Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

14 Pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar belajar dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif harus memiliki unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan belajar dalam kelompok biasa. Dengan pelaksanaan prosedur yang benar, model pembelajaran kooperatif memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif Suprijono, 2011. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua bentuk kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ketika mencapai hasil pembelajaran yang maksimal harus memiliki lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu Lie, 2008, h.31: a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka. d. Komunikasi antar anggota. e. Evaluasi proses pokok

4. Model Pembelajaran

Predict-Observe-Explain POE Model pembelajaran POE memerlukan tahap saat peserta didik harus memprediksi dan mencatat hasil dari alasan yang mendukung prediksinya. Peserta didik kemudian berusaha menggambarkan konsep yang diperkenalkan oleh guru, selanjutnya mengobservasi dan mencatat hasil observasi. Jika peserta didik menemukan ketidaksesuaian antara prediksi dan hasil obsevasi maka peserta didik harus dapat menjelaskan kemungkinan alasan yang ada Treagust, Mthembu Chandrasegaran, 2014. 15 Tahap-tahap dalam model pembelajaran POE, yaitu guru sebelumnya akan memberikan sedikit pendahuluan mengenai apa yang akan mereka pelajari dan apa yang akan guru lakukan dalam proses pembelajaran. Tahap selanjutnya yaitu: a. Predict memprediksi, pada tahap ini guru akan meminta peserta didik untuk menuliskan prediksi tentang apa yang akan terjadi. Selain menuliskan prediksinya, peserta didik diminta untuk menuliskan alasan mereka menulis prediksi tersebut. b. Observe mengobservasi, pada tahap ini guru akan melakukan demonstrasi ataupun menunjukkan video tentang materi yang dipelajari. Pada tahap ini peserta didik diberikan waktu untuk melakukan observasi serta mencatat hasil observasi yang mereka lakukan. c. Explain menjelaskan, pada tahap explain ini peserta didik diminta memberikan menuliskan penjelasan dari prediksi yang mereka miliki dan hasil observasi yang mereka peroleh. Setelah menuliskan penjelasan di kertas, peserta didik diminta menyampaikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas, kemudian didiskusikan bersama teman satu kelas Joyce, 2006. Model POE memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara kongkrit, sehingga peserta didik memiliki pemahaman yang benar dan kuat terhadap materi yang dipelajari. Menurut Chris Joyce model pembelajaran POE ini sangat efektif karena: a. Pada model pembelajaran POE ini pada awal pertemuan peserta didik diminta memprediksi apa yang akan terjadi, maka mereka akan dengan penuh perhatian mengobservasi apa yang ditampilkan. 16 b. Menulis prediksi-prediksi, membuat peserta didik ingin mengetahui jawaban yang benar. c. Menanyakan prediksi dari peserta didik, memberikan gambaran bagi guru tentang indikator teori yang dimiliki peserta didik. d. Menjelaskan dan mengevaluasi prediksi-prediksi yang ada dan mendengarkan berbagai prediksi dari peserta didik lain membantu peserta didik untuk mengevaluasi pelajaran mereka sendiri dan mengoordinasi pengetahuan yang benar Joyce, 2006

5. Model Pembelajaran

Think-Pair-Share TPS Model pembelajaran TPS dikembangkan oleh Frank Lyman, juga Spencer Kagan bersama Hassard. Banyak ahli menyebut model TPS ini dengan istilah yang berbeda. Lundgreen menyebut model ini dengan Turn to Your Neighbor, sedangkan Johnson dan Johnson menyebut dengan istilah Turn to Your Partner Warsono Hariyanto, 2012. Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural. Model TPS memberikan lebih banyak kesempatan pada peserta didik untuk berpikir, menjawab, saling berdiskusi dan saling membantu Suprihatiningrum, 2016. Pada model ini kegiatan diawali dengan tahap “Thinking”, yaitu guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya adalah tahap “pairing”, pada tahap ini peserta didik diminta untuk berpasangan dengan peserta didik lain. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan pertanyaan dan penyelesaiannya. Dalam diskusi ini peserta didik dapat memperdalam makna dari 17 jawaban yang telah diperoleh secara individu. Ta hap selanjutnya adalah “Sharing”, setiap pasangan mengemukakan hasil diskusi yang telah dilakukan kepada seluruh kelas. Dalam tahap ini diharapkan terjadi tanya jawab antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperkaya pengetahuan dan dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari Suprijono, 2011.

6. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir Kritis adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia pada era global ini. Sering kita menghadapi suatu keadaan yang menuntut kita untuk berpikir kritis, karena tuntutan tersebut istilah berpikir kritis menjadi sangat populer di dunia pendidikan. Saat ini guru sangat tertarik untuk mengajarkan keterampilan berpikir kritis dari pada melakukan pembelajaran hanya dengan memberikan informasi satu arah. Menurut John Dewey, berpikir kritis adalah suatu pertimbangan yang aktif, terus-menerus dan teliti kepada suatu pengetahuan atau keyakinan yang meyakinkan dipandang dari berbagai alasan-alasan pendukungnya dan kesimpulan- kesimpulan yang menjadi definisinya. Selain itu berpikir kritis juga dikatakan sebagai kegiatan aktif yang selalu memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam, mengajukan berbagai macam pertanyaan dan menemukan informasi yang relevan kepada diri kita sendiri ketimbang menerima informasi tersebut secara mentah- mentah Fisher, 2009. Menurut Eward Glaser, berpikir kritis adalah kemauan untuk berpikir lebih mendalam tentang masalah-masalah yang kita alami, mencari tahu tentang metode- metode penalaran yang lebih logis tentang masalah-masalah tersebut, serta mampu