Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

7 Landasan berpikir konstruktivisme agak berlainan dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil bukan pada proses belajar. 5 Dalam hal ini siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilki. Dengan bermodal pengetahuan awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang diterima baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada disekitar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang dapat membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, tetapi siswa sendiri yang berusaha menaiki anak tangga tersebut. 6 Proses konstruksi merupakan inti banyak teori kognitif tentang belajar. Pembelajar mengambil sejumlah potongan informasi yang terpisah dan menggunakannya untuk menciptakan pemahaman atau tafsiran atas dunia sekelilingnya. Teori-teori kognitif yang terutama memfokuskan pada cara-cara pembelajar mengkontruksi pengetahuan secara kolektif disebut kontruktivisme. 7 Driver mengemukakan Implikasi spesifik para kontruktivis untuk pendidikan sains. Yang dikemukakan Driver yaitu, sebagai berikut : a. Anak tidak dipandang sebagai penerima program pembelajaran, melaikan bersifat sebagai purposive dan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri. b. Belajar sains melibatkan perubahan dalam konsepsi anak. Secara aktif anak membangun pengetahuannya untuk mencapai kebermaknaan. c. Pengetahuan tidak bersifat “objektif”, tetapi pribadi dan dibangun secara sosial. d. Mengajar bukannya pemindahan pengetahuan, tetapi negosiasi kebermaknaan. 5 Trianto, op. cit., h. 108 6 Ibid., h. 13-14. 7 Jean Ellis Ormorod Jeanne, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang oleh Wahyu Indrianti, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 272-273 8 e. Kurikulum bukannya apa yang harus dipelajari, melaikan suatu program tugas belajar, bahan, dan sumber yang memungkinkan anak untuk mengkontruksi gagasannya mendekati gagasan sains sekolah. 8 Sela m a bertahun-tahun ada banyak diskusi tentang perlunya bagi siswa untuk memproses informasi baru dengan cara-cara yang masuk akal pribadi. Di bawah pemikiran seperti konstruktivisme dan penelitian otak, banyak buku yang telah membahas kebutuhan untuk pemprosesan bagian dari keaktifan siswa. Karya-karya ini telah memberikan wawasan yang berguna dalam sifat pembelajaran. Pada umumnya peserta didik harus aktif terlibat dalam pengolahan informasi dan proses belajar mengajar yang melibatkan interaksi antara guru, siswa, dan konten. 9 Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar kontrukstivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam melaksanakan atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Siswa memperoleh pengetahuan dengan cara membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan sebagai hasil dari kontruksi mereka sendiri.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. 10 Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinterkasi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. 11 8 Ratna Wilis Dahar, op, cit., h . 162-163. 9 Robert J Marzano, The Art and Science of Teaching, Virginia: ASCD Member Book, 2008, h. 30 10 Trianto, op.cit., h. 41 11 Ibid., h. 58