Enterobius vermicularis Cacing Kremi

185 Dunia Hewan

b. Ascaris lumbricoides Cacing Askaris

Cacing ini dapat terbawa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang telah tercemar. Telur cacing dapat keluar bersama tinja manusia. Telur cacing yang masuk ke dalam usus akan menetas menjadi larva, kemudian larva akan berkembang menjadi cacing baru. Cacing ini akan mengambil makanan dan mengisap darah penderita cacingan sehingga keadaan orang yang menderita cacingan akan terlihat pucat dan perutnya buncit.

c. Ancylostoma duodenale Cacing Tambang

Telur cacing ini dapat keluar melalui tinja manusia. Jika telur ini terdapat di tempat yang becek, telur akan menetas menjadi larva. Jika larva ini terinjak oleh orang yang tidak beralas kaki, cacing akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit kaki yang kemudian masuk ke dalam jantung, paru-paru, dan tenggorokan. Jika tertelan ke dalam perut, larva akan berkembang menjadi cacing di dalam perut. Cacing ini akan mengisap darah penderita sehingga penderita menjadi pucat karena kekurangan darah. Sebagian besar cacing Nemathelminthes adalah endoparasit baik pada hewan dan manusia, misalnya, cacing kremi, cacing tambang, dan cacing filaria. Pencegahan penyakit tersebut dapat dicapai dengan cara mempertinggi sanitasi lingkungan dan higiene tubuh untuk memutus daur hidup cacing. Bagaimanakah cara memutus daur hidup cacing gilig? Tu g a s Bersama teman kalian, buatlah bagan reproduksi cacing tambang. Kemudian, gambarlah dan terangkan

5. Cacing Gelang Annelida

Lintah Hirudo medicinalis, pacet Haemadipsa sp., dan cacing tanah Lumbricus terestris yang berbuku-buku atau beruas-ruas seperti gelang merupakan contoh Annelida. Cacing ini dapat hidup di dalam tanah, air tawar, dan di air laut. Hewan ini telah memiliki sistem digesti, saraf, ekskresi, dan reproduksi majemuk. Selain itu, hewan ini telah dilengkapi dengan pembuluh yang di dalamnya terdapat darah yang bersirkulasi. Sebagian besar cacing ini menghasilkan larva bersilia yang disebut larva trokofor. Cacing tanah bersifat menguntungkan karena berperan dalam mempercepat pembusukan sampah dan pelapukan humus sehingga dapat membantu dalam menyuburkan tanah. Cacing tanah ini bersifat hermafrodit karena mempunyai dua alat kelamin dalam satu tubuh. Meskipun demikian, perkawinan tetap dilakukan secara silang karena pematangan sel telur dan sperma tidak terjadi secara bersamaan. Annelida hampir sama dengan Nematoda. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada Tabel 9.1. Tabel 9.1 Tabel 9.1 Tabel 9.1 Tabel 9.1 Tabel 9.1 Perbedaan Annelida dan Nematoda N o . N o . N o . N o . N o . Perbedaan Perbedaan Perbedaan Perbedaan Perbedaan Annelida Annelida Annelida Annelida Annelida Nematoda Nematoda Nematoda Nematoda Nematoda 1. Bentuk tubuh Gilig, bersegmen, terdapat kepala, mata, dan Gilig, tidak bersegmen, dan tidak tentakel berkepala Gambar 9.12 Cacing askaris Sumber: http:www.dr.natura.com Gambar 9.13 Cacing tambang Sumber: http:www.dr.natura.com Gambar 9.14 Lintah Sumber: http:alpha.fmarion.edu Biologi X 186 2. Selom Terbagi dalam kompartemen dan berdinding Pseudosoelom, berdinding mesoderm, epitel dan berotot 3. Mulut Sedikit majemuk Majemuk 4. Sistem Ada sirkulasi darah Tidak ada sirkulasi darah sirkulasi darah 5. Seks Diesius atau hermafrodit Diesius, beberapa Nematoda ada yang hermafrodit 6. Fertilisasi Di luar tubuh Di dalam tubuh 7. Larva Bersilia Tidak bersilia Annelida dibagi menjadi 7 kelas, yaitu Archiannelida, Polychaeta, Myzostoma, Oligochaeta, Hirudinea, Echiurida, dan Gephyrea. Namun, hanya tiga kelas yang dibahas dalam buku ini, yaitu sebagai berikut.

a. Kelas Polychaeta

Polychaeta biasa hidup di dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut dan aktif di waktu malam. Struktur tubuh terdiri atas kepala, faring menonjol, berahang, dikelilingi peristomium, dan beratap prostomium. Peristium terdiri atas empat buah mata, dua tentakel pendek, dua palpus, dan empat tentakel panjang. Setiap segmen, kecuali segmen terakhir, memiliki parapedia yang dilengkapi banyak setae. Setae inilah yang digunakan untuk menggali pasir di celah bebatuan. Contohnya, Nereis sp. Nereis sp. merupakan cacing pendiam dengan sistem digesti yang dimulai dari faring, esofagus yang bermuara dalam dua kantong kelenjar dan menuju usus yang berkontraksi secara teratur. Terdapat sistem respirasi di dalam kulitnya dan telah memiliki pembuluh darah yang mengandung pigmen darah merah hemoglobin. Pengeluaran sisa zat makanan dilakukan tiap segmen oleh sepasang nefridium, kecuali segmen terakhir. Sistem sarafnya telah dilengkapi dengan ganglion serebral otak yang dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh dua saraf sirkumesofageal, kemudian dihubungkan ke belakang saraf ventral bercabang lateral yang terdapat dalam tiap segmen dan terlihat sebagai tonjolan segmen. Sistem indra penerima saraf supraesogageal terdiri atas palpus dan tentakel. Selain itu, juga telah terdapat empat buah mata sederhana yang masing-masing terdiri atas kornea, lensa, dan retina. Sistem reproduksi lebih metameris dibandingkan dengan cacing tanah. Cacing ini bersifat hermafrodit . Testis dan ovarium terbentuk dalam dinding selom dan tersusun segmental. Gamet yang sudah matang akan keluar dari dinding. Pembuahan terjadi di dalam air dan zigot tumbuh menjadi trokofor. Contoh lain dari cacing ini adalah cacing palolo Eunince viridis dan cacing wawo Lysidice oele. Kedua cacing ini mengandung protein yang tinggi dan banyak terdapat di Maluku. Pada saat musim tertentu, akan muncul di permukaan laut dalam jumlah yang besar.

b. Kelas Oligochaeta

Sebagian besar cacing ini hidup di dalam air tawar atau di darat. Oligochaeta bersifat hermafrodit, tidak berparapodia, dan mempunyai beberapa setae. Kepala belum jelas dan beberapa kelas tidak membentuk larva trokofor, contohnya, Aelosoma sp., Chaetogaster sp., Rhinodrilus fafneri, Megacolides australis, dan Lumbricus terrestris cacing tanah.