97
3. Korelasi antara Pemahaman Guru Kimia Kelas XI terhadap Kurikulum
2013 dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Kimia Kelas XI SMA di Kabupaten Kulon Progo
Korelasi antara pemahaman Guru Kimia kelas XI terhadap Kurikulum 2013 dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia di Kabupaten
Kulon Progo dapat diuraikan secara deskriptif untuk masing-masing aspek.
a. Responden S1
1 Perencanaan Pembelajaran Kimia
Pada kuesioner tentang pemahaman Kurikulum 2013 pada aspek perencanaan pembelajaran kimia yang diisi oleh responden S1 diperoleh hasil
rerata sebesar 75,00 baik. Berdasarkan analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kimia, diketahui bahwa responden S1 sudah melaksanakan
perencanaan pembelajaran kimia sebesar 89,31 sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara hasil kuesioner tentang pemahaman
Kurikulum 2013 dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada aspek perencanaan pembelajaran kimia. Responden S1 telah menerapkan perencanaan pembelajaran
kimia dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan baik yang dilengkapi dengan LKS dan seperangkat instrumen pembelajaran yang dianjurkan
pada pembelajaran Kurikulum 2013.
2 Proses Pembelajaran Kimia
Pada kuesioner tentang pemahaman Kurikulum 2013 pada aspek proses pembelajaran kimia yang diisi oleh responden S1 diperoleh hasil rerata sebesar
58,33 cukup. Namun berdasarkan hasil kuesioner dan observasi di kelas
98
tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 pada aspek proses pembelajaran kimia diperoleh rerata sebesar 84,47 sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan antara pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk responden S1 menunjukkan perbedaan yang sangat jauh. Hal ini dapat dijelaskan dengan
mengacu pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden S1 tersebut. Pada hasil wawancara, responden S1 merasa belum dapat melaksanakan
pembelajaran Kurikulum 2013 dengan baik, karena banyak yang belum dikuasai hal-hal yang dianjurkan Kurikulum 2013 untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, ketika mengisi kuesioner yang diberikan, responden S1 banyak mengisi bahwa pemahamannya kurang. Kekurangan rasa
percaya diri menyebabkan hasil kuesioner responden S1 berada pada kategori cukup. Pada kenyataannya, ketika pelaksanaan proses pembelajaran yang
sesungguhnya di kelas, hasil observasi menunjukkan rerata yang relatif tinggi, bahkan lebih tinggi dari kuesioner yang diisi oleh responden S1 itu sendiri.
Dengan demikian, responden S1 memiliki kelemahan berupa rasa percaya diri atas kemampuannya yang sangat kurang. Hal ini terbukti observer melihat bahwa
sesungguhnya responden tersebut sangat baik dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
3 Penilaian Pembelajaran Kimia
Pada kuesioner tentang pemahaman Kurikulum 2013 pada aspek penilaian pembelajaran kimia yang diisi oleh responden S1 diperoleh hasil rerata sebesar
75,00 baik. Namun berdasarkan hasil kuesioner dan observasi di kelas tentang
99
pelaksanaan Kurikulum 2013 pada aspek penilaian pembelajaran kimia diperoleh rerata sebesar 59,02 cukup baik. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan
antara hasil kuesioner pemahaman dengan pelaksanaan penilaian pembelajaran kimia. Hal ini dapat dipahami, karena hampir sebagian besar guru memiliki
pemahaman yang baik terhadap sistem penilaian Kurikulum 2013, tetapi mereka mengalami kendala dalam hal implementasinya karena berbagai sebab,
diantaranya kurangnya waktu untuk menerapkan semua sistem penilaian yang dianjurkan dan kurangnya contoh instrumen penilaian aspek afektif dan psikomo-
torik. Di samping itu guru relatif kurang kreatif dalam mengembangkan kemam- puan menilai, terutama mengembangkan instrumen penilaian yang baru.
Secara keseluruhan, rata-rata pemahaman responden S1 terhadap Kurikulum 2013 sebesar 69,44 baik. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner,
observasi, dan dokumentasi yang menyatakan rata-rata pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran kimia oleh responden S1 sebesar 75,79 baik.
b. Responden S2