6.4.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Agribisnis Ayam Ras Pedaging Indonesia
Analisis faktor internal dan eksternal agribisnis ayam ras pedaging Indonesia bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman yang dihadapi oleh agribisnis ayam ras pedaging Indonesia sehingga diperoleh strategi yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan dayasaing
komoditas daging ayam ras Indonesia di pasar internasional. Analisis faktor internal dan eksternal agribisnis ayam ras pedaging Indonesia diperoleh dari hasil
analisis struktur pasar, analisis keunggulan komparatif, dan analisis keunggulan kompetitif komoditas daging ayam ras Indonesia yang telah dilakukan
sebelumnya. Setelah faktor internal dan eksternal teridentifikasi, tahap selanjutnya adalah pembentukan matriks SWOT. Adapun faktor internal dan eksternal
agribisnis ayam ras pedaging Indonesia adalah sebagai berikut : 1 Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal agribisnis ayam ras pedaging Indonesia meliputi analisis kekuatan dan analisis kelemahan, yaitu sebagai berikut :
a. Analisis Kekuatan 1. Agribisnis Unggas Terbesar di Indonesia Populasi, Produksi, Pengusahaan
Persyaratan lokasi perkandangan yang tidak terlalu menuntut syarat spesifik seperti iklim tertentu atau wilayah tertentu, serta tidak menuntut biaya
yang terlalu mahal dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia.
usaha budidaya ayam ras pedaging dapat dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia baik oleh peternak rakyat maupun oleh perusahaan besar, sehingga
tidak mengherankan apabila populasi, produksi, dan pengusahaannya merupakan yang terbesar di Indonesia.
2. Sumberdaya Alam Mendukung Sumberdaya peternakan Indonesia sangat mendukung kelangsungan
agribisnis ayam ras pedaging. Hal ini dapat terlihat dari lahan yang luas masih tersedia untuk ditanami jagung dan kedelai sebagai bahan baku utama pakan
ayam, tersedianya benih jagung hibrida dan kedelai berkualitas, ketersediaan lumpur sawit dan BIS sebagai bahan baku pakan pengganti melimpah, dan
tersedianya keanekaragaman tumbuhan yang merupakan salah satu sumber natural growth promotor.
3. Berkembangnya Pola Kemitraan Pola kemitraan merupakan kerjasama antara pihak perusahaan bermodal
kuat dengan pihak peternak rakyat yang bermodal lemah. Kerjasama saling menguntungkan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat agribisnis ayam
ras pedaging dalam negeri sehingga dapat bersaing di pasar global. Saat ini pola kemitraan baik yang berbentuk inti-plasma maupun poultry shop banyak
dijalankan di Indonesia. 4. Upah Tenaga Kerja Murah
Biaya tenaga kerja di Indonesia terbilang kompetitif sehingga merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam menciptakan komoditas yang
berdayasaing tinggi. Karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak dan tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, maka kebanyakan dari
tenaga kerja di Indonesia bersedia untuk dibayar murah atau berdasarkan upah minimum regional UMR.
5. Adanya Keserasian Sosial Budaya dengan Negara Lain Keserasian sosial budaya dengan negara lain merupakan faktor kekuatan
yang membantu Indonesia untuk menembus pasar ekspor terutama negara-negara di kawasan Timur Tengah. Atribut kehalalan yang sangat diperhatikan oleh
konsumen Indonesia serasi dengan konsumen di negara-negara tujuan ekspor Indonesia, seperti kawasan Timur Tengah.
6. Aksesibilitas Terhadap Sumber IPTEK Memadai Aksesibilitas terhadap sumber IPTEK yang mudah merupakan faktor
kekuatan yang membantu pelaku agribisnis menjalankan bahkan meningkatkan usahanya. Sumber-sumber IPTEK mengenai agribisnis ayam ras pedaging dapat
diperoleh dengan relatif mudah melalui bantuan lembaga-lembaga terkait seperti Pinsar Unggas Nasional, GPPU, GPMT, ASOHI, PPUI, GAPMMI Direktorat
Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Balitvet, Perguruan Tinggi, Lembaga Statistik, dan sumber-sumber lainnya. Banyaknya sumber IPTEK yang terkait
dengan agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia menandakan bahwa usaha ini merupakan usaha yang sangat potensial dan mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak untuk senantiasa ditingkatkan pengusahaannya. 7. Industri Jasa Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan yang
Memadai dan Telah Berperan Baik Tersedianya lembaga pendukung pada industri jasa pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan dalam agribisnis ayam ras pedaging telah cukup memadai baik dalam segi ketersediaan maupun kinerja. Di Indonesia telah banyak
tersedia lembaga pendidikan yang berfokus pada studi mengenai bidang peternakan dan kedokteran hewan seperti Institut Pertanian Bogor Bogor,
Universitas Syah Kuala NAD, Universitas Udayana Bali, Universitas Gajah
Mada DIY, dengan tersedianya lembaga pendidikan yang menunjang dapat dihasilkan sumberdaya manusia berkualitas seperti tenaga-tenaga ahli yang
kompeten sehingga dapat membantu tumbuh dan berkembangnya agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia dengan informasi teknologi dan inovasi yang
dimilikinya. Lembaga pelatihan telah banyak berperan dalam memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para peternak khususnya peternak rakyat,
lembaga penelitian dan pengembangan berperan dalam menemukan inovasi baru yang membantu meningkatkan kinerja agribisnis ayam ras pedaging Indonesia.
8. Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Agribisnis Ayam Ras Pedaging Dalam Negeri
Kebijakan pemerintah yang mendukung agribisnis ayam ras pedaging dalam negeri diantaranya adalah penetapan UU Nomor 16 Tahun 1992 tentang
karantina dan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan yag mengatur pembatasan impor CLQ yang membanjiri pasar Indonesia, pembuatan TPA center, penyediaan
areal tanam jagung seluas 27 juta hektar di seluruh wilayah di Indonesia, bantuan benih sebesar Rp. 380 miliar, serta pemberian bantuan alat-alat produksi pertanian
termasuk silo yang jumlahnya mencapai 39 silo. Selain itu, Departemen Pertanian bekerjasama dengan FAO membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk
meneliti mengenai penyakit flu burung di Indonesia. b. Analisis Kelemahan
1. Belum Adanya Keunggulan Komparatif
Berdasarkan hasil analisis RCA diketahui bahwa volume dan nilai ekspor Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara produsen utama lainnya.
Hal ini menyebabkan Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas daging ayam ras di pasar internasional. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa Indonesia masih memiliki kelemahan dari segi volume dan nilai ekspor komoditas daging ayam ras.
2. Integrasi Vertikal SCM pada Sistem Agribisnis Ayam Ras Pedaging Masih Terbatas
Penerapan integrasi vertikal masih terbatas pada perusahaan besar, akibatnya ketersediaan pasokan input dan penyaluran hasil produksi yang
berkesinambungan dengan harga yang lebih kompetitif masih belum dapat terlaksana dengan baik pada agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia. Hal ini
merupakan faktor penghambat meningkatnya dayasaing komoditas daging ayam ras Indonesia.
3. Ketersediaan Bahan Baku Subsistem Hulu Input Produksi Masih Tergantung dari Impor
Bahan baku input produksi sebagian besar masih diperoleh dari impor seperti pengadaan DOC GPS, bahan baku pakan ternak jagung, bungkil kedelai,
MBM, dan sebagainya, dan bahan baku obat-obatan dan vaksin. Ketergantungan terhadap bahan baku input impor merupakan faktor kelemahan terkait dengan
efisiensi biaya produksi dimana biaya produksi menjadi tidak kompetitif, dan akibatnya komoditas daging ayam ras Indonesia sulit untuk bersaing di pasar
internasional. 4. Peternak Rakyat Berpendidikan Rendah
Sebagian besar peternak rakyat Indonesia berpendidikan rendah yaitu hanya lulusan SD atau SLTP seperti yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat
yang merupakan sentra produksi ayam ras pedaging Indonesia. Hal ini terkait dengan kelemahan dalam kualitas sumberdaya manusia. Penyerapan alih
teknologi dan informasi akan sulit dan berlangsung cukup lama, akibatnya penciptaan komoditas yang berdayasaing tinggi juga terhambat.
5. Penerapan Teknologi Budidaya Belum Memenuhi Standar Biosekuriti dan GFP
Masih banyaknya penerapan teknologi budidaya yang berpola tradisional yaitu belum menerapkan keamanan dan prosedur pemeliharaan yang baik
merupakan kelemahan teknologi budidaya Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari pola pemeliharaan ayam yang sebagian besar masih menggunakan sistem kandang
terbuka dengan peralatan penunjang yang kurang memadai sehingga ayam rawan terserang penyakit.
6. Keterbatasan Permodalan dan Belum Memadainya Lembaga Permodalan Yang Membantu Peternak
Keterbatasan permodalan terlihat dari masih banyaknya para pelaku agribisnis ayam ras pedaging khususnya pada subsistem budidaya yang
menjalankan usahanya dalam skala kecil dengan teknologi yang sederhana. Pola pemikiran para peternak yang masih konvensional serta sifat dan karakteristik
produk agribisnis yang hasil produksinya selalu tidak pasti menyebabkan lembaga permodalan di Indonesia seperti bank enggan memberikan bantuan permodalan
kepada para peternak. 7. Keterbatasan RPA yang Sesuai SOP
Kebanyakan bangunan yang digunakan untuk pemotongan ayam di Indonesia adalah bangunan sederhana dengan peralatan seadanya dan higienitas
yang tidak terjamin atau yang biasa disebut TPA atau TPnA. Hal ini merupakan kendala yang dihadapi dalam menghasilkan karkas ayam yang berstandar ekspor.
2 Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal agribisnis ayam ras pedaging Indonesia meliputi
analisis peluang dan analisis ancaman, yaitu sebagai berikut: a. Analisis Peluang
1. Datangnya Era Perdagangan Bebas
Era perdagangan bebas membuat hampir seluruh bentuk perdagangan tidak ada batasnya. Dengan dihapuskannya hambatan perdagangan merupakan
peluang bagi komoditas daging ayam ras untuk dapat diekspor ke negara lain. 2. Adanya Penemuan Baru
Peluang meningkatnya ekspor komoditas daging ayam ras Indonesia didukung dengan adanya beberapa penemuan baru seperti ditemukannya vaksin
AI yang berasal dari Low Pathogenic Avian Influenza LPAI, BIS dan lumpur sawit atau solid heavy paste sebagai alternatif pakan pengganti. Beberapa hasil
temuan yang telah dilakukan penelitiannya oleh para peneliti tersebut didukung dengan ketersediaan sumber bahan bakunya di Indonesia. Penemuan baru tersebut
merupakan kesempatan besar yang dapat dimanfaatkan bagi terciptanya produk yang berdayasaing tinggi baik di pasar dalam negeri maupun di pasar
internasional. 3. Akan Dibentuknya Perusahaan Ayam Halal Bersama
Belum adanya lisensi “ayam halal” bagi Indonesia menjadi salah satu ganjalan bagi peternak ayam ras pedaging nasional untuk mengekspor produknya
ke Timur Tengah, sehingga rencana pembentukan perusahaan ayam halal bersama ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspor
ayamnya.
b.Analisis Ancaman 1. Monopoli yang besar oleh lima negara produsen utama dunia nilai HI dan
CR4 Struktur pasar yang berbentuk oligopoli yang mengarah ke monopoli dapat
menjadi ancaman bagi Indonesia untuk sulit bersaing di pasar bebas apabila Indonesia tidak mampu meningkatkan pangsa pasarnya di pasar Internasional.
Pangsa pasar yang sangat dominan dikuasai oleh lima produsen utama dunia Brazil, Amerika Serikat, China, Argetina, dan Inggris, menyebabkan konsentrasi
pasar semakin besar, sehingga agar dapat menjadi pesaing yang besar juga Indonesia harus mampu memanfaatkan berbagai kekuatan yang dimiliki dengan
sebaik-baiknya. 2. Masuknya CLQ dan MBM dari Amerika Serikat
Masuknya CLQ dari Amerika Serikat yang dijual dengan harga jauh di bawah harga daging ayam di dalam negeri serta impor MBM yang hanya
dimonopoli oleh Baker Commodities Inc asal Amerika Serikat merupakan persaingan yang tidak sehat dalam era perdagangan bebas. Hal ini akan sangat
mempengaruhi persaingan harga jual daging ayam dan mengancam kelangsungan peternakan ayam ras pedaging dalam negeri karena harga MBM yang tidak
kompetitif. 3. Adanya Importir Ilegal
Impor MBM ilegal merupakan ancaman serius bagi kelangsungan agribisnis ayam ras pedaging Indonesia. Pada tahun 2006, MBM ilegal yang
berasal dari Uni Eropa masuk ke Indonesia. MBM ilegal yang masuk ke Indonesia belum tentu terbebas dari penyakit BSE, sehingga apabila tidak ditindaklanjuti
masuknya MBM ilegal ini akan merusak kualitas komoditas daging ayam ras pedaging Indonesia.
4. Serangan Virus Flu Burung Virus flu burung yang banyak menyerang ternak unggas merupakan
kejadian yang turut mengancam keberlangsungan agribisnis ayam ras pedaging Indonesia, terlebih Indonesia saat ini belum terbebas dari ancaman virus flu
burung. Ketakutan yang berlebihan pada masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri untuk mengkonsumsi daging ayam akan menurunkan permintaan terhadap
komoditas ini, bahkan konsumen luar negeri banyak yang membatasi impor ayamnya dari Indonesia.
5. Pemberlakuan Sertifikasi dan Peraturan Ekspor yang Cukup Ketat Lemahnya dayasaing komoditas daging ayam ras pedaging Indonesia di
pasar internasional masih terhambat oleh adanya sertifikasi dan peraturan ekspor yang cukup ketat oleh negara lain. Sertifikasi tersebut diantaranya adalah Jepang
yang saat ini mengharuskan produk ayam yang masuk ke negaranya terbebas dari antibiotik selama masa pemeliharaan atau free antibiotic FA menyebabkan
produk ayam indonesia sulit untuk diekspor ke negara tersebut karena kebanyakan karkas di Indonesia masih mengandung antibiotik.
6. Ancaman Krisis Biji-bijian Dunia Penggunaan biji-bijian sebagai pengganti bahan bakar fosil menyebabkan
ketersediaannya untuk pakan semakin terbatas, akibatnya terjadi kenaikan harga biji-bijian dunia yang merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam.
Dengan demikian secara otomatis harga pakan semakin meningkat dan peternak akan semakin sulit berproduksi.
Tabel 28. Matriks SWOT Agribisnis Ayam Ras Pedaging Indonesia
INTERNAL EKSTERNAL
Kekuatan Strengths-S Kelemahan Weaknesses-W
1. Agribisnis unggas terbesar di Indonesia populasi, produksi, pengusahaan
2. Sumberdaya alam mendukung 3. Berkembangnya pola kemitraan
4. Upah tenaga kerja murah 5. Adanya keserasian sosial budaya dengan negara
lain 6. Aksesibilitas terhadap sumber IPTEK memadai
7. Industri Jasa Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan yang memadai dan telah
berperan baik 8. Kebijakan pemerintah yang mendukung
agribisnis ayam ras pedaging dalam negeri 1. Belum adanya keunggulan komparatif nilai
RCA 2. Integrasi vertikal SCM pada sistem agribisnis
ayam ras pedaging masih terbatas 3. Ketersediaan bahan baku subsistem hulu input
produksi masih tergantung dari impor 4. Peternak rakyat berpendidikan rendah
5. Penerapan teknologi budidaya belum memenuhi standar biosekuriti dan GFP
6. Keterbatasan permodalan dan belum memadainya lembaga permodalan yang
membantu peternak 7. Keterbatasan RPA yang sesuai SOP
Peluang Opportunities-O Strategi S-O
Strategi W-O
1. Datangnya era perdagangan bebas 2. Adanya penemuan baru
3. Akan dibentuknya perusahaan ayam halal bersama
1. Peningkatan akses pasar ekspor S1,S5,S6,S7,S8,O1,O3
2. Pengembangan produk sesuai permintaan pasar S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,O2
1. Meningkatkan bentuk-bentuk kerjasama dan kemitraan yang adil
W2,W3,W4,W5,W6,W7, O1, 2. Program pemberdayaan subsistem hulu dan hilir
W1,W3,W6,W7,O1,O2
Ancaman Threats-T Strategi S-T
Strategi W-T
1. Monopoli yang besar oleh lima negara produsen utama dunia nilai HI dan CR4
2. Masuknya CLQ dan MBM dari Amerika Serikat 3. Adanya importir ilegal
4. Serangan virus AI 5. Pemberlakuan sertifikasi dan peraturan ekspor
yang cukup ketat 6. Ancaman krisis biji-bijian dunia
1. Peningkatan dan perluasan basis produksi S1,S2,S3,S4,S6,S7,S8,T1,T2,T4,T5,T6
2. Perlindungan usaha dari praktek perdagangan yang tidak adil
S8,T1,T2,T3, 3. Meningkatkan manajemen pemeliharaan
S2,S6,S7,S8,T4,T5 1. Meningkatkan peran stakeholder peternak,
pengusaha, asosiasi dan kelembagaan, pemerintah dan masyarakat
W1,W2,T1,T2,T3,T4,T5,T6
6.4.2. Perumusan Strategi Peningkatan Dayasaing Komoditas Daging Ayam Ras Indonesia