Tabel 2.9. Pengaruh Panjang Rantai dan Ketidakjenuhan pada Sifat Sabun
Sifat Sabun Panjang Rantai antara C
12
dan C
18
Tidak Jenuh Panjang
Pendek 2 Ikatan
Rangkap atau lebih
1. Kelarutan Sedikit
Baik -
2. Daya Membersihkan Baik
Kurang Kurang
3. Busa Lambat, stabil
Cepat, tidak stabil Medium, Stabil
4. Air Lunak Kurang
Baik -
5. Kekerasan Kecil
Besar Lunak
6. Stabilitas Terhadap Oksidasi
Baik Baik
Kurang
Sabun yang dibuat dari asam miristat C
14
asam lemak jenuh mempunyai sifat optimum. Karena tidak ada minyak alam tunggal yang mengandung banyak C
14
. Lemak harus diblending atau dicampur menurut mutu akhir produk yang diharapkan. Sabun yang
banyak mengandung asam lemak laurat mempunyai sifat keras, cepat berbusa, dan cepat larut dalam air. Sabun dari lemak dengan rantai karbon panjang dan ketidakjenuhan yang
tinggi adalah lebih lunak, tetapi mempunyai daya membersihkan yang baik dalam air hangat. Lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung persentase tertinggi
asam lemak jenuh menghasilkan sabun yang teksturnya keras, kurang larut, dan sedikit berbusa.
Alkali tanah digunakan untuk penyabunan juga sangat penting dalam pembuatan sabun. Seperti sabun yang berasal dari garam natrium, biasanya lebih keras daripada
sabun yang berasal dari garam kalium. Iftikhar Ahmad, 1981
2.7.2.1 Titrasi Iodometri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I
-
iodide untuk menghasilkan I
2
. I
2
yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan
sebagai titrasi kembali. Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat
baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I
2
. I
2
yang terbentuk adalah equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I
2
ditentukan dengan menitrasi I
2
dengan larutan standar tiosulfat umumnya yang dipakai adalah Na
2
S
2
O
3
dengan indikator amilum jadi perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum I
2
sampai warna ini tepat hilang. Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut :
IO
3
- + 5 I
-
+ 6H
+
3I
2
+ H
2
O I
2
+ 2S
2
O
3 2-
2I
-
+ S
4
O
6 2-
Setiap mmol IO
3 -
akan menghasilkan 3 mmol I
2
dan 3 mmol I
2
ini akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S
2
O
3 2-
1 mmol I
2
tepat bereaksi dengan 2 mmol S
2
O
3 2-
sehingga mmol IO
3 -
ditentukan atau setara dngan 16 mmol S
2
O
3 2-
. Kita menitrasi langsung antara tiosulfat dengan analit, alasannya adalah karena analit yang bersifat
sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri.
Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion logam seperti BesiII. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi
Iodometri adalah sebagai berikut : Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal
ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I
2
dalam jumlah banyak, alasannya kompleks amilum-I
2
terdisosiasi sangat lambat akibatnya maka banyak I
2
yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada
media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum. Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara
bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi
bersifat koloid tampak keruh oleh kehadiran S. S
2
O
3 2-
+ 2H
+
H
2
SO
3
+ S Pastikan jumlah iodida yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit
tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera
maka I
-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I
2
. http:kimiaanalisa.web.id115
2.7.2.2 Standarisasi Larutan Tiosulfat