2.2.2. Kecemasan Saat Praktikum
Karakter pendidikan keperawatan mengalami banyak perubahan beberapa tahun terahir. Jones dan Johnston 1997 menemukan bahwa
mahasiswa keperawatan tidak hanya tertekan karena tugas kuliah, namun juga berbagai stres yang berkaitan dengan perkuliahan, seperti
ketakutan akan gagal ujian, tidak adanya waktu luang, dan panjangnya jam kuliah Kanji, White, dan Ernst, 2004.
Penelitian membuktikan bahwa simulasi merupakan stres dan menjadi masalah bagi siswa keperawatan. Beberapa siswa melaporkan
adanya gejala kecemasan saat pembelajaran simulasi praktikum. Beberapa siswa juga melaporkan mengalami gejala kecemasan berat
saat melakukan simulasi pada semua mata kuliah Cato, 2013. Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan simulasi pada program
keperawatan di Universitas of New Hampshire Gosselin, 2013. Siswa melaporkan adanya peningkatan kecemasan dan stres ketika
mereka ditonton oleh fakultas pengajar dari jendela ruang kontrol selama melakukan praktikum Horsley, 2012. Afolayan et al. 2013
mengamati bahwa sekitar 30 siswa keperawatan mengalami kecemasan terutama saat ujian, pemeriksaan, dan presentasi.
Para peneliti menemukan bahwa kecemasan pada siswa dapat mempengaruhi kinerja akademik siswa Horsley, 2012. Meskipun
sindrom kecemasan saat simulasi tidak nyata benar-benar ada, namun gejala dan hasil negatif memang ada dan harus diatasi. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko dan memastikan keberhasilan praktikum Blazeck, 2010.
2.2.3. Pengaruh Kecemasan Mahasiswa
Literatur pendidikan
keperawatan menyebutkan
bahwa kecemasan dalam pengaturan klinis dapat mempengaruhi hasil
pembelajaran dan kemampuan klinis siswa Cook, 2005. Stres yang dialami siswa tidak selamanya menjadi pengalaman negatif dalam
lingkungan belajar. Joel 2006 berpandangan bahwa stres juga dapat meningkatkan pembelajaran, pada waktu dan taraf tertentu. Jadi stres
yang menyebabkan kecemasan dapat berpengaruh positif dan negatif Cato, 2013.
Stres pada siswa dapat menyebabkan kecemasan yang kemudian dapat menggganggu akademik siswa dengan menurunkan kemampuan
koping. Stres dan kecemasan tingkat tinggi dapat menghambat memori dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang pada
gilirannya daat mempengaruhi kinerja akademik dan belajar siswa Beddoe dan Murphy, 2004 dalam Moscaritolo, 2009.
Afolayan et al. 2013 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kecemasan merupakan penyebab umum dari buruknya
penampilan akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian. Kecemasan yang dialami mempengaruhi siswa secara fisiologis dan
psikologis. Beberapa siswa tidak dapat melakukan tindakan secara lengkap saat mereka dalam keadaan cemas. Evaluasi terhadap
kecemasan yang dialami siswa perlu dilakukan. Dalam sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami siswa
memprovokasi adanya penurunan motivasi belajar siswa dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian, bukan pada
kemampuan belajar mereka Elcigil dan Yildrim, 2007 dalam Mellincavage, 2008.
2.2.4. Penanganan Kecemasan Mahasiswa
Kecemasan pada mahasiswa dapat mempengaruhi belajar dan kinerja siswa. Hal ini penting bagi pihak institusi untuk melakukan
penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa melalui dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif.
Bahkan lebih baik lagi jika pihak institusi keperawatan melakukan integrasi strategi penurunan kecemasan siswa kedalam kurikulum
pendidikan yang diterapkan Purfeerst, 2011. Ada banyak strategi yang diajukan oleh para ahli untuk
menurunkan kecemasan mahasiswa keperawatan. A. Pelatihan Autogenik
Autogenik adalah kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah pernyataan positif kepada diri sendiri dalam keadaan relaksasi
Barnabas, 2008. Asmadi menyatakan bahwa tehnik relaksasi autogenik mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya
seseorang harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra, doa, atau zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru