68
Bank Victoria Syariah | Annual Report 2016
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Direksi membentuk komite: Komite Manajemen Risiko, Komite Aset dan
Liabilitas ALCO, Komite Pembiayaan, Komite Teknologi Sistem Informasi dan Pengembangan Produk, dan Komite.
Sumber Daya Insani
Sumber Daya Insani ditetapkan pada setiap jenjang jabatan dengan memperhatikan kecukupan kuantitas dan
kompetensinya.Peningkatan kompetensi dan pengembangan aspek integritas personil maupun pimpinan dilakukan secara
berkesinambungan untuk menjamin efektivitas proses manajemen risiko.
Strategi
Perumusan strategi manajemen risiko disesuaikan dengan strategi bisnis dengan memperhatikan tingkat risiko
yang akan diambil, toleransi risiko, dan mengendalikan eksposur risiko dengan efektif sesuai kebijakannya. Bank
melakukan review strategi manajemen risiko secara berkala dengan memperhatikan dampak terhadap
kinerja keuangan.
Risk Appetite dan Toleransi Risiko
Direksi dalam memberikan arahan strategi dan sasaran bisnis Bank mencakup tingkat risiko yang akan diambil risk
appetite dan batas toleransinya serta mempertimbangkan kemampuan Bank.
Kebijakan Penetapan Limit
Kebijakan penetapan limit risiko disesuaikan dengan risk appetite
, toleransi risiko, strategi bisnis, kemampuan Sumber Daya Insani dan kepatuhan terhadap ketentuan
internal dan eksternal yang berlaku. Penetapan limit diusulkan oleh Divisi terkait melalui Komite Manajemen Risiko untuk
direkomendasikan dan mendapatkan persetujuan Direksi. Dan selanjutnya Limit di review secara berkala.
PROSES MANAJEMEN RISIKO 1. Identiikasi
Memiliki metode atau sistem untuk melakukan identiikasi risiko pada seluruh produk dan aktivitas
bisnis Bank. Proses identiikasi risiko dilakukan mulai dengan mengkaji dan menilai sumber-sumber risiko
pada produk dan aktivitas baru dan memastikan proses manajemenrisiko telah dijalankan. Proses identiikasi
risiko antara lain didasarkan pada pengalaman Bank maupun bank-bank lain dan menganalisa proses bisnis
suatu produkatau aktivitas.
2. Pengukuran
Sistem pengukuran risiko digunakan sebagai salah satu acuan untuk pengendalian risiko. Metode pengukuran
risiko dilakukan secara kuantitatif danatau kualitatif berdasarkan pedoman Otoritas Jasa Keuangan OJK.
Selanjutnya metode pengukuran risiko di evaluasi secara berkala.
3. Pemantauan
Bank memiliki prosedur pemantauan terhadap antara lain: besarnya eksposur dan toleransi risiko,
kepatuhan terhadap limit internal dan konsistensi pelaksanaan
Penerapan Manajemen
Risiko. Pemantauan dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko
dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen dalam rangka memitigasi risiko.
4. Pengendalian
Sistem pengendalian risiko mengacu pada kebijakan dan prosedur yang ada. Proses pengendalian risiko
disesuaikan dengan eksposur risiko, risk appetite dan toleransi risiko serta kebijakan penetapan limit Bank.
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RISIKO
Sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari sistem informasi manajemen Bank. Sistem informasi
manajemen risiko digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identiikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko serta dalam rangka proses pengambilan keputusan oleh Direksi. Sistem informasi manajemen risiko di
review secara berkala.
JENIS-JENIS RISIKO I. Risiko Kredit
1. Risiko Pembiayaan adalah akibat kegagalan nasabahdebitur dalam memenuhi kewajibannya kepada Bank sesuai dengan
yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan. 2. Counterparty risk
merupakan risiko yang timbul karena Counterparty tidak dapat melunasi kewajibannya kepada Bank.
3. Concentration risk merupakan risiko pembiayaan akibat pemberian pembiayaan dalam jumlah yang tinggi pada
sejumlah kecil nasabah atau pada segmen tertentu atau eksposur pembiayaan tertentu. Penetapan limit
konsentrasi akan menjaga portofolio terdiversiikasi dan meminimumkan kerugian Bank.
4. Issues risk merupakan risiko yang timbul karena penerbit suatu surat berharga tidak dapat melunasi sejumlah
nilai surat berharga yang dimiliki Bank.
Budaya Risiko Pembiayaan
Budaya risiko pembiayaan merupakan interaksi dari visi dan misi, praktek-praktek, nilai-nilai dan sikap manajemen
dalam proses pembiayaan, mencakup hal sebagai berikut: 1. Kebijakan pembiayaan dievaluasi secara berkala dan
dipahami oleh seluruh lini organisasi. 2. Manajemen secara berkala melakukan penilaian
terhadap konsistensi praktek pembiayaan terhadap risk appetite dan kebijakan pembiayaan.
3. Kualitas pembiayaan menjadi fokus yang dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan organisasi Bank.
4. Selektif dalam pengajuan bisnis baru. 5. Akuntabilitas yang jelas bagi setiap lini organisasi yang
terlibat dalam pengelolaan risiko pembiayaan. 6. Reward and punishment yang obyektif terhadap
prestasi dan kelalaian.
69
Bank Victoria Syariah | Annual Report 2016
7. Kode etika terkait pemberian pembiayaan dipahami oleh seluruh lini organisasi untuk menghindari konlik
kepentingan. 8. Pelatihan
dilakukan secara
rutin dan
berkesinambungan.
Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan
Strategi manajemen risiko pembiayaan mencerminkan tingkat toleransi risiko dan tingkat pengembalian yang
diharapkan expected return terhadap potensi kerugian yang mungkin terjadi, yaitu sebagai berikut:
1. Merumuskan selera risiko risk appetite dan memastikan
pertumbuhan dan karakteristik bisnis berjalan konsisten dengan risk appetite Bank.
2. Memastikan rencana pertumbuhan bisnis didukung oleh infrastruktur manajemen risiko yang memadai
dan efektif. 3. Mengoptimalkan risiko dengan pendapatan risk-
return sesuai kinerja bisnis dan didukung oleh review
independen yang memadai. 4. Membantu Direksi meningkatkan fungsi pengawasan dan
koordinasi dengan unit kerja pengelola risiko risk taking unit. 5. Mengkomunikasikan strategi risiko pembiayaan untuk
dapat dipahami secara jelas dan efektif kepada seluruh staf terkait dan dilakukan evaluasi berkala.
Pendelegasian Wewenang
Bank menetapkan batas wewenang limit dan Komite Pembiayaan terkait pemberian pembiayaan. Penetapan
kewenangan dalam melakukan keputusan pemberian pembiayaan melalui mekanisme dan pemisahan fungsi
yang berdasarkan prinsip four eyes principle antara unit yang melakukan usulan, analisis, persetujuan dan administrasi
pembiayaan.
II. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah potensi kerugian pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar,
antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan. Risiko pasar pada bank syariah
utamanya adalah berupa risiko imbal hasil atau pricing pada portofolio aset dan kewajiban bank.
Dalam hal BI rate menjadi indikator atau acuan pricing perbankan nasional mengalami tren peningkatan yang
cukup signiikan. Adanya perubahan faktor ekonomi makro tersebut menjadi factor terhadap tekanan perolehan return
perbankan syariah pada umumnya.
Penerapan strategi pricing imbal hasil, Bank menggunakan BI
rate sebagai indikator atau acuan pricing dan mempertimbangkan
faktor pesaing serta tren tingkat pricing di pasar. Pengelolaan risiko akibat kemungkinan peningkatan BI Rate
menjadi salah satu agenda penting yang dibahas dalam rapat Dewan Komisaris, Direksi dan divisi terkait, dalam
menentukan langkah antisipasi mempertahankan bagi hasil bersih yang optimal atas struktur portfolio asset dan
kewajiban bank. Selain mempertahankan hasil bersih yang optimal, Bank terus
berupaya meningkatkan pendanaan melalui CASA Current Account Giro dan Saving Account
Tabungan dan hubungan dengan nasabah yang loyal serta sumber-sumber pendanaan baru.
III. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidak mampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo
dari sumber pendanaan arus kas danatau aset likuid, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
Tujuan utama manajemen risiko likuiditas adalah untuk meminimalkan kemungkinan ketidak mampuan Bank
dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas.
Rasio FDR
Salah satu indikator proil risiko likuiditas adalah rasio Financing to Deposit Ratio FDR.
Indikator likuiditas lainnya adalah cash ratio, yaitu : 1. Cash ratio
1 : Primary Reserve + Secondary Reserve 30 Giro + 30 Tab. + 10 Deposito
2. Cash ratio 2 : Primary Reserve + Secondary Reserve
Dana Pihak Ketiga. Hasil simulasi Bank dalam kondisi dimana FDR tergolong
cukup tinggi, Bank dapat menjaga kedua rasio likuiditas tersebut, di atas posisi rasio yang disarankan oleh OJK,
sekaligus mendapat perolehan proitabilitas yang memadai.
Customer Behavior
Dana pihak ketiga Bank pada prinsipnya terbagi dalam 2 jenis, yaitu:
1 Bentuk penyimpanan dana dimana Bank setiap saat berkewajiban menyediakan dana nasabah bilamana
nasabah menarik dana. Dalam hal ini seluruh dana pada prinsipnya memiliki proil cash low jatuh tempo 1 hari,
seperti produk giro dan tabungan CASA, namun dalam praktek, nasabah CASA tidak menarik seluruh dananya
pada hari berikutnya atau dengan kata lain dana CASA efektif jatuh temponya akan lebih dari 1 hari.
2. Bentuk penyimpanan dana dimana proil penarikannya berdasarkan jatuh tempo kontraknya, seperti deposito.
Sedangkan nasabah deposito tidak selalu pada saat jatuh tempo kontrak dananya langsung ditarik keluar,
namun pada umumnya lebihbanyak diperpanjang pada saat jatuh temponya.
Customer Behavior Analysis inti ini adalah memperhitungkan
berapa tingkat prosentase dana inti giro, tabungan dan deposito yang bertahan di Bank selama periode tertentu.
Metodenya dengan menghitung berapa jumlah nasabah dan nominal dananya yang bertahan terus-menerus tidak terputus
mulai dari 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan hingga lebih dari 12 bulan.
Selama tahun 2016, hasil analisa customer behavior inti Bank
menunjukkan proil pengendapan dana nasabah adalah