Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

terlibat karena siswa menggunakan alat dan bahan serta melakukan pengukuran. Keterampilan sosial terlibat karena siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja sama atau berkelompok. Materi Laju reaksi dalam Kimia adalah materi pelajaran yang memiliki konsep yang harus dikuasai siswa. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek pendidik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. 8 Atas dasar itulah, konsep- konsep dalam materi laju reaksi harus dapat ditegaskan dengan melakukan pembuktikan dalam suatu percobaan praktikum. Praktikum tersebut dapat dilakukan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran dari adanya permasalahan di atas. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar atau siswa. 9 Namun, perlu adanya penelitian mengenai seberapa besarkah pengaruh model pembelajaran tersebut dan apakah ada pengaruh secara signifikan keterampilan proses sains yang dikembangkan melalui pembelajaran tersebut. Atas dasar inilah penulis mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Laju Reaksi.” 8 Trianto, Op. Cit.,, h. 5. 9 Zulfiani, dkk., Loc. Cit.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Penggunaan pembelajaran konvensional yang kurang efektif dalam pembelajaran IPA. 2. Kondisi pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih mengembangkan kebiasaan berpikir mandiri. 3. Keterampilan proses sains sebagai kemampuan dasar siswa pada pembelajaran IPA tidak mejadi penilaian utama dalam evaluasi praktikum di sekolah. 4. Pengukuran hasil belajar yang kebanyakan hanya mengukur aspek kognitif dan kurang memunculkan penilaian aspek keterampilan proses.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi laju reaksi.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi laju reaksi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains pada materi laju reaksi.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, dapat membantu dalam pembelajaran sains khususnya kimia dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan KPS siswa. 2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains. 3. Bagi sekolah, dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih inovatif diharapkan dapat meningkatkan mutu kinerja guru dan kemampuan para siswanya. 4. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap KPS pada materi laju reaksi. 5. Bagi para peneliti, dapat dijadikan masukan untuk melakukan penelitian sejenis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sains. 7

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang perilaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. 1 Menurut Joyce dalam Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. 2 Kata “inquiry” dalam bahasa Inggris berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Dapat diartikan bahwa inkuiri sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 3 Menurut Jerome Brumer dalam Trianto, bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan 1 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung: Raja Grafindo Persada, 2010, h. 131. 2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007, h. 5. 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet. 7, h. 196. prinsip-prinsip agar siswa memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. 4 Belajar menemukan merupakan cara belajar yang akan memberikan hasil yang terbaik. Selain itu, dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Salah satu model pembelajaran penemuan ini adalah inkuiri. Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto, bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. 5 Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah atau mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Semua keterampilan tersebut merupakan bagian keterampilan proses sains. Salah satu prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat mengkonstruks sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. 6 Menurut Rutherford dan Ahlgren dalam Zulfiani, menyatakan pengertian Scientific inquiry inkuiri ilmiah tidak begitu saja diambil dari konteks penyelidikan tertentu. Namun, inkuiri ilmiah lebih tepat dikaitkan dengan tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada pengetahuan ilmiah. Walaupun inkuiri ilmiah seolah-olah dikaitkan dengan sebagian tindakan saintis profesional, namun setiap orang dapat melatih kemampuan inkuiri ilmiahnya dari segala sesuatu yang menarik dalam kehidupannya sehari-hari. 7 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan proses komunikasi dua arah antara guru 4 Trianto, Op. Cit., h. 26. 5 Ibid., h.136 6 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 119. 7 Ibid., h. 120.