Indikator Kanji Amilum Natrium Tiosulfat

Gangguan besi dapat dicegah dengan penambahan amonium bifluorida, NH 4 HF 2 , yang mengubah ion besiIII menjadi kompleks FeF 6 3- yang stabil. Seperti disebut di atas, stibium dan arsen tidak akan mengoksidasi ion iodida kecuali dalam larutan berkeasaman tinggi. Dengan menyesuaikan pH menjadi sekitar 3,5 dengan suhu buffer, gangguan dari kedua unsur ini dapat dihilangkan. Park menyarankan penggunaan buffer ftalat untuk maksud ini. Tetapi, penyelidikan lebih baru, menunjukkan bahwa suatu larutan ion bifluorida, HF - , yang ditambahkan kepada besi kompleks, memberikan suatu bufer yang kira-kira ber-pH seperti diinginkan sehingga tak diperlukan buffer tambahan. A.L. Underwood, 1986

2.7.2.4 Indikator Kanji Amilum

Warna larutan iod 0,1 N cukup kuat sehingga iodium dapat bertindak sebagai indikator sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform, dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir reaksi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan dispersi koloid kanji, dari warna biru tua kompleks pati-iodium berperan sebagai uji kepekaan terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih adanya ion iodida. Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks itu belum diketahui. Tetapi diduga bahwa molekul iodium diikat pada permukaan β-amilosa, suatu konstituen- konstituen kanji lain, α-amilosa, atau amilopektin, membentuk kompleks kemerahan dimana warna mana tak-mudah dihilangkan. Oleh karena itu, kanji yang mengandung amilopektin sebaiknya tak digunakan. Produk komersial, “kanji larut ” terdiri terutama β - amilosa. Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat dengan jalan sterilisasi atau dengan penambahan suatu zat pengawet. Hasil peruraiannya memakai iodium dan berubah menjadi kemerahan-merahan. MerkuriumII iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaklah dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan Universitas Sumatera Utara naiknya temperatur dan oleh beberapa zat organik, seperti metil dan etil alkohol. A.L. Underwood, 1986

2.7.2.5 Natrium Tiosulfat

Larutan standard yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Lazimnya garam ini dibeli sebagai pentahidrat, Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O. Larutan tak boleh distandarisasikan berdasarkan penimbangan langsung, melainkan harus distandarisasikan terhadap standard primer. Larutan Natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakai belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan SO 3 2- , SO 4 2- dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga sering kadang-kadang terdapat dalam air suling akan mengkatalisis oksidasi oleh udara. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan mirip susu. A.L. Underwood, 1986. S 2 O 3 2- + 2H +  H 2 S 2 O 3  H 2 S 2 O 3 + S s Tetapi reaksi lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan ke dalam larutan iod yang asam, jika larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian. Iod mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat : 4I 2 + S 2 O 3 2- + 5H 2 O  8I - + 2SO 4 2- + 10H + Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi menjadi sulfat itu tidak terjadi, jika digunakan iod sebagai titran. Banyak zat pengoksid kuat, seperti pereaksi Universitas Sumatera Utara dichromat, permanganat dan garam seriumIV, mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif. A.L. Underwood, 1986

2.7.2.6 Kalium Dikromat