Media Penyuluhan Pengertian Penyuluhan Agama Islam

Secara konseptual, Totok Mardikanto membagi media komunikasi menjadi tiga macam, yaitu: 1 Saluran antarpribadi inter-personal 2 Media massa mass media 3 dan forum yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan- keunggulan yang dimiliki saluran antar pribadi dan media massa. 44 Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi tentu memerlukan media sebagai alat atau saluran menyampaikan pesan penyuluhan. Menurut Yetti Wira Citerawati SY, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilakan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif. Media penyuluhan juga dapat diartikan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat. 45 Sedangkan penyuluhan adalah proses penyebarluasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Lebih lengkapnya penyuluhan dapat diartikan sebagai proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” behavior yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orangpihak lain, baik secara langsung atau tidak langsung. Sehingga dapat diketahui fungsi media penyuluhan adalah sebagai berikut: 44 Ibid, h.128 45 Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses tanggal 25 Maret 2016 a Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadu pada masa lampau. Dengan perantara gambar, potret, slide, film, video atau media yang lain, suluh dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang bendaperistiwa sejarah. b Mengamati bendaperistiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat nuklir, dan sebagainya. c Memperoleh gambaran yang jelas tentang bendahal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket peserta suluh dapat memperolehgambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film peserta suluh memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba dan sebagainya. d Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Mislanya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya. e Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang uskar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video suluh dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar dan sebagainya. f Mengamati peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film atau video peserta suluh dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran dan sebagainya. g Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusaksukar diawetkan. Dengan menggunakan modelbenda tiruan peserta suluh dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya. h Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto peserta suluh dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya. i Dapat melihat secara cepat proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. j Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televise ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang professor dalam waktu yang sama. k Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan tempnya masing- masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing- masing. 46 Berdasarkan klasifikasi media penyuluhan terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: 1 Wilbur Schramm, 2 Gagne, 3 Allen, 4 Gerlach dan Ely, dan 5 Ibrahim. 46 Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal dan media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu 1 liputan luas dan serentak seperti TV, radio dan facsimile, 2 liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster, audio, tape; 3 media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan computer dan telepon. Menurut Gagne, media klasifikasi menjadi tujuh kelompok yaitu: benda untuk di demonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik. 47 Menurut Allen, terdapat Sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televise, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info factual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah. 48 Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi. 49 Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa 47 Gagne di dalam Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 48 Allen di dalam Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 49 Gerlach dan Ely di dalam Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televise, video, computer. Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pelajar, akan sangant menunjang efisien dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. 50 Berdasarkan fungsi media yang telah diuraikan, media penyuluhan dibagi menjadi 3 yakni: 1 Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, baisanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer selebaran, flip chart lembar balik, rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencangkup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan suara dan mudah terlipat. 51 2 Media elektronik Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampainanya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronika ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listril dan alat canggih untuk 50 Ibrahim dalam I Wawan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Disajikan dalam workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung 51 I Wawan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran.Disajikan dalam workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan mengoperasikannya. 3 Media luar ruang Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, dan televise layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.kelemahan dari media ini adalah biaya peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. 52 Secara sederhana media penyuluhan adalah alat berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan messages penyuluhan mereka dengan model- model yang sesuai dengan materi penyuluhan. Model-model tersebut seperti slide, audio, pelajaran terprogram, dan lain sebagainya. 52 I Wawan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran.Disajikan dalam workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung

5. Metode Penyuluhan Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki. 53 Sedangkan menurut M.Arifin, secara harfiah metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Namun pengertian hakiki dari metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 54 Menurut peraturan menteri pertanian Nomor 52 Permentan OT.140 12 2009 menyebutkan bahwa metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. metode penyuluhan langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui tatap muka dan dialog langsung antara penyuluh dengan pelaku utama dan pelaku usaha melalui demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore, b. metode penyuluhan tidak langsung, yatu penyuluhan dilakukan melalui perantara media komunikasi seperti pemasangan poster, penyebaran brosur leafletmajalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film. 55 Adapun metode yang sering digunakan dalam melakukan penyuluhan adalah: a. Metode Ceramah 53 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke-2, h.740 54 H.M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon,1998, Cet. Ke-6, h.43 55 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, www.pertanian.go.id, diakses tanggal 25 Maret 2015 Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah suatu cara menyampaikan bahan secara lisan oleh tenaga penyuluh. Sedangkan peran audien adalah sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan dan mencatat informasi yang disampaikan penyuluh bila diperlukan. 56 Adapun langkah-langkah dalam metode ceramah: 1 Tahap persiapan, menyusun kerangka yang hendak diceramahkan dan dapat mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan. 2 Tahap penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokok-pokok pelajaran yang telah disiapkan. 3 Tahap asosiasi, memberikan kesempatan pada peserta untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti. 4 Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi ceramah, umumnya mencatat isi ceramah yang telah disampaikan. 5 Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman mengenai bahan yang telah diberikan. Evaluasi bisa dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain. 57 b. Metode Diskusi Metode diskusi ini merupakan lanjutan dari metode ceramah. Artinya sebuah diskusi dapat dilaksanakan setelah adanya materi penyuluhan yang disampaikan 56 Departemen Agama RI, Pedoman Penyuluhan Wakaf bagi Penyuluh Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama RI, 2010, h.108 57 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam , Jakarta: Kalam Mulia, 2005, h.237 sebelumnya dengan metode ceramah ataupun lainnya. Agar materi yang disampaikan lebih kaya dan guna mendapat masukan ataupun kritikan membangun para peserta, hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi. 58 c. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian penyuluhan dengan cara mendorong sasarannya obyek penyuluhan untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum mengerti dan penyuluh sebagai penjawabnya. d. Metode Demonstrasi Memberikan penyuluhan dengan memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang penyuluh tersebut menggunakan metode demonstrasi. 59 Artinya suatu metode penyuluhan, dimana seorang penyuluh memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasaran obyek penyuluhan dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan yang diinginkan. e. Parsipatorik Partisipatif Praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial Partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial. 60 58 Moektiaza, Pengertian, Peran, Penyuluh Agama Islam dan Pembinaan Keagamaan artikel diakses tanggal 59 Kathur Suhardi, Terjemah Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009, h.ix 60 Ibid, h.179-180