dari rumah ke rumah. Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi barang mewah.http:docs.google.comviewerocw.usu.ac.idcoursedownload-teknologi-
oleokimiatkk-322_handout_sabun.pdf Dalam sejarah pembuatan sabun, masing-masing negara memiliki sejarah
tersendiri serta teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi penemuan, diambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh bangsa Romawi kuno. Nama
Saposoapsabun menurut legenda Romawi kuno 2800 SM berasal dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang
tersebut kambing dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang
berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang – orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah
asal usul sabun dimulai. http:soapmakersdiary.wordpress.com20071031definisi- saponifikasi-dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun
2.2 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil sejenis sabun. Sabun merupakan salah satu bahan yang
digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun alat-alat lain. Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH dan Na
2
CO
3
maupun KOH dan K
2
CO
3
. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil
reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan
sabun, anatara lain : minyak zaitun olive oil, minyak kelapa coconut oil, minyak sawit palm oil, minyak kedelai soybean oil dan lain-lain. Masing-masing mempunyai
karakter dan fungsi yang berlainan. Wikipedia, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sabun
Sabun adalah garam logam alkali biasanya garam natrium dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C
16
dan C
18
, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam
air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan aditif seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu
dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah b enar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel micelles, yakni
segerombol 50 - 150 molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air. Ralph J. Fessenden, 1992
2.3.1 Sifat – sifat Sabun
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH
3
CH
2 16
COONa + H
2
O CH
3
CH
2 16
COOH + OH
-
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-
garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH
3
CH
2 16
COONa + CaSO
4
Na
2
SO
4
+ CaCH
3
CH
2 16
COO
2
Universitas Sumatera Utara
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun garam natrium dari asam lemak digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH
3
CH
2 16
yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik tidak suka air dan larut dalam zat organik sedangkan COONa
+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik suka air dan larut dalam air. Non polar : CH
3
CH
2 16
larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar. Polar : COONa
+
larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.3.2 Kegunaan Sabun
Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun :
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut
dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan minyak. 2.
Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tersuspensi. Ralph J. Fessenden, 1992
2.3.3 Cara Kerja Sabun Sebagai Penghilang Kotoran
Kebanyakan kotoran pada pakaian atau kulit melekat sebagai lapisan tipis minyak. Jika lapisan minyak ini disingkirkan, berarti partikel kotoran dapat dicuci. Molekul sabun
terdiri atas rantai seperti hidrokarbon yang panjang, terdiri atas atom karbon dengan gugus yang sangat polar atau ionik pada satu ujungnya. Bila sabun dikocok dengan air
akan membentuk dispersi koloid, bukannya larutan sejati, larutan sabun ini mengandung agregat molekul sabun yang disebut misel micelle. Rantai karbon nonpolar, atau
lipofilik, mengarah kebagian pusat misel. Ujung molekul yang polar, atau hidrofilik membentuk permukaan misel yang berhadapan dengan air. Pada sabun biasa, bagian luar
Universitas Sumatera Utara
dari setiap misel bermuatan negatif, dan ion natrium yang positif berkumpul di dekat
keliling setiap misel.
Dalam kerjanya untuk menyingkirkan kotoran, molekul sabun mengelilingi dan mengemulsi butiran minyak atau lemak. Ekor lipofilik dari molekul sabun melarutkan
minyak. Ujung hidrofilik dari butiran minyak menjulur ke arah air. Dengan cara ini, butiran minyak terstabilkan dalam larutan air sebab muatan permukaan yang negatif dari
butiran minyak mencegah penggabungan koalesensi. Hard Harold, 1984. Secara singkat cara kerja sabun sebagai penghilang kotoran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan meresap lebih cepat kepermukaan kain.
2. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan
molekul sabun membentuk suatu emulsi. 3. Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.3.4 Jenis-jenis Sabun
Jenis sabun yang utama adalah sabun mandi dan sabun cuci, kedua jenis sabun ini dibuat dengan beberapa cara. Sabun batangan yang ada di pasaran terdidri dari sabun mandi
kecantikan, sabun kesehatan atau sabun anti bakteri, sabun cair, dan sabun untuk air sadah. Beberapa persamaan terjadi karena sabun kesehatan batangan kesehatan
mempunyai bahan dasar lemak yang sama. Sabun mandi biasanya dibuat dari campuran lemak stearine dan minyak kelapa coconut natural oil atau CNO dengan perbandingan
8020 atau 9010, dan sabun yang mempunyai lemak yang berlebih mempunyai perbandingan 5050 atau 6040 dan ada yang 7 sampai 10 ditambahkan asam lemak
bebas juga. Sabun kesehatan mengandung bahan seperti Triclosan dan Tri Chloro Carban TCC yang merupakan dua senyawa yang banyak digunakan sebagai antimicrobial.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaanya secara khas yaitu 0,3-1,0 untuk triclosan, dan 1,0-1,5 triclorocarban. Keduanya termasuk kedalam amulgator dan dan dapat terdispersi atau terlarut dalam
pelarut yang sesuai, seperti parfum. Pada umumnya sabun yang akan diperdagangkan mengandung 10 sampai 30
air, dan jika sabun kekurangan air maka akan sulit larut. Hampir semua sabun memiliki parfum. Hal ini untuk menghilangkan aroma sabun yang asli. Sabun mandi dibuat dengan
bahan pilihan yang mengandung 10-15 pelembab. Jenis sabun batangan lainnya adalah sabun mandi kecantikan. Sabun mandi
kecantikan adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan tubuh dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat-zat gizi dan nutrisi yang
sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan mempertahankan kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika terjadi kerusakan sel
kulit. Pada sabun kecantikan busa harus lembut dan sifat basanya lebih rendah. Luis Spitz, 1996.
2.3.5 Metode - metode Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode-metode,
yang mana metode-metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing.
2.3.5.1 Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali NaOH atau KOH berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam ditambahkan
untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun
gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih
Universitas Sumatera Utara
lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung dengan melarutkan udara di
dalamnya. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.3.5.2 Metode Kontiniu
Metoda kontiniu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontiniu
dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian
dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun . http:www.scribd.comdoc 23977749
pembuatan-sabun Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida lemakminyak dengan
kaustik soda secara langsung untuk menghasilkan sabun. Proses saponifikasi ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses ini dilakukan secara kontiniu
sementara proses dengan ketel memakai sistem batch. Langkah pertama dari proses saponifikasi adalah pembentukan sabun dimana
trigliserida lemakminyak, kaustik soda, larutan elektrolit berupa garam natrium dan alkali dari natrium hiroksida NaOH di dalam autoklaf, dipanaskan dan diaduk pada suhu
120 C dan tekanan 2 Atm. Lebih dari 99.5 lemak berhasil disaponifikasi pada proses
ini. Hasil reaksi kemudian dimasukkan dalam sebuah pendingin berpengaduk dengan suhu 85-90
C. Disini hasil saponifikasi disempurnakan sehingga terbentuk 2 fase produknya yaitu sabun dan lye.
Sebanyak 1,2-1,4 NaCl ditambahkan kedalam sabun untuk mengontrol viskositas larutan. Larutan garam NaCl adalah elektrolit yang biasa digunakan untuk
mempertahankan agar viskositas sabun tetap rendah. Kemudian komponen ini diumpan ke turbidisper.
Universitas Sumatera Utara
Turbidisper, mikser, pompa untuk sirkulasi dan tangki netralisai merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda dicampur dalam
turbidisper yang dilengkapi dengan pengaduk. Dari turbidisper, campuran sabun, asam lemak, dan kaustik soda dialirkan dalam mixer yang dilengkapi dengan jeket pendingin
melalui bagian bawah mixer. Hasil pencampuran berupa asam lemak dan kaustik soda yang tidak bereaksi akan dikeluarkan lagi dari saluran dibagian samping mixer untuk
diumpan kembali ke turbidisper dengan bantuan pompa sirkulasi. Sabun yang masuk ke mixer diteruskan ke holding mixer kemudian sabun yang telah terbentuk dikeringkan.
Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35 pada sabun murni menjadi 8-18 pada sabun butiran atau lempengan.
Dalam pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum dan zat aditif lainnya dalam mixer. Campuran sabun ini kemudian
diteruskan untuk dimixing untuk mengolah campuran tersebut menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat
pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan
ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun tersebut merupakan tahap terakhir penyelesaian pembuatan sabun. Luiz Spitz,
1996
2.3.5.3 Metode Neat Soap
Dalam metode ini turunan trigliserida murni dipanaskan pada mixer dengan jacket panas. Separuh dari jumlah total alkali yang digunakan diumpankan secara perlahan-lahan
dengan laju alir volume sekitar 200 ml15-20 menit. Sisanya kemudian ditambahkan bersamaan dengan EDTA ethylene diamine tetra acetat dan natrium klorida. Natrium
klorida ditambahkan untuk mengurangi viskositas dari neat soap. EDTA digunakan sebagai zat anti oksidan dan juga sebagai pencegah kontaminasi logam dalam neat soap.
Dalam reaksi netralisasi asam lemak untuk menghasilkan sabun, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Suhu Operasi. Suhu yang tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi tetapi dengan pengadukan yang lambat. Selain itu, juga dapat meningkatkan selektivitas.
Biasanya, suhu operasi antara 80-95 C.
2. Tekanan Operasi. Peningkatan tekanan akan meningkatkan kinetika reaksi tetapi menurunkan selektivitas.
3. Pengadukan. Meningkatkan kecepatan pengadukan akan dapat meningkatkan kecepatan reaksi dan penurunan selektivitas yang besar.
4. Katalis. Penambahan katalis dapat meningkatkan kinetika reaksi dan sedikit memperkecil selektivitas.
Neat soap yang dihasilkan mengandung 60 total fatty matter TFM, diperoleh melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut :
1. Pengeringan. Neat soap dikeringkan untuk mengurangi kandungan airnya sebesar 10-15 . Jika kandungan air terlalu tinggi maka proses terlalu padat sehingga
proses berjalan lambat. 2. Pemurnian . Sabun Neat soap yang sudah dikeringkan akan dimurnikan dengan
menggunakan roll mill, plodder atau kombinasi keduanya. Dalam tahapan ini, neat soap dimanipulasi kedalam bentuk yang diinginkan, dihomogenkan agar terbentuk struktur
sabun yang kristal. Kemudian sabun dipadatkan dengan plodder. 3. Pemotongan dan pembungkusan. Proses selanjutnya adalah pemotongan sabun
kedalam bentuk noodle-noodle soap untuk selanjutnya dibungkus atau diolah ke tahapan berikutnya.
4. Pengolahan Noodle Soap. Perusahaan sabun biasanya membeli bahan baku sabun dalam bentuk noodle soap dan kemudian diolah oleh perusahaan tersebut ke
tahapan pengolahan berikutnya, seperti pemberian warna, pengharum, dan komponen lain yang dapat menjadikan sabun sebagai merk dagang. Yang pertama dilakukan dalam
memproduksi noodle soap untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sabun adalah sabun dipadatkan dan dibuat berbentuk silinder padat dan kemudian dibungkus. Spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
noodle soap yang diproduksi biasanya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perusahaan sabun yang akan menggunakannya sebagai bahan baku, bentuknya pun dibuat sedemikian
rupa agar kelihatan bagus seperti toilet soap, laundry soap, translucent soap dan lain-lain.
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789291464Chapter20II.pdf
Gambar 1. Contoh Soap Noodle
2.3.6 Tahap-tahap Pembuatan Sabun dalam Industri 2.3.6.1 Saponifikasi Penyabunan Minyak atau Lemak
Proses reaksi saponifikasi adalah proses mereaksikan minyak dan NaOH pada reaktor pada suhu ± 125
C dengan bantuan pemanas steam. Komposisi antara minyak dan NaOH dengan perbandingan 3 : 1, jika tidak maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang
sehingga akan didapat sabun yang kurang sempurna. Reaksi dilakukan selama 10 menit dengan bantuan agitator dan recycle pompa ke reaktor.
Minyak dan NaOH yang berada dalam storage tank tangki penyimpanan diumpankan ke reaktor lalu diinjeksikan steam sebesar 2 bar, selanjutnya ditambahkan
larutan garam NaCl brine 22. Hal ini dilakukan guna memperkaya elektrolit sehingga hasil reaksi antara minyak dan NaOH mudah dipisahkan pada proses selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Minyak yang direaksikan adalah campuran dari beberapa minyak dalam satuan bb yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun yaitu palm oil, palm
stearine, dan palm kernel oil dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai dengan formulasi yang telah ditetapkan untuk sabun yang akan diproduksi. Setelah reaksi
sempurna maka sabun dipompakan ke static separator untuk memisahkan antara sabun dan gliserol. Gliserol yang didapat hasil proses saponifikasi ini yang dijadikan sebagai
bahan baku untuk proses pembuatan gliserin yang disebut dengan spent lye dengan kemurnian gliserin 20-30.
Dalam static separator ini sabun akan terpisah dengan spent lye dan kemudian dilanjutkan atau dimasukkan ke washing coloumn sambil diumpankan fresh lye, untuk
memisahkan sabun, half spent lye, magnesium, dan logam-logam lain yang terkandung di dalamnya. Half spent lye yang dihasilkan diumpankan kembali ke reaktor. Fresh lye
larutan pencuci yang akan dimasukkan dicampurkan ke dalam washing coloumn ini terdiri dari larutan NaOH 48, larutan NaCl 22, dan air atau H
2
O. PT. Oleochem and Soap Industri, 2010
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada
kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
RCOOCH
2
CH
2
OH reaksi eksotermik
RCOOCH +
3 NaOH 3 RCOONa
+ CHOH
RCOOCH
2
CH
2
OH Minyak
Natrium Sabun
Gliserol Lemak
Hidroksida Garam
Natrium
Universitas Sumatera Utara
Reaksi saponifikasi dari Tallow, yang diwakili oleh asam stearat, dan palm stearine yang diwakili oleh asam palmitat, seperti halnya hasil teori dari sabun dan
gliserol dapat dengan baik dijelaskan dengan persamaan kimia di bawah ini :
CH
2
OOC-CH
2 16
-CH
3
CH
2
OH CHOOC -CH
2 16
-CH
3
+ 3 NaOH
CH
2
OH +
3CH
3
-CH
2 16
COONa CH
2
OOC-CH
2 16
-CH
3
CH
2
OH Tristearine
Natrium Gliserol
Natrium Hidroksida
10.33 Stearat
CH
2
OOC-CH
2 14
-CH
3
CH
2
OH CHOOC -CH
2 14
-CH
3
+ 3 NaOH
CH
2
OH +
3CH
3
-CH
2 14
COONa CH
2
OOC-CH
2 14
-CH
3
CH
2
OH Tripalmitin
Natrium Gliserol
Natrium Hidroksida
11.41 Palmitate
Asam palmitat hasil gliserol nya lebih tinggi 11.41 dibandingkan dengan asam stearat 10.33. Oleh karena itu, palm sterine akan menghasilkan jumlah gliserol
lebih tinggi daripada tallow, karena kandungan asam stearat yang lebih tinggi dalam molekulnya.
Minyak dan lemak mempunyai sifat yang berbeda selama proses pembuatan sabun seperti laju penyabunan, jumlah alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi dan kekuatan
Universitas Sumatera Utara
elektrolit untuk penggaraman. Keduanya juga mempunyai hasil sabun setengah jadi dan gliserin yang bervariasi. Iftikhar Ahmad, 1980
2.3.6.2 Netralisasi Neat Soap Sabun Hasil Saponifikasi
Setelah sabun telah dipisahkan di washing coloumn selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge Cf. Didalam centrifuge ini sabun ini juga dipisahkan antara lye dan neat
soapnya. Lye yang telah dipisahkan dikembalikan lagi ke washing coloumn sedangkan sabunnya dilanjutkan ke Neutralizer. Didalam neutralizer ini aditif yang dicampur adalah
Palm Kernel Oil PKO dan EDTA Ethylene Diamine Tetra Acetate. PKO ditambahkan dengan tujuan untuk memastikan kandungan kadar NaOH dalam neat soap sebesar
0,025 - 0,045. dan selanjutnya di transfer ke Crutcher. Didalam crutcher ini neat soap masih dicampur aditif yaitu EDTA dan Turpinal, kemudian diaduk agar homogen
kemudian dilanjutkan ke Feed Tank. PT. Oleochem and Soap Industri, 2010
2.3.6.3 Pengeringan Sabun
Setelah feed tank telah terisi maka neat soap direcycle untuk tahap pengeringan drying dan kemudian direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat Exchanger HE dengan
speed VLS 50 dan dengan speed feed tanknya 42 dengan tekanan 1,5 bar. Disetting secara perlahan-lahan. Setelah semuanya dalam kondisi yang telah disetting maka saatnya
diumpankan feeding ke atomizer dengan menjaga tekanan dan temperatur agar jangan sampai drop. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding
ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran yang kemudian disimpan dalam
suatu wadah penyimpanan soap noodle dikenal dengan nama Silo. PT. Oleochem Soap Industri, 2010
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi sabun murni yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi
dari 30-35 pada sabun murni menjadi 8-18 pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien dari pada
dryer sistem tunggal. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.3.6.4 Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer analgamator. Campuran sabun
ini klemudian diteruskan untuk dimixing untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun
batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.3.7 Flow Chart Pembuatan Sabun Soap Noodle dalam Industri
Universitas Sumatera Utara
2.3.8 Flow Chart Pembuatan Sabun Secara Umum Dibawah ini adalah proses saponifikasi yang biasanya digunakan untuk pembuatan sabun:
Iftikhar Ahmad, 1981
Minyak atau lemak tumbuhan hewan
Fullers Earth Pemurnian
Perlakuan awal Caustic Soda
Proses Penyabunan
Natrium Chlorida Pemisahan
Sabun Dadih Glycerine Mentah
Fitting Pemurnian
Neat Soap Glycerine Murni
Pengeringan, Pemotongan
Aditif Pengisi
Powdered Laundry Soap
Sabun Cuci Sabun Mandi
Universitas Sumatera Utara
2.4 Bahan Pembuatan Sabun 2.4.1 Bahan Baku
2.4.1.1 Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ±
28°C, sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang
rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air.
Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
2.4.1.2 Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk sabun tidak
mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut, dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Universitas Sumatera Utara
1. Tallow Lemak Sapi
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer temperatur
solidifikasi dari asam lemak, kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodine. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi
dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari
tallow berkisar antara 0,75-7,0 . Titer point pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease. Kandungan utama dari
tallow yaitu : asam oleat 40-45, asam palmitat 24-37, asam stearat 14-19, asam miristat 2-8, asam linoleat 3-4, dan asam laurat 0,2.
2. Lard Lemak Babi
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti asam oleat 60 ~ 65 dan asam lemak jenuh seperti asam stearat 35 ~ 40. Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
3. Palm Oil Minyak Sawit
Minyak umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah sawit. Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100
minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan bahan
lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44, asam oleat 35-40, asam linoleat 10, asam linolenat 0,3, asam arachidonat 0,3, asam laurat 0,3, dan
asam miristat 0,5-1.
Universitas Sumatera Utara
4. Coconut Oil Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi
daging buah yang dikeringkan kopra. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak miristat 13-19, asam palmitat 8-11, asam kaprat 6-10, asam
kaprilat 5-9, asam oleat 5-8, asam stearat 1-3, dan asam linoleat 2.
5. Palm Kernel Oil Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52, asam miristat 14-18, asam oleat 11-19, asam palmitat 7-9, asam kaprat 3-7, asam
kaprilat 3-5, asam stearat 1-3, dan asam linoleat 2.
6. Palm Oil Stearine Minyak Sawit Stearin
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah asam palmitat 52-58 dan asam oleat 27-32. Selain itu juga terdapat asam linoleat 6,6-8,2, asam stearat 4,8-5,3, asam miristat 1,2-1,3, asam laurat 0,1-
0,4.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut paus dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh asam oleat yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi
parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Universitas Sumatera Utara
8. Castor Oil Minyak Jarak
Biji tanaman jarak terdiri dari 75 daging biji, dan 25 kulit. Daging biji jarak ini bisa memberikan rendemen 54 minyak. Minyak yang dihasilkan dari biji tanaman jarak
dikenal sebagai minyak jarak. Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai
massa jenis 0,957-0,963 kgliter, bilangan iodium 82-88 g I
2
100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOHg. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai
senyawa ester. Gliserida tersebut tersusun dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak yang terdapat pada gliserida maupun asam lemak bebas bisa dibuat menjadi sabun bila
direaksikan dengan kaustik dan reaksi tersebut dikenal dengan saponifikasi. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86, asam oleat 8,5,
asam linoleat 3,5, asam stearat 0,5-2,0, asam dihidroksi stearat 1-2. G. Brown, 1973
9. Olive Oil Minyak Zaitun
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang
keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga
mengandung triasilgliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen
dari total asam lemak dalam minyak zaitun. http:albahar.wordpress.com20070613keistimewaan-minyak-zaitun
10. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
Universitas Sumatera Utara
stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
. Tabel 2.1. Sumber Asam Lemak dan Sifat Garam Natrium
SIFAT GARAM NATRIUM
Jenis Rumus
Sumber Utama Kekerasan
Kelarutan Kinerja
Daya Daya Membersihkan
Asam Lemak Molekul
Sabun dalam air
dalam air keras Busa
Air Dingin
Air Hangat
Air Panas
ASAM LEMAK JENUH :
Lauric C
11
H
23
COOH Minyak kelapa, PKO
√√√ √√√
√√√ √√√
√√√ √√√
√√√ Miristat
C
13
H
23
COOH Minyak kelapa, PKO
√√√ √√√
√√ √√
√√ √
√ Palmitat
C
15
H
31
COOH Palm Stearin, Palm Oil,
√√√ √√
√√ √
√ √
√√ Tallow, Rice Bran Oil,
Cottonseed Oil Stearat
C
17
H
35
COOH Tallow
√√√ √√
√ x
x √
√√√ ASAM LEMAK TAK JENUH :
Oleat C
17
H
33
COOH Semua minyak sayur,
√ √√
√√ -
- -
- Palm Stearin, Palm Oil,
Tallow dan teaseed oil Linoleat
C
17
H
31
COOH Cottonseed, Jagung,
x √√√
- -
- -
- kacang, ricebran, rubber-
seed, safflower, kedelai minyak bunga matahari
Linolenat C1
7
H
30
COOH Kedelai, ricebran,
x √√
- -
- -
- cottonseed, minyak-
bunga matahari Ricinoleat
C
17
H
32
OHCOOH Castor Oil
√√ √√
- √
√ √
√
Keterangan :
√√√ : Sangat Baik
√√ : Baik
√ : Cukup
Iftikhar Ahmad, 1981 Tabel 2.2 menunjukkan titik leleh dari daftar asam lemak yang pada umumnya ditemukan
dalam bentuk asam karboksilat dan gliserol dalam lemak dan minyak. Komponen asam lemak yang umumnya ditemukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan merupakan
trigliserida yang mengandung atom karbon dengan jumlah yang sama dalam rantai
Universitas Sumatera Utara
hidrokarbon yang tidak mempunyai cabang. Rantai hidrokarbon yang panjang dari asam lemak mungkin dalam bentuk jenuh atau mengandung satu atau lebih karbon-karbon
ikatan rangkap. Ralph J. Fessenden, 1982 Tabel 2.2. Titik Leleh dari Beberapa Asam Lemak
Jenis Asam Lemak Jumlah
Atom C Formula
Titik Leleh
o
C
Asam Lemak Jenuh :
Laurat 12
CH
3
CH
2 10
COOH 44
Myristat 14
CH
3
CH
2 12
COOH 58
Palmitat 16
CH
3
CH
2 14
COOH 63
Stearat 18
CH
3
CH
2 16
COOH 70
Arachidat 20
CH
3
CH
2 18
COOH 75
Asam Lemak Tidak Jenuh :
Palmitoleat 16
CH
3
CH
2 5
CH=CHCH
2 7
COOH 32
Oleat 18
CH
3
CH
2 7
CH=CHCH
2 7
COOH 7
Linoleat 18
CH
3
CH
2 4
CH=CHCH
2
CH=CHCH
2 7
COOH -5
Linolenat 18
CH
3
CH
2
CH=CH-CH
2
CH=CHCH
2
-CH=CHCH
2 7
-COOH -11
Arachidonat 20
CH
3
CH
2 4
CH=CHCH
2 4
CH
2
CH
2
COOH -50
2.4.1.3 Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na
2
CO
3
, NH
4
OH, dan ethanolamines sinonim : 2-Aminoethanol, monoethanolamine, dengan rumus kimia C
2
H
7
NO, dan formulasi kimia NH
2
CH
2
CH
2
OH. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na
2
CO
3
abu sodanatrium karbonat merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam
lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida minyak atau lemak. Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun
Universitas Sumatera Utara
yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan
sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
2.4.2 Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi pegendapan sabun dan pengambilan gliserin sampai sabun menjadi produk
yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl garam dan bahan-bahan aditif.
http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
2.4.2.1 Garam NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun
dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam brine atau padatan kristal. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan
gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
2.4.2.2 Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan
aditif tersebut antara lain : builders, fillers inert, antioksidan, pewarna,dan parfum.
http:majarimagazine.com200907bahan-pembuatan-sabun
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.2.1 Builders Bahan PembentukPenguat
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak
dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Umumnya yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa
senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun 2.4.2.2.2 Filler Bahan Pengisi
Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi filler untuk menekan biaya supaya lebih murah. Adanya perbedaan komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan sifat fisik
berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula. Untuk memperoleh sabun yang memperoleh sabun yang , berwarna putih, gravity spesifik 4,17, tidak larut dalam air
panas dan dingin. TiO
2
ada dalam tiga kristal : anatase, brookit, dan rutile. Biasanya diperoleh secara sintetik.
Rutile adalah bentuk yang stabil terhadap perubahan suhu apabila diperoleh secara luas sebagai monokristal yang transparan. Titanium dioksida digunakan dalam elektrolit,
plastic dan industri keramik karena sifat listriknya. Selain itu, ia sangat stabil terhadap perubahan suhu dan resisten terhadap serangan kimia. Ia tereduksi sebagian ole hidrogen
dan karbon monoksida. Titanium oksida murni dipreparasi dari titanium tetraklorida yang dimurnikan dengan destilasi ulang. Kegunaan titanium oksida antara lain dalam vitreus
enamel, industri elektronik, katalis dan pigmen zat warna. TiO
2
adalah zat warna putih yang dominan di usaha karena mempunyai sifat : indeks refraksi tinggi dan non toksik.
Supena, 2007 Filler bahan pengisi ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan
baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek
Universitas Sumatera Utara
ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan
sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.4.2.2.3 Bahan Antioksidan
EDTA ethylene diamine tetra acetate ditambahkan dalam sabun untuk membentuk kompleks pengkelat ion besi yang mengkatalis proses degradasi oksidatif. Degradasi
oksidatif akan memutuskan ikatan rangkap pada asam lemak membentuk rantai lebih pendek, aldehid dan keton yang berbau tidak enak. EDTA adalah reagen yang bagus,
selain membentuk kelat dengan semua kation, kelat ini juga cukup stabil untuk metode titriametil. Supena, 2007
Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun terutama pada bau tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium hiposulfid, dan natrium tiosulfat diketahui
dapat digunakan sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent. Farid
Kurnia, 2009
2.4.2.2.4 Bahan Pewarna Coloring Agent
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-
sabun
2.4.2.2.5 Bahan Pewangi fragrances
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas
sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal
Universitas Sumatera Utara
dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9 gml. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram g dapat
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum
ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan
jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan
harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower. http:www.scribd.comdoc23977749pembuatan-sabun
2.5 Kriteria Pemilihan Lemak dan Minyak dalam Pembuatan Sabun
Sabun adalah garam natrium asam lemak. Asam lemak fatty acid yang digunakan untuk membuat sabun diperoleh dari minyak dan lemak yang berasal dari sayuran atau hewan.
Biaya produksi dan sifat karakteristik dari sabun sebagian besar tergantung pada jenis dan sifat dari berbagai minyak dan lemak yang digunakan. Karena konstituennya lebih dari
90 dari bahan baku ini. Pertimbangan ketika memilih suatu campuran lemak untuk pembuatan sabun,
bahwa harus mengandung perbandingan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang tepat, panjang dan pendeknya rantai asam lemak untuk memberikan kualitas yang diharapkan
seperti stabilitas, daya larut, mudah berbusa, kekerasan, dan kemampuan atau daya membersihkan setelah menjadi produk jadi. Lemak yang biasa digunakan dalam
pembuatan sabun adalah coconut oil, palm kernel oil minyak inti sawit, tallow, palm stearine atau palm oil. Grade kedua yaitu sabun cuci, dimana lemak atau minyak yang
biasa digunakan yaitu acid oil, rosin, dan soft oil juga dapat digunakan. Persentase tertinggi dari lemak mengandung asam laurat lauric acid dan asam miristat myristic
acid membuat sabun mempunyai sifat mudah larut dalam air dingin dan mempunyai sifat pembusaan yang baik. Sabun yang terbuat dari lemak lunak soft fats dan yang
mengandung persentase tertinggi asam lemak tak jenuh membuat sabun menjadi sangat
Universitas Sumatera Utara
larut dalam air. Sedangkan lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung persentase tertinggi asam lemak jenuh rantai panjang memberikan kekerasan sabun.
Dengan mencampurkan lemak-lemak berbeda memungkinkan untuk memperoleh sabun jadi dengan sifat-sifat optimum untuk kegunaan yang diharapkan. Faktor-faktor
teknis-ekonomis di bawah perlu diperhatikan oleh pembuat sabun ketika memilih komposisinya.
a. Ketersediaan mengenai lemak atau minyak dan biayanya.
b. Stabilitas dan perlakuan awal yang dibutuhkan.
c. Karakteristik teknis analisis, contohnya bilangan penyabunan, faktor INS Iodine