Filosofi Penyuluhan Pengertian Penyuluhan Agama Islam

memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadana, dan swakelola bagi tersenggaranya kegiatan-kegiatan guna tercapainya tujuan masyarakat sasarannya; 3 penyuluhan yang dilaksanakan harus selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia. Sejalan dengan Kesley dan Hearne, Ensminger dalam Mardikanto merumuskan falsafah penyuluhan sebagai berikut: 33 1. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat; 2. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat untuk menjawab kebutuhan dan keinginannya. 3. Penyuluhan bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri; 4. Penyuluhan adalah “belajar sambil bekerja”, dan “percaya tentang apa yang dilihatnya” 5. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka, dan pengembangan dunianya secara keseluruhan; 6. Penyuluhan adalah suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat; 7. Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya masyarakatnya; 33 Kesley, dkk1962 dalam Mardikanto1993 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 8. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati, dan saling mempercayai antara satu kepada yang lainnya; 9. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan dua arah; dan 10. Penyuluhan merupakan proses pendid ikan yang berkelanjutan”. Selanjutnya, secara singkat Asngari mengatakan falsafah penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang kegiatan pendidikan dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan dikehendaki yakni orang semakin modern. Penyuluhan merupakan usaha mengembangkan memberdayakan potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri. 34 Makna modern itu adalah sebagaimana disebutkan oleh Inkeles; Inkeles dan Smith 1974 sebagai berikut: 1 terbuka dan siap menerima perubahan pembaruan: pengalaman baru, inovasi baru, penemuan baru yang lebih baik, pandangan baru, dll.; 2 orientasi realisticdemokratis: kecenderungan membentuk menerima pendapat lingkungan; 3 berorientasi masa depan dan masa kini, dan bukannya masa silam; 4 hidup perlu direncanakan dan diorganisasikan; 5 orang belajar menguasai lingkungan tidak pasrah; 6 rasa percaya diri tinggioptimis dunia dibawah kontrolnya; 7 penghargaan pada pendapat orang lain tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan; 8 memberi nilai tinggi pada pendidikan formal juga informal dan non-formal; 9 percaya pada IPTEKS dan perkembangannya; 10 percaya bahwa imbalan harus seimbang dengan prestasinya. 35 Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan, falsafah penyuluhan dapat dikaitkan dengan pendidikan yang memiliki falsafah: idealism, realism, dan pragmatisme. Artinya, penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk selalu berpikir kreatif dan dinamis. 34 Asngari dalam Slamet 2003 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 35 Inkeles 1966 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 Penyuluhan harus selalu mengacu pada kenyataan-kenyataan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu sesuai dengan keadaan yang dihadapi. 36 Lebih lanjut ditegaskan oleh Slamet dan Soetrisno falsafah penyuluhan pertanian di Indonesia harus berakar pada falsafah negara Pancasila. Dalam hal ini, Slamet menekankan falsafah penyuluhan terutama berkaitan dengan sila-sila: artinya, jika petani sebagai sasaran utama penyuluhan pertanian diminta untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan produksinya. Seluruh bangsa Indonesia juga harus mau mengangkat harkat kaum taninya demi kemanusiaan dan keadilan sosial, yang berlandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai prinsip demokrasi, serta demi tercapainya persatuan bangsa Indonesia. 37 Sedangkan Soetrisno mengaitkan falsafah penyuluhan pertanian dan motto bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” yang membawa konsekuensi pada: 1 perubahan administrasi penyuluhan yang bersifat regulative sentralistis menjadi fasilitatif partisipatif, dan 2 pentingnya kemauan penyuluh untuk memahami budaya local yang seringkali juga mewarnai local agricultural practices. Selanjutnya bertitik tolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan. Mardikanto menyatakan bahwa penyuluhan memiliki prinsip- prinsip: 1 mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakanmenerapkan sesuatu; 2 akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberi akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat, 3 asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegaitan lainnya. 38 36 Moedjiyo 1987 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 37 Slamet 1987 dan Soetrisno 1989 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 38 Mardikanto 1993 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 Pandangan lain tentang prinsip-prinsip penyuluhan itu diungkapkan oleh Dahama dan Bhatnagar. 39 Menurut mereka prinsip-prinsip penyuluhan itu mencangkup: 1 minat dan kebutuhan, artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat; 2 organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkanmenyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluargakekerabatan; 3 keragaman budaya, artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya; 4 perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya; 5 kerja sama dan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program- program penyuluhan yang telah dirancang; 6 demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyuluhan harus selalu meberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternative yang ingin diterapkan; 7 belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu ia kerjakan; 8 penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan meotda yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial-budaya sasarannya; 9 kepemimpinan, artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepentingankepuasannya sendiri, dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan; 10 specialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar orang yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh; 11 segenap keluarga, artinya, penyuluhan harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial; 12 kepuasan, artinya penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. 40

4. Media Penyuluhan

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adnaya perbedaan dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya. AECT Association for Education and Communication Technology dalam Harsoyomemaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA National Education Association memaknai media 39 Dahama dan Bhatnagar 1980 dalam Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 40 Dwi Siswanto, Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja dalam Pemberdayaan Masyarakat, UGM Yogyakarta, Hal jurnal 1-14 sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau diperbincangkan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut. 41 Rahardjo menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: 42 a. Memotivasi belajar perseta didik b. Memperjelas informasipesan pengajaran c. Memberi variasi pengajaran d. Memperjelas struktur pengajaran. Rogers dalam Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan alat atau saluran komunikasi yang dapat dimanfaatkan sumber atau pengirim untuk “menyalurkan” atau menyampaikan pesan-pesannya. Dengan kata lain, media, atau alat saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan messages penyuluhan mereka. Tentang hal ini, Berlo dalam Totok Mardikanto mengartikan media dalam berbagai pengertian, yaitu 43 : a Saluran media sebagai alat pembawa pesan, b Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan, c Mediawahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang harus dilaluinya, d Mediawahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti: pertemuan, pertunjukan dan lain-lain. 41 Harsoyo 2002 di dalam Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 42 Rahardjo 1991 di dalam Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Dalam pencapaian PHBS, 2004, h.176 43 Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan-Acuan bagi Akademisi, Praktisi dan Peminat Komunikasi Pembangunan, Surakarta: UNS Press, 2010, h.127 Secara konseptual, Totok Mardikanto membagi media komunikasi menjadi tiga macam, yaitu: 1 Saluran antarpribadi inter-personal 2 Media massa mass media 3 dan forum yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan- keunggulan yang dimiliki saluran antar pribadi dan media massa. 44 Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi tentu memerlukan media sebagai alat atau saluran menyampaikan pesan penyuluhan. Menurut Yetti Wira Citerawati SY, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilakan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif. Media penyuluhan juga dapat diartikan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat. 45 Sedangkan penyuluhan adalah proses penyebarluasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Lebih lengkapnya penyuluhan dapat diartikan sebagai proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” behavior yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orangpihak lain, baik secara langsung atau tidak langsung. Sehingga dapat diketahui fungsi media penyuluhan adalah sebagai berikut: 44 Ibid, h.128 45 Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses tanggal 25 Maret 2016