Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Siswa cenderung pasif dilihat dari minat belajar siswa yang rendah 2. Rendahnya hasil belajar biologi siswa dilihat dari hasil belajar biologi siswa. 3. Guru sulit dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan mengingat permasalahan yang cukup luas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah akan dibatasi pada: 1. Strategi Think Talk Write Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa karena strategi ini melatih siswa untuk lebih kritis dan fokus terhadap permasalahan dalam pembelajaran. 2. Konsep yang dijadikan bahasan adalah Sistem Pernapasan Pada Manusia

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan : “Apakah terdapat pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem pernapasan pada m anusia?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. 5

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kemampuan pemacahan masalah melalui strategi TTW. Dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan metode praktikum untuk kepentingan penelitian selanjutnya. 6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Konstrukstivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 1 Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan realitas. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Proses para kontruktivis sosial menekankan bentuk-bentuk bahasa untuk mempermudah kontruksi kebermaknaan anak, antara lain: pertanyaan dengan ujung terbuka, menulis kreatif, eksplanasi siswa, dialog kelas dan lain-lain. 2 Dalam pendidikan, ide-ide konstruktivis adalah semua peserta didik benar-benar membangun pengetahuan untuk diri mereka sendiri, dari pada pengetahuan yang berasal dari guru dan yang dipahami oleh murid. Ini berarti bahwa setiap murid akan belajar sesuatu yang sedikit berbeda dari pelajaran yang diberikan, dan guru tidak pernah bisa yakin apa yang akan murid-murid pelajari. Bagi kebanyakan guru, ini akan tampak seperti ide yang cukup umum, sesuatu dalam pelajaran mereka yang sudah diamati oleh mereka semua. 3 Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya. 4 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011, Cet. 8, h. 264 2 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 153 3 Daniel Muijs and David Reynolds, Effective Learning, London: Sage Publication, 2005, h.62 4 John W Santrock, Education Psychology,2 nd edition, New York: McGraw Hill CompaniaesInc, 2004, h. 314. 7 Landasan berpikir konstruktivisme agak berlainan dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil bukan pada proses belajar. 5 Dalam hal ini siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilki. Dengan bermodal pengetahuan awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang diterima baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada disekitar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang dapat membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, tetapi siswa sendiri yang berusaha menaiki anak tangga tersebut. 6 Proses konstruksi merupakan inti banyak teori kognitif tentang belajar. Pembelajar mengambil sejumlah potongan informasi yang terpisah dan menggunakannya untuk menciptakan pemahaman atau tafsiran atas dunia sekelilingnya. Teori-teori kognitif yang terutama memfokuskan pada cara-cara pembelajar mengkontruksi pengetahuan secara kolektif disebut kontruktivisme. 7 Driver mengemukakan Implikasi spesifik para kontruktivis untuk pendidikan sains. Yang dikemukakan Driver yaitu, sebagai berikut : a. Anak tidak dipandang sebagai penerima program pembelajaran, melaikan bersifat sebagai purposive dan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri. b. Belajar sains melibatkan perubahan dalam konsepsi anak. Secara aktif anak membangun pengetahuannya untuk mencapai kebermaknaan. c. Pengetahuan tidak bersifat “objektif”, tetapi pribadi dan dibangun secara sosial. d. Mengajar bukannya pemindahan pengetahuan, tetapi negosiasi kebermaknaan. 5 Trianto, op. cit., h. 108 6 Ibid., h. 13-14. 7 Jean Ellis Ormorod Jeanne, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang oleh Wahyu Indrianti, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 272-273