rakyat seperti adanya bantuan permodalan, jaminan ketersediaan pasar, pengorganisasian, dan bimbingan teknis merupakan keuntungan yang diperoleh
peternak rakyat. Sedangkan perusahaan besar memperoleh keuntungan dengan adanya jaminan ketersediaan hasil produksi.
Saat ini usaha ternak ayam ras pedaging sudah dapat dijumpai hampir di setiap propinsi yang ada di Indonesia dengan sentra produksi berada di propinsi
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Data populasi ayam ras pedaging menurut propinsi tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.3. Jenis Usaha Agribisnis Ayam Ras Pedaging di Indonesia
Usaha agribisnis ayam ras pedaging merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisah-pisah. Hingga saat ini ruang lingkup usaha agribisnis ayam ras
pedaging di Indonesia telah cukup luas yaitu meliputi usaha pembibitan, usaha budidaya, usaha industri pengolahan, dan usaha pemasaran Suharno, 2004.
a. Usaha Pembibitan Usaha pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak
untuk dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Usaha pembibitan ayam ras pedaging meliputi pembibitan untuk menghasilkan pure line PL atau ayam galur
murni, great grand parent stock GGPS atau ayam bibit buyut, grand parent stock
GPS atau ayam bibit nenek, parent stock PS atau ayam induk, dan final stock
FS atau ayam niaga. Sampai tahun 1993 di Indonesia tercatat ada satu perusahaan pembibitan
PL, 13 pembibitan GPS, dan 105 PS yang aktif 88 buah dengan 13 strain ayam ras pedaging. Namun pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah perusahaan
pembibitan, bahkan perusahaan pembibitan PL yakni PT. Anputraco sudah tidak
aktif lagi. Jumlah strain yang beredar di Indonesia juga mengalami penurunan menjadi sekitar 10 strain. Perubahan ini terjadi akibat krisis tahun 1997-1998 dan
perubahan global dalam bisnis pembibitan ayam ras dunia yang menyebabkan beberapa perusahaan pembibitan besar melakukan merger dan akuisisi untuk
meningkatkan kinerjanya dalam persaingan global Suharno, 2004. Jumlah perusahaan ayam ras pedaging menurut kegiatan utama dari tahun 2000 hingga
tahun 2004 ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Perusahaan Ayam Ras Pedaging di Indonesia Menurut Kegiatan Utama Tahun 2000-2004
Kegiatan Utama Tahun
2000 2001
2002 2003
2004
1. Pembibitan a. Pure Line PL
- 3
- 1
3 b. Grand Parent Stock GPS
1 2
3 2
4 c. Parent Stock PS
19 22
29 24
19 2. Budidaya
834 1.095
956 1.040
1.438
Total 854
1.119 988
1.066 1.461
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004
Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 6 diketahui bahwa jumlah keseluruhan perusahaan pembibitan yang ada di Indonesia hanya sekitar 2-3
persen dari total usaha peternakan ayam ras pedaging, sedangkan sisanya sebesar lebih dari 90 persen merupakan kegiatan budidaya.
Jenis strain atau galur ayam yang telah beredar di pasaran memiliki daya produktifitas relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaanya
tidak mencolok atau sangat kecil.
41
Tiap jenis strain diberi nama tersendiri sesuai dengan perusahaan pembibitan yang memproduksi strain FS yang bersangkutan
sehingga dikenal berbagai macam strain di pasaran Cahyono, 2004 dalam
41
Anonim. 2005. Teknologi Tepat Guna Mentri Negara Riset dan Teknologi Tentang Budidaya
Peternakan, Budidaya Ayam Ras Pedaging .
http:www.ristek.go.id . Diakses pada
tanggal 2 Januari 2008
Sulaiman, 2007. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang beredar atau pernah beredar di Indonesia ditampilkan pada Lampiran 3.
b. Usaha Budidaya Usaha budidaya ayam ras pedaging adalah usaha pemeliharaan ayam ras
untuk menghasilkan produk berupa ayam konsumsi atau daging ayam Suharno, 2004. Berdasarkan Rusastra, et.al 1988 dalam Suryani 2006 ditinjau dari sifat
usaha, peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis peternakan Non Basic Land Oriented
yang berarti usaha budidaya ayam ras pedaging dapat dilakukan di daerah berlahan sempit dengan pendapatan masyarakat yang rendah,
serta jumlah penduduk relatif padat. Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1967 diketahui bahwa bentuk usaha peternakan terdiri dari peternakan rakyat dan
perusahaan peternakan. Peternakan rakyat adalah peternakan yang dilakukan oleh rakyat antara lain petani disamping usaha pertaniannya, sedangkan perusahaan
peternakan adalah peternakan yang diselenggarakan dalam bentuk suatu perusahaan secara komersil.
Di Indonesia usaha budidaya ayam ras pedaging sebagian besar diusahakan dalam skala kecil, yaitu sekitar 90 persen merupakan usaha peternakan
rakyat dengan ciri utama belum memperhitungkan skala usaha ekonomis dan penggunaan teknologi masih sederhana sehingga produktivitasnya rendah dengan
kualitas hasil ternak yang bervariasi Direktorat Jenderal Peternakan, 1993. Jika dibandingkan dengan pelaku usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala
besar yang saat ini masih menjadi pemimpin pasar di Indonesia seperti PT. Charoen Pokphand Indonesia, PT. Sierad Produce, PT. Japfa Comfeed, dan
PT. Wonokoyo maka peternak rakyat memiliki posisi yang lemah dan peka
terhadap perubahan terutama dalam memasarkan hasil produksinyanya. Jumlah perusahaan peternak unggas di Indonesia tahun 2000-2004 ditampilkan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Perusahaan Peternakan Unggas Menurut Badan HukumUsaha Tahun 2000 – 2004
Badan Hukum Tahun
2000 2001
2002 2003
2004
BUMN -
1 -
- -
Koperasi 9
15 12
17 19
Perorangan 1.879
2.267 1.867
1.951 2.617
Lainnya 286
353 335
439 564
Jumlah 2.174
2.636 2.214
2.407 3.200
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004
c. Usaha Pengolahan Usaha pengolahan atau kegiatan penanganan pascapanen merupakan usaha
mengolah produk peternakan. Kegiatan pengolahan ayam ras pedaging dimulai saat pemotongan ayam hingga menjadi bermacam-macam produk. Dalam usaha
agribisnis ayam ras di Indonesia saat ini, usaha pengolahan ayam pedaging yang banyak digeluti pengusaha adalah usaha pemotongan ayam di tempat pemotongan
ayam atau disingkat dengan TPA Suharno, 2004. Berkembangnya usaha ini disebabkan pada umumnya konsumen ayam lebih banyak meminta ayam potong
daripada ayam olahan lanjutan, begitu juga dengan konsumen luar negeri yang lebih menyukai ayam segar sehingga produk andalan daging ayam yang diekspor
ke luar negeri merupakan daging ayam beku segar Badan Pusat Statistik, 2004. Pada awal tahun 1995, potensi ayam potong yang bisa masuk pada usaha
TPA mencapai 1,1 juta ekorhari. Dari jumlah itu kira-kira 65 persen diantaranya berada di Jawa dan terbanyak terdapat di Jakarta Suharno, 2004. Selain usaha
pemotongan ayam, usaha pengolahan ayam ras pedaging lainnya adalah usaha pengolahan daging menjadi produk olahan seperti nugget, bakso, dan sosis. Usaha
ini umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar dan teknologi tinggi.
d. Usaha Pemasaran Usaha pemasaran umumnya dilakukan setelah usaha pemotongan ayam di
TPA. Produk yang dipasarkan berupa ayam potong segar, ayam potong beku , dan ayam olahan seperti nugget, bakso, dan sosis Suharno, 2004. Selain itu usaha
pemasaran juga dilakukan terhadap ayam hidup dan juga bibit ayam. Keadaan pasar komoditas daging ayam ras di Indonesia dapat dibagi
menjadi musim ramai dan musim sepi. Musim ramai biasanya terjadi pada hari- hari besar keagamaan seperti hari raya Idul Fitri, hari Natal, dan tahun baru.
Kecenderungan yang terjadi pada musim ramai adalah permintaan terhadap komoditas daging ayam ras meningkat tajam, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh
kalangan peternak dan kalangan di luar peternak peternak musiman untuk memacu produksi daging ayam ras di dalam negeri. Hal ini tidak jarang justru
menyebabkan over produksi di pasar sehingga menurunkan harganya di dalam negeri. Keadaan sebaliknya terjadi pada musim sepi.
Ayam ras pedaging yang dipasarkan ke luar negeri sebagian besar berupa daging ayam dalam bentuk segar maupun olahan dengan persentase sekitar 96
persen, sedangkan sisanya berupa bibit ayam Departemen Pertanian, 2006. Negara tujuan ekspor utama adalah Jepang, Hongkong, dan Uni Emirat Arab. Dari
segi pasar dalam negeri, sebagian besar daging ayam ras produksi dalam negeri 80 persen terdistribusi pada pasar tradisional dan sisanya 20 persen terserap
oleh pasar supermarket dan restoran siap saji, sehingga harga dan jumlah produksi daging ayam ras yang ada di pasar sulit untuk dikendalikan, hal ini memicu
masuknya daging ayam impor ke dalam negeri dengan jalur tidak resmi Suryani, 2006. Negara pengekspor daging ayam ras untuk Indonesia diantaranya adalah
Amerika Serikat, Cina, Brazil, dan Australia.
2.4. Tinjauan Studi Terdahulu