INSTRUMEN KEUANGAN lanjutan FINANCIAL INSTRUMENTS continued

PT KRAKATAU STEEL PERSERO TBK DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Tahun yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Disajikan dalam jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain PT KRAKATAU STEEL PERSERO TBK AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 Expressed in millions of Rupiah, Unless Otherwise Stated 109

31. KEBIJAKAN DAN

TUJUAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN lanjutan MANAJEMEN RISIKO

31. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES continued

RISK MANAGEMENT Risiko utama yang timbul dari instrumen keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan adalah risiko suku bunga, risiko mata uang, risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko harga. Kepentingan untuk mengelola risiko ini telah meningkat secara signifikan dengan mempertimbangkan perubahan dan volatilitas pasar keuangan baik di Indonesia maupun internasional. Direksi Perusahaan menelaah dan menyetujui kebijakan untuk mengelola risiko-risiko yang dirangkum di bawah ini. The main risks arising from the Company’s and Subsidiaries’ financial instruments are interest rate risk, foreign exchange rate risk, credit risk, liquidity risk and price risk. The importance of managing these risks has significantly increased in light of the considerable change and volatility in both Indonesian and international financial markets. The Company’s Directors review and approve the policies for managing these risks which are summarized below.

a. Risiko suku bunga atas nilai wajar dan arus kas

a. Fair value and cash flow interest rate risk

Risiko suku bunga atas nilai wajar atau arus kas adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa datang dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur Perusahaan dan Anak Perusahaan terhadap risiko perubahan suku bunga pasar terutama terkait dengan hutang bank jangka pendek dan pinjaman jangka panjangnya. Fluktuasi suku bunga mempengaruhi biaya atas pinjaman baru dan bunga atas saldo pinjaman Perusahaan dan Anak Perusahaan yang dikenakan suku bunga mengambang. Fair value and cash flow interest rate risk is the risk that the fair value or future cash flows of a financial instrument will fluctuate because of changes in market interest rates. The Company and Subsidiaries are exposed to the risk of changes in market interest rates relates primarily to their short-term bank loans and long-term loans. Interest rate fluctuations influence the cost of new loans and the interest on the outstanding variable rate loans of the Company and Subsidiaries. Pada tanggal 31 Desember 2010, 7 dari hutang Perusahaan dan Anak Perusahaan dikenakan suku bunga tetap. As of December 31, 2010, 7 of the Company’s and Subsidiaries’s debts have fixed interest rate. Kebijakan Perusahaan terkait dengan risiko suku bunga adalah dengan mengelola biaya bunga melalui kombinasi pinjaman dengan suku bunga tetap dan variabel. Perusahaan mengevaluasi perbandingan suku bunga tetap terhadap suku bunga mengambang dari hutang bank jangka pendek dan pinjaman jangka panjang sejalan dengan perubahan suku bunga yang relevan di pasar uang. Berdasarkan penilaian manajemen, pembiayaan baru akan ditentukan harganya pada suku bunga tetap atau mengambang. The Company‘s policies relating to interest rate risk are to manage interest cost through a mix of fixed and variable rate debts. The Company evaluates the fixed to floating ratio of its short- term bank loans and long-term loans in line with movements of relevant interest rates in the financial markets. Based on management’s assessment, new financing will be priced either on a fixed or floating rate basis. Analisis sensitivitas untuk risiko suku bunga Pada tanggal 31 Desember 2010, jika tingkat suku bunga pinjaman meningkatmenurun sebesar 50 basis poin dengan semua variabel konstan, laba sebelum pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut lebih rendahtinggi sebesar Rp7.015, terutama sebagai akibat kenaikanpenurunan biaya bunga atas pinjaman dengan tingkat bunga mengambang. Sensitivity analysis for interest rate risk As of December 31, 2010, had the interest rate of the loans been 50 basis points higherlower with all other variables held constant, income before tax for the year then ended would have been Rp7,015 lowerhigher, mainly as a result of higherlower interest expense on loans with floating interest rates. PT KRAKATAU STEEL PERSERO TBK DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Tahun yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Disajikan dalam jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain PT KRAKATAU STEEL PERSERO TBK AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 Expressed in millions of Rupiah, Unless Otherwise Stated 110

31. KEBIJAKAN DAN

TUJUAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN lanjutan MANAJEMEN RISIKO

31. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES continued

RISK MANAGEMENT b. Risiko mata uang

b. Foreign exchange rate risk

Risiko mata uang adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa datang dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan nilai tukar mata uang asing. Eksposur Perusahaan dan Anak Perusahaan terhadap fluktuasi nilai tukar terutama berasal dari hutang bank jangka pendek, pinjaman jangka panjang, piutang usaha dari penjualan dalam mata uang asing dan hutang usaha dari pembelian dalam mata uang asing. Foreign exchange rate risk is the risk that the fair value or future cash flows of a financial instrument will fluctuate because of changes in foreign exchange rates. The Company’s and Subsidiaries’ exposure to exchange rate fluctuations results primarily from short-term loans, long-term loans, trade receivables from sales in foreign currencies and trade payables from purchases in foreign currencies. Untuk mengelola risiko mata uang, Perusahaan menandatangani beberapa kontrak swap valuta asing. Kontrak ini dicatat sebagai transaksi yang tidak ditetapkan sebagai lindung nilai dimana perubahan nilai wajar dibebankan atau dikreditkan langsung pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. To manage foreign exchange rate risks, the Company entered into several foreign exchange swap contracts. These contracts are accounted for as transactions not designated as hedges, wherein the changes in the fair value are charged or credited directly to consolidated statement of income for the year. Apabila penurunan nilai tukar mata uang Rupiah berlanjut melemah dari nilai tukar yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2010, hutang bank jangka pendek, pinjaman jangka panjang dan hutang usaha dalam mata uang asing akan meningkat dalam mata uang Rupiah. Namun, peningkatan kewajiban ini akan dihapus oleh peningkatan nilai kas dan setara kas dan piutang usaha dalam mata uang asing. Pada tanggal 31 Desember 2010, sebanyak 28 dari hutang Perusahaan dan Anak Perusahaan dalam mata uang Dolar A.S. dilindungi dari risiko nilai tukar mata uang asing dengan menandatangani beberapa kontrak swap valuta asing. To the extent the Indonesian Rupiah depreciated further from exchange rates in effect at December 31, 2010, short-term bank loans, long-term loans and trade payables denominated in foreign currencies would increase in Indonesian Rupiah terms. However, the increases in these obligations would be offset by increases in the values of foreign currency-denominated cash and cash equivalents and trade receivables. As of December 31, 2010, 28 of the Company’s and Subsidiaries’ U.S. dollar-denominated debts were hedged from exchange rate risk by entering into several foreign exchange swap contracts. Aset dan kewajiban moneter Perusahaan dan Anak Perusahaan dalam mata uang asing pada tanggal 31 Desember 2010 disajikan pada Catatan 34. Monetary assets and liabilities of the Company and Subsidiaries denominated in foreign currencies as of December 31, 2010 are presented in Note 34. Analisis sensitivitas untuk risiko mata uang asing Pada tanggal 31 Desember 2010, jika nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing menurunmeningkat sebanyak 10 dengan semua variabel konstan, laba sebelum pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut lebih rendahtinggi sebesar Rp262.729, terutama sebagai akibat kerugiankeuntungan translasi kas dan setara kas, piutang usaha, hutang usaha dan pinjaman dalam mata uang asing. Sensitivity analysis for foreign currency risk As of December 31, 2010, had the exchange rates of the Rupiah against foreign currencies depreciatedappreciated by 10 with all other variables held constant, income before tax for the year then ended would have been Rp262,729 lowerhigher, mainly as a result of foreign exchange lossesgains on the translation of cash and cash equivalents, trade receivables, trade payables and loans denominated in foreign currencies.