Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sehingga pemahamannyapun kurang mendalam dalam merencanakan percobaan serta menggunakan alat dan bahan. Menurut Nuryani Y.
Rustaman bahwa keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika
kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Namun
apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang dikerjakannya maka perolehannya kurang bermakna dan memerlukan waktu
lama untuk menguasainya.
4
Perbedaan nilai hasil posttest paling rendah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlihat pada keterampilan interpretasi data
yaitu sebesar 96,40 untuk kelas eksperimen dan 94,59 untuk kelas kontrol, hanya terpaut nilai sebesar 1,81. Hal itu dikarenakan kegiatan demonstrasi
yang diberikan dapat mengajak siswa pada kelas kontrol untuk ikut mengamati, mengukur maupun memperkirakan perhitungan yang kemudian
dapat mereka sajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik dan diagram. Pada dasarnya kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
telah terlatih dalam menafsirkan data, sehingga kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data dengan baik.
Interpretasi data dapat dilatih kepada anak-anak sesuai jenjang pendidikannya. Seperti yang dikemukakan oleh Conny bahwa semakin tinggi
tingkat sekolah anak, latihan-latihan menginterpretasi data yang lebih sulit dapat diberikan kepada anak sesuai dengan tingkat berpikirnya.
5
Berdasarkan hasil observasi mengenai aktifitas keterampilan proses sains pada saat pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, khususnya keterampilan proses sains. Dalam kegiatan
observasi yang dilakukan pada dua pertemuan diketahui bahwa keterampilan proses sains yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung sangat
4
Nuryani, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas Negeri Malang, 2005, h. 86.
5
Conny, Op. Cit., h. 30.
dinamis. Hal ini sejalan dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mengetahui sesuatu bukan hanya fakta, konsep dan prinsip saja, tetapi
menekankan pada penemuan. Zulfiani, dkk mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dilakukan dengan
kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada proses.
6
Pengukuran keterampilan proses sains dalam penelitian ini menuntut siswa untuk menggunakan semua kemampuan yang dimiliki, baik itu
kemampuan intelektual, fisik maupun sosial. Samana mengungkapkan, keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang strategis,
mendayagunakan semua daya fungsi diri siswa, bersifat generis, bersasaran utuh serta kemanusiaan, dan sekaligus meningkatkan sosialisasi diri siswa.
7
Hasil perbandingan antara posttest siswa yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan posttest siswa yang belajar dengan
menerapkan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa kelompok yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada
kelompok yang menerapkan metode demonstrasi. Artinya model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses
sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, demikian halnya dengan kimia.
Pembelajaran sains dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan siswa aktif dalam kegiatan laboratorium sehingga siswa
memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai fakta dan konsep tentang materi yang dipelajari. Hal itu sesuai dengan ungkapan Roth dalam Nuryani
yaitu melalui kegiatan praktikum, siswa melakukan observasi, membuat prediksi, membuat hipotesis, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
6
Zulfiani, Op. Cit., h. 52.
7
Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional PPSI dan Pertimbangan Metodologisnya,
Yogyakarta: Kanisius, 1992, h. 111.
tentang konsep yang dipelajari melalui berbagai fakta langsung sehigga konsep tersebut menjadi lebih nyata dan bermakna bagi siswa.
8
Aspek keterampilan proses sains yang diukur pada penelitian ini sebanyak tujuh aspek. Yaitu, aspek observasi, berhipotesis, merencanakan
percobaan, menggunakan alat dan bahan, interpretasi data, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Gambar dibawah ini menunjukkan peningkatan
persentase keterampilan proses sains hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.
Gambar 4.2
Persentase pretest dan posttest Keterampilan Proses Sains Kelompok Eksperimen
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa persentase keterampilan proses sains tertinggi adalah merencanakan percobaan, interpretasi data,
menggunakan alat dan bahan, berkomunikasi, berhipotesis, menerapkan konsep dan berhipotesis. Aspek keterampilan proses sains yang memiliki
persentase tertinggi setelah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing
8
Nuryani Rustaman, Strategi Pembelajaran Biologi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h. 9.6.
26.58 16.22
21.62 16.22
20.72 7.21
12.5 71.62
81.98 96.62
84.23 96.4
72.07 82.09
pretest posttes
adalah merencanakan percobaan yaitu sebesar 96,62 dan persentase terendah adalah keterampilan berhipotesis yaitu sebesar 71,62.
Keterampilan proses sains observasi memiliki persentase terendah yaitu persentase pretest sebesar 26,58 dan posttest sebesar 71,62. Meskipun
peningkatan persentase hanya mencapai 71,62 setelah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing, akan tetapi peningkatan persentase aspek
observasi ini cukup tinggi, yaitu sebesar 45,04. Adanya peningkatan pada aspek observasi menunjukkan bahwa siswa telah mampu menggunakan
sebanyak mungkin inderanya untuk melakukan sebuah pengamatan dan juga mampu menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan. Keterampilan proses sains berhipotesis memiliki persentase pretest
sebesar 16,22 dan posttest sebesar 81,98, sehingga mengalami peningkatan sebesar 65,76 setelah diberikan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Keterampilan berhipotesis dimunculkan pada tahap eksplorasi dimana siswa harus membuat dugaan sementara dari percobaan yang akan
dilakukan. Hipotesis muncul berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan sebelumnya.
Keterampilan proses sains merencanakan percobaan memiliki persentase pretest sebesar 26,58 dan posttest 96,62, sehingga mengalami
peningkatan 70,04. Dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kemampuan merencanakan percobaan yang lebih baik setelah pembelajaran menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Adanya peningkatan pada aspek merencanakan percobaan menunjukkan bahwa siswa telah mampu
merencanakan penelitian dengan secara mandiri menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, obyek yang akan diteliti, faktor atau variabel yang
perlu diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
Keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan memiliki persentase pretest sebesar 16,22 dan posttest sebesar 84,23, sehingga
mengalami peningkatan persentase sebesar 68,01 setelah diberikan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat membantu siswa dalam melakukan percobaan. Siswa diharapkan dapat
menggunakan alat dan bahan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan sebuah percobaan.
Keterampilan proses sains interpretasi data memiliki persentase pretest sebesar 20,72 dan posttest sebesar 96,40, sehingga mengalami
peningkatan sebesar 75,68 setelah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Keterampilan interpretasi data adalah salah satu keterampilan
penting yang harus dikuasai siswa. Dimana siswa dapat mencatat atau menyajikan data dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik atau diagram.
Keterampilan proses sains menerapkan konsep memiliki persentase pretest
sebesar 7,21 dan posttest sebesar 72,07 , sehingga memiliki peningkatan persentase sebesar 64,86 setelah diberikan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan model inkuiri terbimbing siswa sudah mampu menggunakan konsep yang dipelajari
pada situasi baru. Keterampilan proses sains berkomunikasi memiliki persentase pretest
sebesar 12,50 dan posttest sebesar 82,09, sehingga memiliki peningkatan persentase sebesar 69,59 setelah diberikan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain.
63