaran, metode, media atau sumber pembelajaran.


(19)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu, pemberian model kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific yang mempengaruhi kemampuan berbicara pada tema 6 Indahnya negeriku subtema 1 Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan pembelajaran 1 sampai pembelajaran 6 peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti merumuskan masalah yaitu: Apakah model pembelajaran kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dapat mempengaruhi kemampuan berbicara tematik terintegratif peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific terhadap kemampuan berbicara tematik terintegratif peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem?


(20)

F. Manfaat Penelitian

Dari pelaksanaan penelitian eksperimen ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru, peserta didik dan sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah menambah wawasan pembelajaran kooperatif learning yang meningkatkan kemampuan berbicara.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

1) Untuk memudahkan dalam meningkatkan kemampuan membaca. 2) Dapat dijadikan motivasi untuk belajar karena dapat berpartisipasi

aktif dalam proses pembelajaran dan menciptakan suasana pembelajaran yang semakin variatif.

3) Dapat dijadikan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap kemampuan berbicara.

b. Bagi Guru

1) Memberikan konsep yang jelas mengenai model kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara Kelas IV Sekolah Dasar.


(21)

2) Dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran yang sesuai.

3) Dapat menambah kreativitas guru dalam mengembangkan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan

scientific . c. Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses proses pembelajaran kemampuan berbahasa khususnya berbicara sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori Tentang Kemampuan Berbicara Tematik Terintegratif 1. Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013

Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Dasar disebutkan bahwa:

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013).

Kurikulum 2013 adalah Kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi Abad 21. Pada abad ini, sebagaimana dapat kita saksikan bersama, kemampuan kreativitas dan komunikasi akan menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreatifitas dan komunikasi.

Kompetensi yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 seorang lulusan SD/MI memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses-proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 3).


(23)

Berdasarkan teori yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terintegratif dalam Kurikulum 2013 lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

2. Teori Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne, 1984 dalam Tim Pengembang MKDP, 2011: 124). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai teori belajar berikut akan dipaparkan beberapa teori belajar, diantaranya adalah teori behavioristik, konstruktivistik dan kognitif.

a. Teori behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan (Siregar dan Hartini Nara, 2011: 25).


(24)

“Hasil dari proses belajar adalah perilaku yang dapat diukur dan diamati. Proses belajar dilaksanakan dengan cara menciptakan kondisi yang dapat memberi kemungkinan bagi individu untuk mendemonstrasikan sebuah perilaku dalam jangka waktu yang relatif

lama” (Pribadi, 2009: 77-78).

Teori belajar behavioristik perubahan sikap atau tingkah laku yang dapat diukur dan diamati dalam jangka waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan kebiasaan.

b. Teori belajar kognitif

Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan (Siregar dan Hartini Nara, 2011: 30).

Teori belajar kognitif ini menganggap peserta didik adalah individu yang aktif memperlajari ilmu pengetahuan. Dalam menempuh proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya sekedar bersifat pasif menerima pengetahuan.

c. Teori konstruktivistik

Teori konstruktivistik itu memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada didalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang guru


(25)

kepada siswa (Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994) dalam Siregar dan Hartini Nara, 2011: 39)

Dalam aliran konstruktivistik pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. 3. Pendekatan Scientific

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah, informasi, serta menyajikan. Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran.

Para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan scientific/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena.

Pada penerapan (Implementasi Kurikulum 2013) harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan konvensional.


(26)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific merupakan sebuah pendekatan yang didalam pembelajarannya mencakup komponen: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah, informasi, serta menyajikan. 4. Kemampuan Berbicara

“berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan” (Tarigan, 2008: 16).

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan diperoleh dari mempraktikkan dan latihan berbicara secara berkesinambungan agar kemampuan berbicara yang dimiliki semakin meningkat. Agar seseorang mampu berbicara dengan baik dan benar maka kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang maka perlu dilatih secara terus menerus. Dengan bertambahnya kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang maka akan mengembangkan kemampuan intelegensi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.

Berbicara adalah kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat besar. Pesan yang diterima oleh pendengar tidak dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa dalam bentuk semula. Dalam berbicara, pembicara harus paham tentang isi dari yang dibicarakan. Agar dapat menyampaikan pesan kepada orang lain dengan baik dan benar (Tarigan dalam Cahyani dan Hodijah, 2007: 60).

Berdasarkan uraian di atas maka kemampuan berbicara adalah suatu kemampuan dalam hal mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan secara lisan agar apa yang diucapkan oleh pembicara


(27)

dapat dipahami oleh pendengar. Kemampuan tersebut diperoleh dari praktik dan latihan secara terus menerus sehingga kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang semakin meningkat.

Pengajaran kemampuan berbicara merupakan salah satu kegiatan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memliki jenis materi tersendiri. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kemampuan berbicara ada lima jenis materi yang diajarkan (Cahyani dan Hodijah, 2007). Adapun lima jenis materi tersebut meliputi:

a. Fakta b. Konsep c. Prinsip d. Prosedur e. Nilai/ sikap

Dari kelima jenis materi tersebut diimplementasikan kedalam kegiatan pembelajaran pada tema 6 subtema 1 (Kemendikbud, 2013). Berikut ini implementasi kegiatan pembelajaran tema 6 subtema 1:

Pembelajaran 1 1)Mengenal keanekaragaman hewan langka Indonesia. 2)Menceritakan kembali teks

petualangan.

3)Menyelesaikan masalah berdasarkan data.

Pengetahuan: 1) Keanekaragaman

hewan langka Keterampilan:

1) Berkomunikasi 2) Menggali informasi 3) Memecahkan masalah Pembelajaran 2 1) Menuliskan pengalaman

berpetualangan

2) Menjelaskan kewajiban terhadap lingkungan

3) Melakukan permaianan pemburu dan hewan langka

Pengetahuan: 1) Keanekaragaman

anggrek langka Keterampilan:

1) Menganalisis gerak dasar atletik.


(28)

Pembelajaran 3 1) Menggambar keindahan alam

2) Menggali manfaat sumber daya alam (pinus)

3) Mengaplikasikan konsep desimal

Pengetahuan:

1) Manfaat pohon pinus Keterampilan:

1) Berkomunikasi

2) Teknik menggambar pemandangan alam Pembelajaran 4 1) Mengenal unggas langka

Indonesia

2) Menceritakan perilaku manusia sehubungan dengan unggas langka

3) Menulis laporan

berdasarkan telaah literatur

Pengetahuan: 1) Keanekaragaman

unggas langka Indonesia

Keterampilan:

1) Menggali informasi 2) Berkomunikasi Pembelajaran 5 1) Mengenal keindahan bawah

laut

2) Menggali informasi dari teks petualangan bergambar 3) Mempresentasikan hasil

survei

Pengetahuan:

1) Keindahan bawah laut indonesia

Keterampilan:

1) Presentasi dan menggali informasi Pembelajaran 6 1) Mempresentasikan

deskripsi gambar alam 2) Keanekaragaman hewan

dan tumbuhan langka

3) Penjumlahan dan

pengurangan desimal dan persen.

Pengetahuan: 1) Keanekaragaman

hewan dan tumbuhan langka

2) Hak dan kewajiban sebagai warga

3) Operasi penjumlahan dan pengurangan desimal dan persen Keterampilan:

1) Berkomunikasi 2) Memecahkan masalah 3) Mencari informasi Selain itu, kemampuan berbicara juga memiliki beberapa kriteria penilaian. Berikut ini terdapat beberapa hal mengenai kriteria penilaian dalam pengajaran kemampuan berbicara. Suhendar, mengemukakan bahwa dalam menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan (Cahyani dan Hodijah, 2007: 64). Keenam hal tersebut adalah:


(29)

a. Lafal

b. Struktur bahasa c. Kosakata d. Kafasihan e. Isi pembicaraan f. Pemahaman

Pengukuran kemampuan berbicara peserta didik dapat melalui kegiatan dialog atau wawancara, menyampaikan pengumuman, diskusi, debat, tanya jawab, pidato, dan bercerita. Penilaian kemampuan berbicara tidak semata-mata berhubungan dengan kemampuan kognitif, melainkan juga aspek afektif dan psikomotor.

Sapani menyatakan bahwa penilaian kemampuan berbicara mencakup tiga aspek. Aspek tersebut yakni:

a. Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, stuktur bahasa, gaya bahasa.

b. Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi.

c. Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik, mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, dan jalannya pembicaraan (Cahyani dan Hodijah, 2007: 64)

Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pada prinsip penilaian kemampuan berbicara secara garis besar mencakup kedalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan. Kemudian dalam melaksanakan penilaian berkaitan dengan kemampuan berbicara, sebaiknya dilakukan dengan penilaian performa/unjuk kerja. Dengan demikian guru harus menyiapkan check list berisi kriteria penilaian. Sehingga hasil yang ada merupakan gambaran riil kemampuan peserta didik.


(30)

B. Kajian Teori Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Kancing Gemerincing

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Millis dalam Cooperative Learning, model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Suprijono, 2009: 45).

Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya tujuan–tujuan pembelajaran, tahap–tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Suprijono, 2009: 46).

Dari pemaparan ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah sebuah bentuk kerangka acuan yang akurat dan mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok yang bersifat heterogen. 2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Kancing

Gemerincing

Menurut Spencer Kagan, Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah:

“Jenis metode struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai: menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pertanyaan, mengklarifikasi ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang positif” (Huda, 2011: 142).


(31)

Model Pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing ini menuntut peserta didik agar berperan aktif dalam pembelajaran. Peserta didik diberikan masing-masing chips supaya semua peserta didik ikut berperan aktif dalam pembelajara. Apabila chips tidak digunakan maka secara langsung peserta didik tersebut tidak bisa dikatakan aktif dalam pembelajaran.

Tabel 2.1

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar), guru memotivasi peserta didik, guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.

Fase-2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada peserta didik cara membentuk kelompok belajar, guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar(setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan peserta didik, dan setiap anggota diberi tanggung jawab untuk mempelajari atau mengerjakan tugas), guru menjelaskan tentang penggunaan media kancing sebagai salah satu tiket untuk berpendapat di dalam kelompoknya masing-masing.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat peserta didik mengerjakan tugas.

Fase-5 Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.

Sumber: Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing (Huda, 2011: 143)


(32)

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kelas kontrol dan eksperimen. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat di gambarkan secara skematis sebagai berikut:

Gambar 2.1: Prosedur Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

Ha :Terdapat pengaruh model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific terhadap kekampuan berbicara tematik terintegratif peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem Kabupaten Pemalang. Untuk keperluan uji empiris Ha diubah menjadi Ho sebagai berikut:

Ho :Tidak terdapat pengaruh model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific terhadap kekampuan berbicara tematik terintegratif peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem Kabupaten Pemalang.

Kemampuan Berbicara

Peserta didik rendah dalam pembelajaran

Inovasi Pembelajaran Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe kancing

gemerincing pada pendekatan scientific

Kemampuan berbicara pengaruh peserta didik berdasarkan kelancaran berbicara peserta didik.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A dan IV B SD N 01 Kebondalem Pemalang. Penelitian dilaksanakan awal semester genap tahun ajaran 2013/ 2014 pada tanggal 22 Januari 2014 sampai dengan 3 Februari 2014.

B. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian pada dasarnya merupakan hal yang diselidiki dalam

penelitian” (Soegeng, 2006: 68). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang

diselidiki yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

“Variabel bebas atau variabel input yaitu variabel yang dianggap

mengakibatkan atau mempengaruhi hasil, sedangkan variabel terikat atau variabel

output yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas” (Soegeng, 2006: 68). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengaruh model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific,

sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan berbicara tematik terintegratif SD Negeri 01 Kebondalem.

Definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Kagan berpendapat bahwa:


(34)

Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah jenis metode struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai: menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pertanyaan, mengklarifikasi ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang positif (Huda, 2011: 142). 2. Hakikat Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne (1984) dalam Tim Pengembang MKDP, 2011: 124).

3. Kemampuan berbicara

Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

4. Pengertian Tematik dalam Kurikulum 2013

Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Dasar disebutkan bahwa:


(35)

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013).

5. Pendekatan Scientific

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan,dan pengetahuan yang terintegrasi.

6. Peserta Didik

Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”

C. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Soegeng, 2006: 70). Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang menjadi sumber pengambilan sampel. Sebagai populasi dalam penelitian ini


(36)

adalah seluruh peserta didik kelas IV SD Negeri 01 Kebondalem yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah sebanyak 60 peserta didik dengan rata-rata setiap kelas sebanyak 30 peserta didik tahun pelajaran 2013/2014. 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Soegeng, 2006: 71). Sampel dari penelitian ini adalah kelas IV A SD Negeri 01 Kebondalem sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan Scientific jumlah peserta didik sebanyak 30, kelas IV B SD Negeri 01 Kebondalem sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional jumlah peserta didik sebanyak 30. Jumlah seluruh sampel dari kedua kelas sebanyak 60 peserta didik di SD Negeri 01 Kebondalem.

3. Sampling Penelitian

Agar sampel dapat mewakili populasi, diperlukan teknik sampling yang tepat. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

Cluster Random Sampling. Cluster Random Sampling adalah teknik sampling yang dalam pengambilan anggota sampel dari setiap rumpun dilakukan dengan menggunakan cara acak (Soegeng, 2006: 80). Jadi

Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelas atau kelompok eksperimen dengan pertimbangan peserta didik mendapat materi berdasarkan Kurikulum yang sama, peserta didik yang dipegang oleh guru yang sama, peserta didik yang


(37)

menjadi subjek penelitian duduk pada kelas yang sama. Dalam pengambilan sampel akan dipilih secara acak satu kelas sebagai kelas eksperimen model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific, dan satu kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.

D. Desain Penelitian

Rancangan eksperimen yang digunakan adalah Randomized control-group pretest-posttest design. Dalam desain ini terdapat dua atau lebih kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan yang lain disebut kelompok kontrol. Desain eksperimen yang digunakan menurut Soegeng (2006: 166) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelas Preetest Perlakuan Posttest

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 O T2

Dimana :

X = model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan

scientific

O = model pembelajaran konvensional T1 = hasil pretest


(38)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012: 308). Teknik pengumpulan data yangdikumpulkan dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan atau intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 52). Metode tes digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui apakah pertanyaan yang diberikan guru dapat dijawab oleh peserta didik atau tidak. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan dengan praktek berbicara.

Praktek berbicara di nilai melalui rubrik penilaian berbicara berupa penskoran. Dari tes tersebut diketahui skor hasil tes peserta didik sesuai rubrik penskoran yang terdapat pada instrumen penelitian. Rubrik kemampuan berbicara di uji menggunakan validator ahli dan validator praktisi. Adapun validator ahli adalah dosen dosen bahasa Indonesia yakni Mudzanatun, S. Pd., M. Pd. Sedangkan, vaidator praktisi yaitu guru kelas IV SDN 01 Kebondalem yakni Marniti, S.


(39)

Pd. dan Sabarini, S. Pd. Hasil uji validator ahli dan validator praktisi ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Metode Non Tes a. Observasi

Observasi yang telah dilakukan dalam penelitan ini adalah pengamatan langsung selama proses belajar mengajar di dalam kelas. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan oleh guru untuk menghimpun data penelitian, data-data tersebut diamati oleh peneliti. Teknik observasi yang digunakan adalah jenis observasi partisipasi. Menurut Soegeng, pengamat berperan serta selanjutnya disebut observasi partisipasi (Soegeng, 2006: 97).

Penelitian ini menggunakan metode observasi untuk memperoleh data tentang pembelajaran yang dilakuakan pada kelas yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Adapun tahapan proses observasi yaitu, menyiapkan lembar observasi dan rubrik observasi. Lembar observasi dan rubrik observasi ini dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Penilaian dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Proses penilaian dapat meminta bantuan orang lain yang tidak memiliki hubungan dengan objek penelitian. Dengan begitu observasi dapat dilakukan dengan baik.


(40)

Selanjutnya, untuk mengetahui kemampuan mengajar guru selama pembelajaran dapat dilakukan dengan mengamati melalui lembar pengamatan. Lembar Pengamatan calon guru berisi aspek penilaian keterampilan membuka sampai dengan keterampilan menutup pelajaran, rekaman gambar, rekaman suara selama diberi perlakuan (model kooperatif learning tipe kancing gemerincing) dan penilaian beberapa observer yang ikut mengamati di tempat kejadian penelitian berlangsung.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 929). Sedangkan dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah daftar nama peserta didik kelas IV A dan IV B dari guru kelas dan data objek penelitian. Dokumentasi foto dan video dijadikan sebagai teknik pengumpulan data karena dengan menggunakan dokumentasi foto dan video semua kegiatan dapat terekam secara visual. Rekaman video yang telah diambil oleh pihak lain telah dibentuk dalam CD

(Compact Disk) selanjutnya dilaporkan secara deskriptif sesuai data untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan perlakuan pada objek penelitian. Untuk mengambil data dengan dokumentasi foto


(41)

dan rekaman video, peneliti dibantu pihak lain sehingga pengambilan gambar dan rekaman dapat terlaksana dengan baik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk meneliti. Alat yang dipilih tergantung tujuan yang diharapkan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2012: 133). Penelitian ini menggunakan metode tes lisan untuk mendapatkan data kemampuan berbicara peserta didik. Instrumen metode tes lisan berbicara adalah rambu-rambu penilaian. Instrumen tes lisan berupa rambu-rambu penilaian telah digunakan untuk mendukung penilaian kemampuan berbicara. Maka, Instrumen penelitian kemampuan berbicara yang akan digunakan dalam penelitian ini sesuai tes praktik atau performa. Peserta didik melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dengan kriteria penilaian adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Ada enam aspek yang dijadikan kriteria penilaian. Kriteria tersebut yaitu:

a. Lafal b. Kosakata

c. Struktur Kalimat d. Materi

e. Kelancaran f. Gaya

Pemberian bobot pada masing-masing aspek yang dinilai menggunakan skala disesuaikan dengan tingkat kepentingan masing-masing unsur yang dinilai. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kemampuan berbicaranya sesuai dengan


(42)

rambu-rambu dalam berbicara pada instrumen penelitian digunakan dilakukan penskroran pada saat peserta didik diberikan tes lisan.

G. Analisis dan Interpretasi Data 1. Analisis Data Awal

a. Uji normalitas

Uji normalitas diadakan untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian tiap variabel penelitian, uji yang dipakai adalah uji Liliefors. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan X1, X2, . . . Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2. . . Zn dengan menggunakan rumus Zi = � −� ( dan S masing-masing merupakam rata-rata dan simpangan baku sampel).

2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P ( Z≤ Zi ).

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, . . . Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan oleh S (zi) , maka S (zi) = �� ��� , ,…… �≤ �

4) Hitung selisih F (zi) – S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut, sebutkanlah harga terbesar ini Lo.

Untuk menerima atau menolak hipotesis dibandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar Lillieforsdengan taraf nyata α = 0,05


(43)

Jika Lo < L tabel, maka berdistribusi normal Jika Lo > L tabel, maka tidak berdistribusi normal. b. Uji homogenitas

Uji homogenitas sampel digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok sampel berasal dari populasi yang sama untuk menguji homogenitas sampel dalam penelitian ini akan digunakan uji Bartlet.

Tabel 3.2

Harga-Harga Untuk Uji Bartlett

Sampel ke dk 1 Si2 Log Si2 (dk) Log Si2 1 n1-1 1

( 1−1) S1 2

Log S12 n1-1 Log S12 2 n2-1

1 ( 2−1)

S12 Log S22 n2-1 Log S22

K nk-1 1

( −1) Sk

2

Log Sk2 nk-1 Log Sk2 Jumlah

(ni– 1)

1

( −1) - - 1 ( −1)log

2

Sumber: (Sudjana, 2002)

Dari daftar di atas kita hitung harga-harga yang diperlukan, yaitu: 1) Varians gabungan dari semua sampel

2 = −1 2

−1

2) Harga satuan B dengan rumus

�= log 2 −1 3) Uji Bartlett ini menggunakan statistik chi kuadrat


(44)

Dengan ln 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10 (Sudjana, 2002).

Harga �2 tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga �2 yang mempunyai taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan (dk= k-1). Jika harga

�ℎ2 � lebih kecil dibandingkan dengan harga �2 dikatakan bahwa data

populasi tersebut homogenya. 2. Analisis Data Akhir

a. Uji Hipotesis

Analisis data akhir menggunakan uji-t satu pihak karena yang dibandingkan adalah dua hal yang benar-benar berbeda yaitu antara pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dengan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Dari perbedaan tersebut ingin mengetahui pemberian pengaruh model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific.

Uji t satu pihak yang akan digunakan adalah uji pihak kanan. Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau samadengan (≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar (>)”. Kalimat lebih kecil atau samadengan sinonim dengan kata “paling besar” (Sugiyono, 2009: 102).

Dalam pihak kanan ini berlaku ketentuan bahwa bila harga thitung lebih kecil atau samadengan (<) haraga ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2009: 97). Hipotesis yang akan diuji :


(45)

Ho: � ≤ � Ha:�>�

Maka statistik yang digunakan adalah: = 1− 2

1

1 +

1

2

2 = 1− 1 1

2 +

2− 1 22 1 + 2−2

Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika tt1α dimana t1α

didapat dari daftar distribusi t, dengan dk = (n1+ n2–2) dan peluang

1α

maka rata-rata data pertama tidak lebih baik daripada rata-rata data kedua. Untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data yang diuraikan oleh peneliti memiliki tujuan untuk mempermudah dalam pemahaman tentang variabel yang diteliti serta untuk membuktikan bahwa data-data yang diperoleh akurat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2010: 107)

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 01 Kebondalaem pelajaran 2013/2014 semester 2, yang terdiri dari 2 kelas. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dengan cara cluster random sampling.

Cluster random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan kelompok dengan proses pengacakan. Pengambilan sampel akan dipilih secara acak, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas IV A sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific terdiri dari 30 peserta didik yaitu 19 peserta didik laki-laki dan 11 peserta didik perempuan, dan kelas IV B sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional terdiri dari 30 peserta didik yaitu 13 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik perempuan. Bentuk desain eksperimen yang digunakan adalah Randomized


(47)

control-group pretest-posttest design. Pada tahap pelaksanaan langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) memberikan pretest (tes perfoman kemampuan berbicara) pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan alokasi waktu yag ditentukan, (2) melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dan dengan model pembelajaran konvensionl pada kelompok control, (3) memberikan

posttest (tes perfoman kemampuan berbicara) pada kedua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan alokasi waktu yang telah ditentukan, (4) melakukan uji hipotesis dengan menggunakan data hasil posttest (tes perfoman kemampuan berbicara).

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua minggu, sesuai dengan materi yang dalam penelitian ini yaitu Tema 6 Subtema 1. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari-03 Februari 2014. Sampel penelitian diberi materi Tema 6 Subtema 1. Kelompok eksperimen dengan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Kriteria penilaian yang digunakan tes kemampuan berbicara telah menggunakan rubrik penskoran.

1. Data Nilai Preetest Kemampuan Berbicara

Nilai hasil preetest diambil dari test performan oleh peserta didik sebelum dilaksanakannya pembelajaran. Data preetest antara kelas kontrol dan eksperimen ini tidak penulis bandingkan, melainkan data ini digunakan untuk mencari homogenitas awal dan normalitas awal pada kelas kontrol eksperimen.


(48)

a. Rentang

Rentang didapatkan dengan mencari selisih dari Xn dan Xt. Xn adalah nilai tertinggi dan Xt adalah nilai terendah. Berdasarkan preetest pada kelas kontrol dan eksperimen yang diberikan terdapat nilai tertinggi yaitu 88 dan nilai terendah yaitu 50.

Rentang = nilai tertinggi - nilai terendah = 100 - 25

= 75 b. Jumlah kelas

Jumlah kelas (k) = 1+3,3 log n = 1+3,3 log 30 = 1+,487

= 5,87 (dibulatkan menjadi 6) c. Interval kelas

Interval kelas = �

=

= 12,5 (dibulatkan menjadi 13) Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai Preetest Kelas Kontrol No. Interval Fi Xi fiXi

1 88-100 3 94 282

2 77-87 11 82 902

3 64-76 12 70 770

4 51-63 3 57 171

5 38-50 1 44 44

6 25-37 0 31 0

Jumlah 30 2169

Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai preetest kelas kontrol diatas menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapat nilai antara 25-37 sebanyak 0. Nilai antara 38-50 sebanyak 1 yaitu terdapat pada nilai 50. Nilai antara 51-63


(49)

sebanyak 3 yaitu terdapat pada nilai 63,63,dan 63. Nilai antara 64-76 sebanyak 12 yaitu terdapat pada nilai 67, 71, 71, 71, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 75, dan 75. Nilai antara 77-87 sebanyak 11 yaitu terdapat pada nilai 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 83, 83, dan 83. Nilai antara 88-100 sebanyak 3 yaitu terdapat pada 88, 88, dan 88. Untuk keseluruhan nilai preetest kemampuan berbicara kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 10. Adapun frekuensi yang didapat sesuai interval nilai dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1: Grafik Batang Nilai Preetest Kelas Kontrol

Sedangkan hasil preetest yang dilakukan pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Preetest Kelas Eksperimen No. Interval Fi Xi fiXi

1 88-100 0 94 0

2 77-87 12 82 984

3 64-76 15 70 1050

4 51-63 2 57 112

5 38-50 1 44 44

6 25-37 0 31 0

Jumlah 30 2190

0 5 10 15


(50)

Berdasarkan Tabel 4.2 distribusi frekuensi nilai preetest kelas eksperimen diatas menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapat nilai antara 25-37 sebanyak 0. Nilai antara 38-50 sebanyak 1 yaitu terdapat pada nilai 50. Nilai antara 51-63 sebanyak 2 yaitu terdapat pada nilai 63dan 63. Nilai 64-76 sebanyak 15 yaitu terdapat pada nilai 67, 67, 71, 71, 71, 71, 71, 71, 75, 75, 75, 75, 75, 75, dan 75. Nilai antara 77-87 sebanyak 12 yaitu terdapat pada nilai 79, 79, 79, 79, 79, 79, 83, 83, 83, 83, 83, dan 83. Nilai antara 88-10 sebanyak 0. Untuk keseluruhan nilai preetest kemampuan berbicara kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 11. Adapun frekuensi yang didapat sesuai rentang nilai dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2: Grafik Batang Nilai Preetest Kelas Eksperimen 2. Data Nilai Proses Pendekatan Scientific

Penilaian proses Pendekatan scientific ini menggunakan rubrik penskoran. Adapun berikut ini hasil rekapitulasi nilai harian proses pendekatan scientific dari pembelajaran 1sampai dengan 6 adalah sebagai berikut:

0 5 10 15


(51)

a. Data nilai proses pendekatan scientific kelas kontrol

SD Negeri 01 Kebondalem merupakan SD percontohan Kurikulum 2013, sehingga dalam penerapan proses pembelajaran sudah menggunakan pendekatan scientific. Tabel 4.3 persentase rata-rata proses pendekatan scientific pada kelas kontrol disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Persentase Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Pada Kelas Kontrol Kriteria Penilaian Rata-rata Persentase

Menalar 16,8 19,6%

Mengamati 17,0 19,8%

Menanya 16,8 19,6%

Menyajikan 17,7 20,6%

Mencoba 17,5 20,4%

Jumlah 85,8 100%

Dari Tabel 4.3 persentase rata-rata proses pendekatan scientific pada kelas kontrol diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada kriteria penilaian menyajikan yaitu sebesar 20,6%. Selanjutnya, urutan kedua berada pada kriteria penilaian mencoba yaitu sebesar 20,4%, urutan ketiga pada kriteria penilaian mengamati yaitu sebesar 19,8%. Urutan berikutnya pada kriteria penilaian menalar dan menanya yaitu sebesar 19,6%. Data selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran17. b. Data nilai proses pendekatan scientific kelas eksperimen

Proses pembelajaran pada kelas eksperimen ini memadukan model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing dengan pendekatan scientific. Adapun data selengkapnya pada Tabel 4.4.


(52)

Tabel 4.4

Persentase Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Pada Kelas Eksperimen Kriteria Penilaian Rata-rata Persentase

Menalar 19,4 20,1%

Mengamati 19,2 19,9%

Menanya 19,2 19,9%

Menyajikan 19,8 20,5%

Mencoba 19,0 19,7%

Jumlah 96,5 100%

Dari Tabel 4.4 persentase rata-rata proses pendekatan scientific pada kelas eksperimen diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada kriteria penilaian menyajikan yaitu sebesar 20,5%. Selanjutnya, urutan kedua berada pada kriteria penilaian menalar yaitu sebesar 20,1%, urutan berikutnya pada kriteria penilaian mengamati dan menanya yaitu sebesar 19,9%. Kemudian pada kriteria penilaian mencoba yaitu sebesar 19,7%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.

c. Data kenaikan rata-rata proses pendekatan scientific kelas kontrol dan eksperimen

Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol dan eksperimen menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan scientific ini meliputi 5 (lima) ranah yaitu menalar, mengamati, menanya, menyajikan, dan mencoba. Berikut kenaikan nilai rata-rata proses pendekatan scientific


(53)

Tabel 4.5

Persentase Kenaikan Rata-Rata Proses Pendekatan Scientific Kelas Kontrol dan Eksperimen

Kriteria Penilaian

Rata-Rata

Kenaikan Persentase Eksperimen Kontrol

Menalar 19,4 16,8 2,6 24,1%

Mengamati 19,2 17,0 2,2 20,4%

Menanya 19,2 16,8 2,4 22,2%

Menyajikan 19,8 17,7 2,1 19,4%

Mencoba 19,0 17,5 1,5 13,9%

Jumlah 10,8 100%

Dari Tabel 4.5 persentase kenaikan rata-rata proses pendekatan

scientific kelas kontrol dan eksperimen diatas dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata terbesar berada pada kriteria penilaian menalar yaitu sebesar 2,6 atau 24,1%. Selanjutnya, urutan kedua berada pada kriteria penilaian menanya yaitu sebesar 2,4 atau 22,2%, urutan ketiga pada kriteria penilaian mengamati yaitu sebesar 2,2 atau 20,4%. Urutan berikutnya pada kriteria penilaian menyajikan yaitu sebesar 2,1 atau 19,4%. Kemudian pada kriteria penilaian mencoba yaitu 1,5 atau 13,9%. 3. Data Nilai Sikap

Penilaian sikap ini menggunakan rubrik penskoran. Penilaian sikap terdiri dari menanya, mencoba, menalar, mengamati, dan menyajikan. Penilaian sikap dilaksanakan pada saat pembelajaran, kemudian hasilnya di rekapitulasi dalam penilaian satu subtema. Adapun berikut ini hasil rekapitulasi nilai harian sikap dari pembelajaran 1 sampai dengan pembelajaran 6 adalah sebagai berikut:


(54)

a. Data nilai sikap kelas kontrol

SD Negeri 01 Kebondalem merupakan Sekolah Dasar percontohan Kurikulum 2013. Berikut Tabel 4.6 distribusi rata-rata penilaian sikap kelas kontrol:

Tabel 4.6

Persentase Rata-Rata Sikap Pada Kelas Kontrol Kriteria Penilaian Rata-rata Persentase

Kerjasama 17,2 20,0%

Menghargai 16,6 19,3%

Kedisiplinan 17,7 20,6%

Tanggungjawab 17,3 20,1%

Kejujuran 17,2 20,0%

Jumlah 86,1 100%

Dari Tabel 4.6 persentase rata-rata sikap pada kelas kontrol diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada kriteria penilaian kedisiplinan yaitu sebesar 20,6%. Selanjutnya, urutan kedua berada pada kriteria penilaian tanjungjawab yaitu sebesar 20,1%, urutan berikutnya pada kriteria penilaian kerjasama dan kejujuran yaitu sebesar 20,0%. Kemudian pada kriteria penilaian menghargai yaitu sebesar 19,3%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

b. Data nilai sikap kelas eksperimen

Penilaian sikap pada kelas eksperimen sama halnya yang dilakukan pada kelas kontrol. Berikut ini Tabel 4.7 hasil rekapitulasi penilaian sikap pada kelas eksperimen pada tema 6 subtema 1:


(55)

Tabel 4.7

Persentase Rata-Rata Sikap Pada Kelas Eksperimen Kriteria Penilaian Rata-rata Persentase

Kerjasama 22,2 23,1%

Menghargai 18,7 24,0%

Kedisiplinan 18,3 19,1%

Tanggungjawab 17,9 18,6%

Kejujuran 19,0 19,7%

Jumlah 96,1 100%

Dari Tabel 4.7 persentase rata-rata sikap pada kelas eksperimen diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada kriteria penilaian menghargai yaitu sebesar 24,0%. Selanjutnya, urutan kedua berada pada kriteria penilaian kerjasama yaitu sebesar 23,1%, urutan berikutnya pada kriteria kejujuran yaitu sebesar 19,7%. Kemudian pada kriteria penilaian kedidiplinan yaitu sebesar 19,1%. Dan yang terakhir penilaian tanggungjawab yaitu sebesar 18,6%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

4. Data Nilai Posttest Kemampuan Berbicara

Nilai hasil posttest diambil dari test performa oleh peserta didik sesudah dilaksanakannya pembelajaran. Hasil posttest dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi dan grafik nilai posttest dibawah ini.

a. Rentang

Rentang didapatkan dengan mencari selisih dari Xn dan Xt. Xn adalah nilai tertinggi dan Xt adalah nilai terendah. Post test yang diberikan pada kelas kontrol eksperimen yang diberikan terdapat nilai tertinggi yaitu 88 dan nilai terendah yaitu 50.


(56)

Rentang = nilai tertinggi - nilai terendah = 100 - 25

= 75

b. Jumlah kelas

Jumlah kelas (k) = 1+3,3 log n = 1+3,3 log 30 = 1+,487

= 5,87 (dibulatkan menjadi 6) c. Interval kelas

Interval kelas = �

=

= 12,5 (dibulatkan menjadi 13)

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol No. Interval Fi Xi fiXi

1 88-100 3 94 282

2 77-87 15 82 1230

3 64-76 8 70 560

4 51-63 2 57 114

5 38-50 2 44 88

6 25-37 0 31 0

Jumlah 30 2274

Berdasarkan Tabel 4.8 distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol diatas menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapat nilai antara 25-37 sebanyak 0. Nilai antara 38-50 sebanyak 2 yaitu terdapat pada nilai 50 dan 50. Nilai antara 51-63 sebanyak 2 yaitu terdapat pada nilai 51-63 dan 51-63. Nilai antara 64-76 sebanyak 8 yaitu terdapat pada nilai 67, 75, 75, 75, 75, 75, 75, dan 75. Nilai antara 77-87 sebanyak 15 yaitu terdapat pada nilai 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 79, 83, 83, 83, dan 83. Nilai antara 88-100 sebanyak 3 yaitu terdapat pada 88, 88, dan 88. Untuk keseluruhan nilai posttest kemampuan berbicara kelas kontrol dapat dilihat


(57)

pada Lampiran 19. Adapun frekuensi yang didapat sesuai interval nilai dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3: Grafik Batang Nilai Posttest kelas Kontrol

Sedangkan hasil posttest yang dilakukan pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Distribusi frekuensi nilai post test kelas Eksperimen No. Interval Fi Xi FiXi

1 88-100 13 94 1222

2 77-87 9 82 738

3 64-76 5 70 350

4 51-63 2 57 114

5 38-50 1 44 44

6 25-37 0 31 0

Jumlah 30 2486

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapat nilai antara 25-37 sebanyak 0. Nilai antara 38-50 sebanyak 1 yaitu terdapat pada nilai 50. Nilai antara 51-63 sebanyak 2 yaitu terdapat pada nilai 63 dan 63. Nilai antara 64-76 sebanyak 5 yaitu terdapat pada nilai 71, 75, 75, 75 dan 75. Nilai antara 77-87 sebanyak 9 yaitu terdapat pada nilai 79, 79, 79, 79, 79, 83, 83, 83, dan 83. Nilai

0 5 10 15


(58)

antara 88-100 sebanyak 13 yaitu terdapat pada 88, 88, 88, 88, 88, 92, 92, 92, 92, 92, 92, 96, dan 96. Untuk keseluruhan nilai posttest kemampuan berbicara kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 20. Adapun frekuensi yang didapat sesuai interval nilai dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4: Grafik Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen B. Uji Persyaratan Hipotesis

1. Uji Normalitas Awal

Uji Normalitas awal digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Liliefors. Nilai yang digunakan untuk menguji kenormalan kedua kelas adalah hasil tes performan dari pree test yang dilaksanakan sebelum kelas diberi perlakuan. Pada taraf signifikan 5% dalam uji normalitas adalah:

Lo < Ltabel,maka sampel berdistribusi normal Lo ≥ Ltabel, maka sampel tidak berdistribusi normal

Untuk hasil uji normalitas data awal dapat dilihat pada Tabel 4.10.

0 5 10 15


(59)

Tabel 4.10

Hasil Analisis Uji Normalitas Awal

Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan

Eksperimen 30 0,125100 0,161761 Berdistribusi Normal Kontrol 30 0,133600 0,161761 Berdistribusi Normal Dari Tabel 4.10 hasil analisis uji normalitas awal dapat dilihat bahwa Lo < Ltabel pada taraf signifikan 5% dan n=30. Hal ini berarti sampel dari kedua kelompok sebelum diberi perlakuan berdistribusi normal. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.

2. Uji Homogenitas Awal

Dari perhitungan uji homogenitas menggunakan uji Barllet diperoleh hasil berikut yang dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Awal Sampel �2

ℎ2 � Keterangan

Eksperimen dan Kontrol 3,841 0,329 Homogen

Dari hasil perhitungan diperoleh �2 = 0,329 dengan taraf signifikan 5% dan dk = 1 diperoleh �2 = 3,84 berarti �2 <�2 . Hal ini berarti kedua sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang sama atau homogen. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.


(60)

3. Uji Normalitas Akhir

Untuk mengetahui uji normalitas sampel dari populasi di atas yaitu dengan menggunakan uji Liliefors. Pada taraf signifikan 5% dalam uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Lo < Ltabel maka berdistribusi normal

LO ≥ Ltabel, maka sampel tidak berdistribusi normal. Tabel 4.12

Hasil Analisis Uji Normalitas Akhir

Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan

Eksperimen 30 0,109533 0,161761 Berdistribusi Normal Kontrol 30 0,144967 0,161761 Berdistribusi Normal Dari Tabel 4.12 hasil analisis uji normalitas akhir dapat dilihat bahwa Lo < Ltabel pada taraf signifikan 5% dan n=30. Hal ini berarti sampel dari kedua kelompok setelah diberi perlakuan berdistribusi normal. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23.

4. Uji Homogenitas Akhir

Hasil perhitungan uji homogenitas data akhir dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13

Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Awal

Sampel �2 2 Keterangan

Eksperimen dan Kontrol 3,841 0,530 Homogen

Karena �2 < �2 yaitu 0,530 < 3,84 maka kedua kelompok setelah diberi perlakuan mempunyai varians yang sama atau homogen. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.


(61)

C. Uji Hipotesis

Data akhir diperoleh dari hasil postest setelah diberi perlakuan, untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan pemahaman peserta didik pada materi tema 6 subtema 1 yang diajarkan dengan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dan dengan tanpa menggunakan model tersebut. Analisis data akhir dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, dari data akhir tesebut dilakukan uji t-satu pihak (pihak kanan) karena hasil rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji t satu pihak kanan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Hasil Uji Hipotesis (Uji Satu Pihak Kanan)

Kelas N s2 thitung ttabel

Eksperimen 30 81,933 113,237 2,26 2,00

Kontrol 30 76,100 86,369 2,26 2,00

Berdasarkan perhitungan analisis data hasil tes performa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t satu pihak dengan taraf α = 5% dan dk = 29 diperoleh ttabel=2,00 dan thitung = 2,26. Karena thitung>ttabel, yaitu 2,26>2,00 maka Ho ditolak. Hal ini menyatakan bahwa kemampuan berbicara peserta didik yang mendapat pembelajaran model pembelajaran kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific lebih baik dari kemampuan berbicara yang tidak mendapat model tersebut (kelas kontrol) pada materi tema 6 subtema 1 kelas IV semester genap di SDN 01 Kebondalem tahun pelajaran 2013/2014. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen


(62)

(model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific) adalah 81,933 sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontol (model konvensional) adalah 76,100. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

D. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan analisis data pada paparan di atas, maka di dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara kualitatif mengenai hasil dari analisi data secara kuantitatif. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model kooperatif Learning tipe kancing gemerincing lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Pada tahap awal sebelum perlakuan dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors terlebih dahulu pada nilai preetest peserta didik kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan IV B sebagai kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal, kemudian dihitung homogenitasnya dengan uji Bartlett hasil kedua sampel berasal dari keadaan yang sama. Kemudian menghitung data akhir menggunakan uji t satu pihak hasilnya thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga ada perbedaan rata-rata hasil tes kemampuan berbicara peserta didik pada kedua kelas sampel.

Perbedaan kemampuan berbicara peserta didik yang diajar menggunakan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific


(63)

dapat terlihat dari nilai rata-rata kemampuan berbicara yaitu 81,933 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan berbicara kelas yang tanpa menggunakan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific

selama pembelajaran yaitu 76,100. Oleh karena itu, dapat dikatakan model kooperatif learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific memiliki pengaruh terhadap kemampuan berbicara jika nilai rata-rata kemampuan berbicara kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Penggunan model kooperatif

learning tipe kancing gemerincing pada pendekatan scientific dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan aktif, sehingga peserta didik tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori belajar behavioristik,teori belajar kognitif dan teori belajar kontruktivisme.

Model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing telah dicobakan oleh Sri Sunarsih (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Learning Teknik Mencari Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Peserta didik Introver dan Ekstrover Di SMP”. Dari penelitian ini menjelaskan penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing (jingle button) memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Melalui model pembelajaran kooperatif learning tipe kancing gemerincing peserta didik akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Masing-masing peserta didik kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran peserta didik lain. Hal ini ditandai dengan keberanian


(1)

meminta dukungan mereka agar ia dapat mewujudkan impiannya.

(Mengomunikasikan)

4. Guru menyampaikan pesan moral pada siswa.(Memberikan informasi)

5. Guru menginformasikan pembelajaran pada hari berikutnya. .(Memberikan informasi)

6. Doa dan salam dan penutup. .(Mengomunikasikan)

J. PENILAIAN

1. Teknik Penilaian a. Penilaian Sikap

b. Penilaian Pengetahuan : Tes lisan c. Penilaian Proses

7) Proyek 8) Unjuk kerja 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Sikap

Minggu ke ...Bulan ... 2014 Tema 6, Subtema 1, Pembelajaran 5

Nama siswa :

Komponen yang Dinilai

Skala Nilai

Keterangan

Kerjasama 4 3 2 1 Menghargai 4 3 2 1 Kedisiplinan 4 3 2 1 Tanggungjawab 4 3 2 1 Kejujuran 4 3 2 1

Keterangan : Penilaian sikap minimal 6 siswa

Catatan : Centang ( √ ) pada bagian bagian yang memenuhi kriteria.

Skor maksimal = Skor maksimum setiap indikator x jumlah Indikator = 4 x 5


(2)

=20 Kriteria penilaian :

Skor Total Kategori

17 – 20 Amat baik

13 – 16 Baik

9 – 12 Cukup

4 – 8 Kurang

b. Penilaian Pengetahuan dinilai skoring c. Penilaian Proses

1) Penilain Proyek

a) PPKN dinilai dengan daftar periksa

No. Kriteria Sudah Belum

1. Berdasarkan hasil wawancara, siswa mampu melaporkan tentang hak dalam pemanfaatan lingkungan berikut 3 contoh.

2. Siswa melaporkan kewajiban terhadap lingkungan dan memberikan 3 contoh.

3. Berdasarkan hasil wawancara, siswa melaporkan kewajiban yang belum dilaksanakan.

4. Siswa melaporkan kewajiban terhadap lingkungan yang banyak dilanggar oleh masyarakat.

b) Bahasa Indonesia dinilai dengan rubrik

No Kriteria Bagus Skor (3)

Cukup Skor (2)

Berlatih lagi Skor (1)

1 Struktur Cerita Memuat awal, pertengahan, dan akhir cerita yang ditulis dengan lengkap.

Memuat awal, pertengahan, dan akhir cerita, namun kurang lengkap.

Cerita tidak memuat salah satu aspek (awal, pertengahan, atau akhir)

2 Latar cerita Memuat latar (setting) dalam cerita yang ditulis secara detail.

Memuat layar (setting) cerita, namun kurang detail.

Tidak memuat latar (setting) dalam cerita. 3 Tokoh cerita Memuat nama tokoh

dengan lengkap.

Memuat nama tokoh, namun kurang lengkap.

Tidak memuat tokoh cerita. 4 Keruntutan Seluruh kalimat runtut. Terdapat 1-2 Terdapat 3 atau


(3)

kalimat yang tidak runtut.

lebih kalimat yang tidak runtut. 2) Penilaian Unjuk Kerja

a. Gerakan ayunan senam ritmik

Kriteria Skor (5) Skor (4) Skor (3) Skor (2) Skor (1)

1. Gerakan ayunan satu lengan depan belakang.

a. Sikap permulaan:  Berdiri tegak

 Kedua tangan

disamping badan b.Hitungan 1

 Ayunkan tangan kanan ke depan dan tangan kiri ke belakang.

 Diikuti kedua lutut mengeper.

c. Hitungan 2

 Tangan kanan

diayunkan ke

belakang dan tangan kiri ke depan.

 Diikuti kedua lutut mengeper.

d.Pandangan mata kedepan dan badan

agak diputar

kesamping.

e. Sikap akhir: kembali ke sikap permulaan atau bisa ke sikap permulaan

selanjutnya.

Jika siswa mampu melakukan empat kriteria dengan benar.

Jika siswa mampu melakukan tiga kriteria dengan benar. Jika siswa mampu melakuk an dua kriteria dengan benar. Jika siswa mampu melakua kn satu kriteria dengan benar.


(4)

Nilai untuk rangkaian gerakan ayunan lengan

b) Penilaian kemampuan berbicara

Nama : Pengamat :

Tanggal : Hasil :

Komponen yang Dinilai

Skala Nilai

Keterangan

Lafal 4 3 2 1 Kosakata 4 3 2 1 Struktur Bahasa 4 3 2 1 Materi (Isi Pembicaraan) 4 3 2 1 Kelancaran 4 3 2 1 Gaya (Teknik dan Penampilan) 4 3 2 1

Catatan : Centang ( √ ) pada bagian bagian yang memenuhi kriteria Penilaian : total nilai x 10

24

Nilai : Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal


(5)

Mengetahui, Pemalang, Januari 2014 Guru Kelas IV A Praktikan

Sabarini, S.Pd Ika Silfiana A.Kh NIP.19680208200212 NPM.10120109


(6)