SURVEI PEMAHAMAN DAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 OLEH GURU KIMIA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KULON PROGO.

(1)

SURVEI PEMAHAMAN DAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 OLEH GURU KIMIA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

LENI SULENI

NIM 11303241014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Survei Pemahaman dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia Kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kulon Progo” yang disusun oleh Leni Suleni, NIM 11303241014 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

I Made Sukarna, M. Si NIP. 19530901 198601 1 001

Ketua Penguji

--- --- Karim Theresih, SU

NIP. 19560824 198303 1 002

Sekretaris Penguji

--- --- Dr. Das Salirawati, M. Si

NIP. 19651016 199203 2 001

Penguji I (Utama)

--- ---

Yogyakarta,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan,

Dr. Hartono


(5)

HALAMAN MOTTO

Hatiku tenang karena mengetahui apa yang melewatkanku tidak

akan pernah menjadi takdirku dan apa yang menjadi takdirku tidak

akan pernah melewatkanku (Umar Bin Khattab).

Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan

Allah hingga ia pulang (HR. Tirmidzi).

Percayalah bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati (anonim).

Keberhasilan bukan sesuatu untuk ditunggu, melainkan sesuatu yang

harus dicapai.


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil tugas akhir skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Allah SWT, Sang pemilik kehidupan, yang telah memberikan kesempatan hidup sampai saat ini.

 Ibu dan Bapak sebagai motivasi terbesar dalam hidup saya yang selalu mendukung dan mendo’akan yang terbaik untuk saya.

 Suami yang selalu mendukung dan membimbing saya.  Dua adik saya yang masih harus terus saya bimbing.

 Keluarga besar civitas akademika UNY yang telah mendukung setiap aktivitas perkuliahan saya.

 Ranger KSI MIST FMIPA UNY sebagai sumber inspirasi dan keluarga kedua saya yang selalu menginspirasi dan menebar manfaat.

 Sahabat seperjuangan Pendidikan Kimia A 2011 FMIPA UNY yang telah mengajarkan banyak hal.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Survei Pemahaman dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia Kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kulon Progo”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia di FMIPA UNY. Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini penulis mengalami beberapa kendala, namun akhirnya dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Jaslin Ikhsan, Ph. D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

4. Sukisman Purtadi, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 5. I Made Sukarna, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

arahan, saran, motivasi, dan koreksi pada penulisan skripsi ini.

6. Dr. Das Salirawati, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan penguji utama atas nasihat, motivasi, dan masukan dalam proses kuliah dan skripsi ini. 7. Karim Theresih, SU selaku Sekretaris Penguji atas arahan dan saran yang


(8)

Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala bantuan yang diberikan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan kimia.

Yogyakarta, 25 Januari 2017


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Deskripsi Teori ... 9

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Desain Penelitian ... 35


(10)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

D. Populasi Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(11)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Ketuntasan Belajar (Kompetensi Pengetahuan dan

Keterampilan)………... 28

Tabel 2. Daftar Nama dan Alamat SMA Kabupaten Kulon Progo... 29

Tabel 3. Kisi-Kisi Panduan Kuesioner Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013………... 40

Tabel 4. Kisi-Kisi Panduan Kuesioner Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan RPP)... 40

Tabel 5. Kisi-Kisi Panduan Kuesioner dan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013... 41

Tabel 6. Kisi-Kisi Panduan Kuesioner Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran... 41

Tabel 7. Kisi-Kisi Panduan Wawancara……….... 41

Tabel 8. Pedoman Konversi Persentase Skor……….... 43

Tabel 9. Tingkat Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013... 45

Tabel 10. Tingkat Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia SMA Kelas XI... 46

Tabel 11. Korelasi antara Pemahaman Guru Kimia Kelas XI dengan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Kimia………. 47

Tabel 12. Hasil Kuesioner Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013... 49

Tabel 13. Hasil Analisis RPP (Perencanaan Pembelajaran)... 50

Tabel 14. Hasil Kuesioner dan Observasi Proses Pembelajaran Kimia berdasarkan Kurikulum 2013... 51

Tabel 15. Hasil Kuesioner Penilaian Pembelajaran Kimia pada Kurikulum 2013... 52

Tabel 16. Kendala Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia Kelas XI di Kabupaten Kulon Progo……….. 53


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Grafik Korelasi antara Tingkat Pemahaman Guru dan Tingkat

Pelaksanaan Kurikulum 2013... 48 Gambar 2. Grafik Tingkat Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian………... 111

Lampiran 2. Lembar Validasi Instrumen Penelitian……….... 129

Lampiran 3. Format RPP (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014) 130 Lampiran 4. Kondisi Responden………... 131

Lampiran 5. Hasil Penelitian………... 132

Lampiran 6. Analisis Data Penelitian………... 156

Lampiran 7. Hasil Lengkap Analisis Data Penelitian………... 161

Lampiran 8. KI dan KD Kimia Kelas XI…….………... 195

Lampiran 9. Surat Keterangan Ijin Penelitian Pemda DIY...………….. 197

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Pemkab Kulon Progo.………... 198

Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian SMA N 1 Wates... 199

Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian SMA N 2 Wates... 200

Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian SMA N 1 Sentolo………….. 201


(14)

SURVEI PEMAHAMAN DAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 OLEH GURU KIMIA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KABUPATEN KULON PROGO Oleh:

Leni Suleni 11303241014

Pembimbing: I Made Sukarna, M. Si ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013, tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, dan mengetahui kendala yang dihadapi guru kimia SMA kelas XI dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang populasinya adalah seluruh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo dan sampelnya sebanyak tiga guru yang diambil dengan teknik purpossive sampling. Data dalam penelitian ini diambil melalui kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis persentase, analisis korelasisecara deskriptif, dan analisis wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemahaman guru kimia dan pelaksanaan Kurikulum 2013 berturut-turut sebesar 78,50% (baik) dan 76,74% (baik). Hasil wawancara menunjukkan beberapa kendala yang dihadapi guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, yaitu kesulitan dalam membuat LKS yang lengkap dengan materi ajar, pedoman penskoran dan kunci jawaban, kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, pembuatan instrumen penilaian terlalu banyak, dan guru belum dapat melakukan penilaian sikap, serta belum menerapkan penilaian antar teman.

Kata Kunci: pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013, guru kimia, Kulon Progo


(15)

SURVEY OF UNDERSTANDING AND 2013 CURRICULUM IMPLEMENTATION

BY 11TH GRADE SENIOR HIGH SCHOOL CHEMISTRY TEACHERS

IN KULON PROGO REGENCY Author:

Leni Suleni 11303241014

Supervisor: I Made Sukarna, M. Si ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the percentage of understanding rate of 11th grade senior high school chemistry teachers in Kulon Progo Regency on 2013 Curriculum, knowing percentage of implementation rate of the 2013 curriculum by 11th grade senior high school chemistry teachers in Kulon Progo Regency in terms of lesson planning, process of learning, and assessment of learning, and knowing the obstacles which are faced by 10th grade senior high school chemistry teachers in implementing Curriculum 2013.

This research is a descriptive research with quantitative approach whose population is the entire 11th grade senior high school chemistry teachers in Kulon Progo Regency, and the sample as many as four teachers were taken by random sampling technique. The data in this study were drawn through questionnaires, observations, interviews, and documentation. Data analysis technique which is used is quantitative descriptive analysis with percentage analysis technique, product moment correlation analysis, and analysis of interviews.

The results showed that the average rate of understanding of chemistry teachers and the implementation of curriculum 2013,respectively for 78.50% (good) and 76.74% (good). The results of the interview showed some of the obstacles which are faced by teachers in the implementation of curriculum 2013 on chemistry lessons in 11th grade senior high school in Kulon Progo Regency, difficulty in making worksheet students complete with teaching materials, guidelines scoring and key answers, the difficulty in carrying out contextual learning, making the instrument appraisal too much, and teachers have not been able to assess attitudes, as well as apply assessments yet between friends


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjadi indikator kemajuan negara. Semakin tinggi perkembangan dan tingkat pendidikan di suatu negara, mengindikasikan negara tersebut semakin maju. Saat ini pendidikan Indonesia sedang tidak begitu baik. Pada tahun 2011, hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan peringkat Indonesia berada pada posisi 40 dari 42 negara pada bidang literasi sains (Anies R. Baswedan, 2014: 17). Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia sedang menghadapi tantangan. Keadaan pendidikan Indonesia yang masih kurang baik tidak lepas dari kurikulum karena kurikulum akan menentukan arah dan tujuan pendidikan suatu negara.

Kurikulum adalah suatu program yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogram, direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Kurikulum merupakan komponen yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Guru memegang peranan yang penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum, selain itu guru juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Demikian halnya dengan pengembangan kurikulum yang menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam membentuk kompetensi


(17)

pribadi peserta didik (Mulyasa, 2006: 162). Oleh karena itu, keberhasilan dari pengembangan kurikulum juga bergantung pada manajemen dari setiap guru.

Pengembangan Kurikulum 2013 tidak terlepas dari tantangan internal dan eksternal dalam mengahadapi era globalisasi. Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 tahun 2013, tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan dan perkembangan penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat Internasional. Selain itu, pengembangan Kurikulum 2013 juga didasarkan pada penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, dan penguatan materi.

Kurikulum 2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari segi persiapan. E. Mulyasa (2013: 37) mengatakan bahwa kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana di lapangan membuat para guru masih banyak yang kebingungan terhadap Kurikulum 2013. Faridah (2014: 10) menambahkan bahwa setelah satu tahun berjalan secara bertahap, pelaksanaan Kurikulum 2013 mengalami sejumlah kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya, antara lain terkait dengan anggaran, kesiapan pemerintah dalam menyiapkan perangkat kurikulum, kesiapan guru, sosialisasi, dan distribusi buku.

Perubahan yang terdapat pada Kurikulum 2013 salah satunya adalah adanya pendekatan dan penilaian baru, yaitu pendekatan saintifik dan penilaian otentik menuntut persiapan guru untuk menerapkan secara konsisten dalam


(18)

pembelajaran. Pada Kurikulum 2013, jumlah jam mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sebanyak 4 jam pelajaran. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia SMA kelas XI diperlukan pemahaman guru kimia terhadap Kurikulum 2013. Pemahaman tersebut meliputi tiga aspek, yaitu aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia.

Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014, RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada Kurikulum 2013, proses pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Pada Kurikulum 2013, salah satu penilaian baru dalam pembelajaran yaitu menggunakan penilaian otentik. Menurut Permendikbud Nomor 66 tahun 2013, penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk


(19)

menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Pada Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 juga menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Selain penilaian otentik, terdapat beberapa standar penilaian pendidikan meliputi penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, penilaian antarteman, dan penilaian berdasarkan observasi.

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai provinsi pelajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo telah menunjuk tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupapaten Kulon Progo untuk melaksanakan Kurikulum 2013. Tiga sekolah tersebut yaitu SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates, dan SMA Negeri 1 Sentolo dan telah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan tentang Kurikulum 2013.

Sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 yang telah diberikan kepada tiga SMA tersebut bertujuan agar para guru dapat memahami Kurikulum 2013 dan dapat melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan baik, baik dari segi perencanaan, proses, maupun penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013, maka diperlukan penelitian tentang pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia agar dapat diperoleh informasi/data secara empirik tentang Kurikulum 2013.


(20)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Globalisasi menuntut adanya peningkatan mutu kualitas SDM sehingga mampu ikut bersaing dalam tataran nasional dan internasional yang dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan.

2. Upaya peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah telah mengganti KTSP dengan menerapkan Kurikulum 2013. Hal ini diperlukan sosialisasi dan pelatihan guru tentang Kurikulum 2013.

3. Sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 secara optimal belum dapat memberikan pemahaman yang baik kepada seluruh guru, termasuk guru kimia. 4. Banyaknya instrumen penilaian pada Kurikulum 2013 membuat para guru

mengalami kesulitan baik dari cara pembuatannya maupun pelaksanaannya. 5. Kurangnya pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 baik dari aspek

perencanaan, proses, maupun penilaian pembelajaran menyebabkan pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadi kurang optimal.

C.Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang muncul berkaitan dengan pelakasanaan Kurikulum 2013, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini lebih memfokuskan pada tingkat pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru Kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo.


(21)

2. Pemahaman guru kimia dibatasi pada pemahaman guru kimia terhadap tahap perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia yang sesuai dengan kaidah Kurikulum 2013.

3. Tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia dibatasi pada aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia yang telah dilakukan.

4. Tahap perencanaan pembelajaran kimia dibatasi pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh guru kimia SMA kelas XI.

5. Tahap proses pembelajaran kimia dibatasi pada proses pembelajaran di kelas mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013 serta tidak lepas dengan penerapan pendekatan saintifik.

6. Tahap penilaian pembelajaran kimia dibatasi pada instrumen penilaian yang dipakai oleh guru Kimia SMA kelas XI dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Penilaian tersebut meliputi penilaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

7. Kendala yang dihadapi guru kimia pada pelaksanaan Kurikulum 2013 diperoleh melalui wawancara.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


(22)

1. Seberapa besar tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013?

2. Seberapa besar tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia?

3. Apa saja kendala yang dihadapi guru kimia kelas XI dalam melaksanakan Kurikulum 2013?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI di Kabupetan Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013.

2. tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupetan Kulon Progo ditinjau dari perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia.

3. kendala yang dihadapi guru kimia SMA kelas XI dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik untuk mahasiswa, guru kimia, maupun pemerintah.

1. Bagi mahasiswa, untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa program studi pendidikan terhadap masalah pendidikan yang dialami Indonesia.


(23)

2. Bagi guru kimia, sebagai sarana untuk mengeluarkan aspirasi tentang pelaksanaan Kurikulum 2013.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan evaluasi penerapan Kurikulum 2013, dan bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijakan terkait dengan pendidikan.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Pengertian Kurikulum

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar (Wina Sanjaya, 2006: 2). Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di sekolah yang memuat sejumlah pelajaran-pelajaran yang harus di tempuh peserta didik di suatu sekolah, sehingga timbul kesan seolah belajar di sekolah hanya sekedar mempelajari buku-buku teks yang sudah ditentukan sebagai bahan belajar.

Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar, mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan peserta didik di dalam maupun di luar sekolah, asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggungjawab guru (sekolah). Kegiatan itu tidak terbatas pada kegiatan intra maupun ekstra.


(25)

2. Kurikulum 2013

Pada salinan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (2013: 1 – 3), Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan


(26)

PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir.

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. 8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu


(27)

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif.

2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).

3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

e. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Menurut Kemendikbud (2013: 3-4) Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.


(28)

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya

dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

g. Kompetensi dasar dikembangkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

4. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013: 4).


(29)

5. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran (2013: 1) strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Dalam arti bahwa kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus.

Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.


(30)

Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.

Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan dari Kompetensi Inti (KI)-3 dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 4 – 5).

6. Peran Guru dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013

Guru merupakan bagian terpenting dalam sebuah pembelajaran karena guru terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, sosialisasi Kurikulum 2013 harus benar-benar menyentuh guru. Keberhasilan


(31)

implementasi kurikulum 2013 sangat tergantung dengan kompetensi yang dimiliki guru. Dalam PP 74 tahun 2008 disebutkan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Buchari, dkk (2010: 135-138) menjelaskan kompetensi-kompetensi tersebut sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

b. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur, sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Beberapa kompetensi kepribadian guru, antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, tenggang rasa dan toleran, terbuka dan demokratis, sabar dalam menjalankan profesi keguruannya, mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya, memahami tujuan pendidikan, mampu menjalin hubungan insani, memahami kelebihan dan kekurangan diri, serta kreatif dan inovatif dalam berkarya. c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya

sebagai bagian dari yang tak terpisahkan dari masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, ikut secara aktif dalam proses pembangunan. Ruang lingkup kompetensi sosial guru meliputi terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik, bersikap simpatik, dapat bekerjasama dengan dewan pendidikan/komite sekolah, pandai bergaul, dan memahami lingkungannya.


(32)

d. Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Cooper dalam Buchari, dkk (2010: 138), terdapat 4 komponen kompetensi profesional, yaitu mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Jika kompetensi guru ini tinggi, guru dapat dengan optimal dalam menjalankan pembelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi jika kompetensi guru rendah, proses pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain tuntutan menonjolkan keempat kompetensi tersebut, dalam Kurikulum 2013 guru juga dituntut untuk dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan pancaindra peserta didik, karena dalam Kurikulum 2013 guru tidak lagi memberitahu kepada peserta didik, tetapi peserta didik yang aktif mencari tahu. Dengan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan pancaindra, potensi peserta didik dapat berkembang secara otentik ke dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik sesuai dengan harapan pemerintah.

Nana (2013: 191) menambahkan peran guru dalam proses pengem-bangan kurikulum meliputi tiga tahap, yaitu tahap perancangan, pelaksanaan, dan penilaian. Tahap perancangan berkenaan dengan seluruh kegiatan yang menghasilkan dokumen kurikulum (kurikulum tertulis), tahap pelaksanaan kurikulum atau implementasi kurikulum meliputi kegiatan menerapkan semua


(33)

rancangan yang tercantum dalam kurikulum tertulis, dan tahap penilaian kurikulum meliputi kegiatan pcnilaian terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan kurikulum.

7. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 terdapat 3 aspek, yaitu aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia.

a. Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. (Jones at. al dalam Mulyani Sumantri, 1988: 95)

Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Abdul Majid (2011: 18) penyusunan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pembelajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hidayat dalam


(34)

Abdul Majid (1990: 11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:

1) Memahami kurikulum. 2) Menguasai bahan ajar.

3) Menyusun program pengajaran. 4) Melaksanakan program pengajaran.

5) Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Pada Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pelajaran; (6) metode pembelajaran; (7) media, alat dan sumber belajar; (8) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (9) penilaian.

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau


(35)

awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

Komponen dan sistematika RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format yang mengikuti Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 seperti pada Lampiran 3.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Pada Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 Pedoman Umum Pembelajaran menjelaskan bahwa tahap kedua dalam standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan


(36)

a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional.

c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.


(37)

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagai-nya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event).

a) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.


(38)

Situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri, dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

c) Mengumpulkan informasi

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

d) Mengasosiasikan

Informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya, yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kegiatan tersebut merupakan kemampuan dalam mengasosiasikan berbagai informasi menjadi sesuatu yang bermakna bagi peserta didik.


(39)

e) Mengomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

c. Penilaian Pembelajaran

Dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.


(40)

Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. 1) Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinam-bungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks


(41)

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.


(42)

a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan

3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera pada Tabel 1 berikut.


(43)

Tabel 1. Ketuntasan Belajar (Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan) Nilai Ketuntasan

Pengetahuan dan Keterampilan

Rentang Angka Huruf

3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B

2,51 – 2,84 B-

2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D

Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.

8. Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas XI

Mata pelajaran Kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (E. Mulyasa, 2006: 133).

Pada silabus Kimia dalam Kurikulum 2013, materi pokok kimia SMA di kelas XI meliputi senyawa hidrokarbon, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan asam dan basa, stoikiometri reaksi dan titrasi asam-basa, larutan penyangga, hidrolisis garam, kelarutan dan hasil kali kelarutan, serta koloid.


(44)

9. Kabupaten Kulon Progo

Kabupaten Kulon progo merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat. Luas Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,54 hektar, secara administratif terbagi menjadi 12 kecamatan yang meliputi 88 desa dan 930 dusun. Jumlah SMA/MA di Kabupaten Kulon Progo adalah 20 SMA/MA, baik SMA/MA negeri maupun swasta. Daftar nama sekolah jenjang SMA di kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 3 (http://pendidikan.kulonprogokab.go.id).

Tabel 3. Daftar Nama dan Alamat SMA Kabupaten Kulon Progo

10. Survei

Menurut Sugiyono (2009: 6), metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi


(45)

peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, wawancara terstruktur, ataupun test. Sedangkan menurut Nasution (2008: 25), suatu penelitian survei atau survei bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Survei dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupun eksperimental.

Nasution (2008: 26) menjelaskan mutu surveitergantung pada: a. Jumlah orang yang dijadikan sampel.

b. Taraf sejauh mana sampel representatif, artinya mewakili kelompok yang diselidiki.

c. Tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sampel tersebut. Dalam penelitian survei, terdapat beberapa keunggulan, antara lain:

a. Dalam survei biasanya dilibatkan sejumlah besar orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat dipertanggungjawabkan. Perlu diusahakan agar sampel benar-benar mewakili keseluruhan kelompok yang diselidiki.

b. Dalam survei, dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti angket, wawancara, dan observasi menurut pilihan peneliti.

c. Dalam survei sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui, sehingga sekaligus bersifat eksploratoris.

d. Dengan survei, peneliti dapat menerima atau menolak teori tertentu. e. Biaya survei relatif murah ditinjau dari besarnya jumlah informan.


(46)

a. Survei biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak mendalam, apalagi jika digunakan angket.

b. Pendapat populasi yang disurvei antara lain mengenai permasalahan yang mengandung unsur emosi dan politik, seperti pendapat yang mudah berubah-ubah dalam jangka waktu singkat.

c. Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sampel. Kesimpulan yang diambil didasarkan atas jawaban yang masuk saja tidak sepenuhnya dapat dipercayai sebagai pendapat keseluruhan sampel dan dengan sendirinya pendapat keseluruhan populasi.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Miftahudin Nur Ihsan (2016) dengan judul “Survei Pemahaman dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia Kelas X Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Gunungkidul” dalam hal metode penelitian. Penelitian tersebut mengetahui tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas X di Kabupaten Gunungkidul terhadap Kurikulum 2013, dan tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas X di Kabupaten Gunungkidul, serta korelasi antara pemahaman guru kimia SMA kelas X di Kabupaten Gunungkidul dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas X terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran kimia sebesar 85,94% (sangat baik). Rata-rata tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia SMA kelas X sebesar 82,69% (sangat baik), serta terdapat


(47)

hubungan yang positif antara pemahaman guru kimia dengan tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia SMA kelas X di Kabupaten Gunungkidul.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2014) dengan judul “Survey of Implementation of Curriculum 2013 in Chemistry Teaching-Learning in Yogyakarta City Senior High Schools” dalam hal metode penelitian. Penelitian tersebut menentukan tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 dan korelasi antara sosialisasi Kurikulum 2013 dengan persiapan, proses, serta evaluasi pembelajaran kimia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia SMA di Kota Yogyakarta ditinjau dari aspek sosialisasi Kurikulum 2013, persiapan, proses, dan evaluasi pembelajaran kimia adalah tinggi dengan skor rata-rata secara berturut-turut sebesar 78,33%, 77,05%, 83,80%, dan 74,96%, serta terdapat korelasi yang positif antara sosialisasi Kurikulum 2013 dengan persiapan, proses, dan evaluasi pembelajaran kimia.

Selain itu, penelitian ini juga serupa dengan penelitian Lilik Prihastuti (2008) dengan judul “Implementasi Pembelajaran Kimia dalam Menghadapi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada SMA di Wilayah Kabupaten Kulon Progo” dalam hal lokasi pengambilan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP pada SMA di wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah tinggi dengan rerata presentase 78,04%.


(48)

C.Kerangka Berfikir

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjadi indikator kemajuan negara. Semakin tinggi perkembangan dan tingkat pendidikan di suatu negara, mengindikasikan negara tersebut semakin maju. Saat ini pendidikan Indonesia sedang tidak begitu baik. Pada tahun 2011, hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan peringkat Indonesia berada pada posisi 40 dari 42 negara pada bidang literasi sains (Anies R. Baswedan, 2014: 17). Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia sedang menghadapi tantangan. Keadaan pendidikan Indonesia yang masih kurang baik tidak lepas dari kurikulum karena kurikulum akan menentukan arah dan tujuan pendidikan suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan pengembangan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari segi persiapan. Kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana di lapangan membuat para guru masih banyak yang kebingungan terhadap Kurikulum 2013. Setelah satu tahun berjalan secara bertahap, pelaksanaan Kurikulum 2013 mengalami sejumlah kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya, antara lain terkait dengan anggaran, kesiapan pemerintah dalam menyiapkan perangkat kurikulum, kesiapan guru, sosialisasi, dan distribusi buku.

Perubahan yang terdapat pada Kurikulum 2013 salah satunya adalah adanya pendekatan dan penilaian baru yaitu pendekatan saintifik dan penilaian otentik menuntut persiapan guru untuk menerapkan secara konsisten dalam


(49)

pembelajaran. Pada Kurikulum 2013, jumlah jam mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sebanyak 4 jam pelajaran. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia SMA kelas XI diperlukan pemahaman guru kimia terhadap Kurikulum 2013. Pemahaman tersebut meliputi tiga aspek, yaitu aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia.

Sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 telah diberikan kepada tiga SMA di Kabupaten Kulon Progo. Hal itu bertujuan agar para guru dapat memahami Kurikulum 2013 dan dapat melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan baik, baik dari segi perencanaan, proses, maupun penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013, maka diperlukan penelitian tentang pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia agar dapat diperoleh informasi/data secara empirik tentang Kurikulum 2013.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah jika pemahaman guru kimia kelas XI terhadap Kurikulum 2013 baik, maka pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia kelas XI ditinjau dari aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia juga baik.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan dua variabel. Variabel pertama (1) adalah tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013. Variabel kedua (2) adalah tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia oleh guru kimia kelas XI di Kabupaten Kulon Progo dengan tiga sub-variabel, yaitu perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia.

Penelitian ini juga ingin mengetahui kendala yang dihadapi guru Kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo ketika melaksanakan pembelajaran kimia berdasarkan Kurikulum 2013 melalui data wawancara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan analisis persentase dan analisis wawancara.

B.Definisi Operasional Variabel Penelitian

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013 dalam penelitian ini adalah hasil persentase dari pemahaman terhadap semua komponen yang mendukung pelaksanaan pembelajaran kimia berdasarkan Kurikulum 2013, mulai dari perencanaan


(51)

pembelajaran kimia, proses pembelajaran kimia, dan penilaian pembelajaran kimia.

2. Tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru Kimia dalam penelitian ini adalah hasil persentase dari sub-variabel sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran kimia. Dalam penelitian ini yaitu kemampuan guru menuangkan rencana pembelajaran yang akan dilakukan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus dan pedoman penyusunan RPP berdasarkan Kurikulum 2013.

b. Proses pembelajaran kimia. Dalam penelitian ini pengalaman guru ketika membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti, dan menutup pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013.

c. Penilaian pembelajaran kimia. Dalam penelitian ini meliputi pemahaman dan kemampuan guru untuk menilai peserta didik baik dari kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan dengan berbagai macam instrumen penilaian berdasarkan Kurikulum 2013.

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga sekolah yang menjadi tempat penelitian ini yaitu sekolah yang masih menerapkan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Penelitian dilakukan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016.


(52)

D.Populasi Sumber Data

Objek pada penelitian ini adalah semua guru SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang masih menerapkan Kurikulum 2013. Penelitian ini disebut penelitian populasi karena peneliti meneliti semua objek yang terdapat dalam populasi (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta hanya 3 SMA dari 20 SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo yang masih menerapkan Kurikulum 2013, yaitu SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates, dan SMA Negeri 1 Sentolo.

Sampel data penelitian ini adalah satu guru kimia kelas XI dari masing-masing SMA yang menerapkan Kurikulum 2013, sehingga terdapat tiga sampel yang diambil dengan teknik purpossive sampling.

E.Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data penelitian diperoleh dari data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan (Sugiyono, 2009: 137). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik non ujian, yaitu observasi langsung ke sekolah dan wawancara serta dengan meminta guru sampel untuk mengisi kuesioner. Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif pada penelitian ini adalah:

1. Metode Kuesioner (Angket)

Pada penelitian ini digunakan kuesioner berupa pernyataan tertutup dalam bentuk chek list (√). Bentuk kuesioner pada penelitian ini berupa daftar


(53)

pernyataan yang telah disediakan beserta jawabannya, sehingga responden hanya memilih jawaban dengan membubuhkan tanda chek list (√) pada kolom yang

sesuai. Metode kuesioner pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo, ditinjau dari pemahaman guru kimia, perencanaan pembelajaran kimia, proses pembelajaran kimia, dan penilaian pembelajaran kimia.

2. Metode Observasi

Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk memvalidasi hasil kuesioner yang diisi oleh guru. Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu

place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).

a. Place, atau tempat pada penelitian ini yaitu SMA di Kabupaten Kulon Progo yang masih menerapkan Kurikulum 2013. Terdapat 3 SMA yang masih menerapkan Kurikulum 2013 yaitu SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates, dan SMA Negeri 1 Sentolo.

b. Actor, atau pelaku penelitian ini adalah guru kimia SMA yang mengajar kelas XI di SMA Kabupaten Kulon Progo.

c. Activities, atau aktivitas yang diamati yaitu proses pembelajaran di kelas dalam menerapkan Kurikulum 2013.

3. Metode Wawancara

Responden dalam wawancara ini adalah guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo yang masih menerapkan Kurikulum 2013. Hasil dari


(54)

wawancara digunakan dalam pembahasan kendala yang dialami oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013.

Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat (Sugiyono, 2011: 239). Alat yang digunakan selama proses wawancara pada peneltian ini yaitu recorder pada handphone peneliti.

4. Metode Dokumentasi

Dalam melengkapi data yang diperoleh, maka dilakukan pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Dokumen yang dikumpulkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru kimia SMA kelas XI. RPP yang dikumpulkan merupakan RPP yang sedang digunakan dalam proses pembelajaran ketika peneliti melakukan observasi sejumlah satu RPP. Selain itu, dokumentasi juga digunakan sebagai rekap seluruh kegiatan penelitian baik berupa foto kegiatan penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas, hasil wawancara, sertifikat atau surat tugas bukti guru telah melakukan sosialisasi maupun seminar mengenai Kurikulum 2013 serta surat ijin penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan panduan wawancara, dan panduan kuesioner (angket). Angket dengan rating scale. Instrumen penelitian disusun berdasarkan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Berikut adalah tabel kisi-kisi kuesioner dan wawancara.


(55)

Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013

Indikator No Item

A. Persiapan pembelajaran

1. Menyusun RPP A.1 – A.5

B. Pemahaman pendekatan saintifik B.1 – B.3 C. Pemahaman penilaian

1. Menjabarkan penilaian kompetensi sikap

2. Menjabarkan penilaian kompetensi pengetahuan 3. Menjabarkan penilaian kompetensi keterampilan 4. Menyusun instrumen dan rubruk penilaian

C.1 C.2 C.3 C.4

Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan RPP)

Indikator No Item

A. Identitas mata pelajaran A.1

B. Kompetensi Inti B.1

C. Kompetensi Dasar dan indicator C.1 – C.4 D. Tujuan pembelajaran D.1 – D.2

E. Materi ajar E.1 – E.8

F. Metode pembelajaran/pendekatan F.1 – F.4 G. Media, alat, dan sumber pembelajaran

1. Media pembelajaran 2. Alat/bahan pembelajaran 3. Sumber belajar

G.1a – 1d G.2a G.3a – 3c H. Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan pendahuluan 2. Kegiatan inti

3. Kegiatan penutup

H.1a – 1b H.2a – 2e H.3a – 3b I. Penilaian

1. Bentuk instrumen 2. Pendoman penskoran

I.1a – 1d I.2a – 2b


(56)

Tabel 6. Kisi-Kisi Kuesioner dan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Indikator No Item

A. Kegiatan Pendahuluan

1. Apersepsi dan motivasi A.1a – 1e B. Kegiatan inti

1. Penguasaan materi pembelajaran

2. Penerapan strategi pembelajaran yang memadai, efektif, dan efisien

3. Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik

4. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran 5. Pelibatan peserta didik dalam proses pembelajaran

6. Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran

B.1a – 1d B.2a – 2g B.3a – 3e B.4a – 4c B.5a – 5d B.6a – 6c

C. Penutup pembelajaran C.a

Tabel 7. Kisi-Kisi Kuesioner dan Observasi Penilaian Pembelajaran

Indikator No Item

A. Penilaian oleh guru 1. Penilaian sikap

2. Penilaian pengetahuan 3. Penilaian keterampilan

A.1a – 1c A. 2a – 2c A. 3a – 3c B. Penilaian oleh siswa B. a – c

Tabel 8. Kisi-Kisi Wawancara

No Pertanyaan

1 Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang pembelajaran pada Kurikulum 2013?

2 Apakah Bapak/Ibu sudah pernah mengikuti sosialisasi atau pelatihan tentang kurikulum 2013?

3 Apakah Bapak/Ibu dalam melaksanakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia mengalami kesulitan, baik dari aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun penilaian pembelajaran?

4 Apa yang Bapak/Ibu harapkan kepada pemerintah terkait dengan Kurikulum 2013?


(57)

G.Metode Analisis Data

Analisis data penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan data hasil pengisian kuesioner dan wawancara. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung persentase rata-rata dari variabel-variabel penelitian, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru kimia SMA kelas XI dalam melaksanakan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia. Perhitungan yang digunakan adalah persentase rata-rata.

1. Analisis Persentase

Analisis persentase digunakan untuk menghitung rata-rata pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 dan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terdiri dari perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia berdasarkan Kurikulum 2013 dengan langkah-langkah berikut:

a. Menghitung skor total masing-masing guru pada setiap aspek.

b. Menghitung persentase skor masing-masing guru pada setiap aspek yang diperoleh dari langkah (1) sebagai berikut:

Persen skor =

x 100%...(1)

c. Menghitung persentase rata-rata semua guru pada setiap aspek diperoleh dari langkah (2) sebagai berikut:

Rata-rata persentase =


(58)

d. Mengubah persentase skor menjadi tingkat ketercapaian Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia di Kabupaten Kulon Progo untuk setiap aspek menggunakan ukuran penafsiran data menurut Suharsimi (2010: 269)

Tabel 9. Pedoman Konversi Persentase Skor Persentase

Perolehan Skor Kategori 81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang Baik

0 – 20 Tidak Baik

2. Analsis Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data kendala yang dihadapi oleh guru pada pelaksanaan Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia. Kemudian data yang diperoleh diklasifikasikan dan dianalisis.


(59)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Kabupaten Kulon Progo memiliki tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menerapkan Kurikulum 2013. Sekolah tersebut adalah SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates, dan SMA Negeri 1 Sentolo. Ketiga sekolah tersebut berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Yogyakarta.

Kurikulum merupakan komponen yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Guru memegang peranan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum, selain itu guru juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Demikian halnya dengan pengembangan kurikulum yang menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam membentuk kompetensi pribadi peserta didik (Mulyasa, 2006 : 162). Keadaan guru mata pelajaran Kimia kelas XI SMA di Kabupaten Kulon Progo dari tiga sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dengan melakukan pengisian kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi, hasil kuesioner tentang pemahaman guru kimia terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Kulon Progo ditunjukkan pada Tabel 10.


(60)

45

Tabel 10. Tingkat Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013

No Kode

Responden

Aspek (%)

Kategori

A B C Rata-rata (%)

1 S1 75,00 58,33 75,00 69,44 Baik 2 S2 70,00 83,33 62,50 71,94 Baik 3 S3 95,00 100,00 87,50 94,17 Sangat Baik

Rata-Rata (%) 80,00 80,55 75,00 78,50 Baik

Keterangan:

A : Perencanaan Pembelajaran. B : Proses Pembelajaran. C : Penilaian Pembelajaran.

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pemahaman guru kimia SMA kelas XI terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia berturut-turut sebesar 80,00% (baik), 80,55% (baik), dan 75,00% (baik). Secara keseluruhan tingkat pemahaman guru kimia SMA kelas XI terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 78,50% (baik). Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.

Hasil kuesioner dan observasi tentang tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo ditunjukkan pada Tabel 11.


(61)

46

Tabel 11. Tingkat Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia SMA Kelas XI

No Kode

Responden

Aspek (%)

Kategori

A B C Rata-rata (%)

1 S1 89,31 84,47 59,02 75,79 Baik 2 S2 83,87 73,43 51,04 69,45 Baik 3 S3 96,04 87,25 71,69 84,99 Sangat Baik

Rata-Rata (%) 89,75 81,72 60,59 76,74 Baik

Keterangan:

A : Perencanaan Pembelajaran B : Proses Pembelajaran C : Penilaian Pembelajaran

Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi diketahui bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia berturut-turut sebesar 89,75% (sangat baik), 81,72% (sangat baik), dan 60,59% (baik). Secara keseluruhan tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh guru kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 76,74% (baik). Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.

Untuk menentukan ada tidaknya korelasi antara pemahaman guru kimia SMA kelas XI terhadap Kurikulum 2013 dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo, digunakan analisis secara deskriptif yang ditunjukkan pada Tabel 12.


(62)

47

Tabel 12. Korelasi antara Pemahaman Guru Kimia SMA Kelas XI dengan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Kimia

No Kode

Responden

Pemahaman Pelaksanaan

Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

1 S1 69,44 Baik 75,79 Baik

2 S2 71,94 Baik 69,45 Baik

3 S3 94,17 Sangat Baik 84,99 Sangat Baik

Rata-Rata (%) 78,50 Baik 76,74 Baik

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa responden S3 memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap Kurikulum 2013 dengan persentase 94,17%. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh responden S3 yang menunjukkan hasil sangat baik dengan persentase sebesar 84,99%. Sementara itu, responden S1 memiliki pemahaman yang baik terhadap Kurikulum 2013 dengan persentase 69,44% dengan tingkat pelaksanaan Kurikulum 2013 sebesar 75,79%. Hal ini sesuai dengan hasil observasi di lapangan bahwa responden S1 melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan baik. Selain itu, responden S2 juga memiliki pemahaman yang baik terhadap Kurikulum 2013 dengan persentase 71,94%. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh responden S2 yang menunjukkan hasil baik dengan persentase sebesar 69,45%. Berdasarkan data Tabel 12 dapat dikatakan bahwa pemahaman guru kimia SMA kelas XI berkorelasi positif dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia SMA kelas XI di Kabupaten Kulon Progo. Grafik korelasi antara pemahaman guru kimia SMA kelas XI dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Kimia ditunjukkan pada Gambar 1.


(63)

48

Gambar 1. Grafik Korelasi antara Tingkat Pemahaman Guru dan Tingkat Pelaksanaan Kurikulum 2013

Untuk rincian hasil kuesioner pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 yang ditinjau dari aspek perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran kimia ditunjukkan pada Tabel 13. Rincian hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai aspek perencanaan pembelajaran kimia ditunjukkan pada Tabel 14. Rincian hasil kuesioner dan observasi untuk aspek proses pembelajaran kimia ditunjukkan pada Tabel 15. Rincian hasil kuesioner pada aspek penilaian pembelajaran kimia ditunjukkan pada Tabel 16. Berdasarkan tabel dapat dilihat perbedaan antara hasil kuesioner yang diisi oleh responden dengan hasil observasi di kelas. Secara keseluruhan data tersebut akan dibahas secara rinci dalam pembahasan.

40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Perencanaan Pembelajaran

Proses Pembelajaran

Penilaian Pembelajaran

Korelasi Tingkat Pemahaman dan Tingkat Pelaksanaan Kurikulum 2013

Pemahaman Pelaksanaan


(64)

49

Tabel 13. Hasil Kuesioner Pemahaman Guru terhadap Kurikulum 2013

Komponen Indikator Persen Skor (%)

Rata- Rata

(%)

Kategori

S1 S2 S3

Persiapan Pembelajaran

1. Menyusun RPP sesuai dengan kaidah Kurikulum 2013.

75,00 75,00 75,00 75,00 Baik

2. Menyusun RPP berdasarkan silabus

yang telah dikembangkan di tingkat nasional.

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat

Baik 3. Menyusun RPP sesuai dengan tujuan

Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tidak berhenti belajar.

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat

Baik

4. Menyusun RPP yang memuat rancangan

program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat

Baik 5. Menerapkan teknologi informasi dan

komunikasi dalam pengembangan RPP.

75,00 50,00 100,00 75,00 Baik

Rata-rata 75,00 70,00 95,00 80,00 Baik

Pelaksanaan Pembelajaran

1. Memahami pengertian pembelajaran

saintifik yang terikat pada langkah-langkah pembelajaran.

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat

Baik

2. Mendeskripsikan tahap-tahap

pembelajaran dengan pendekatan

saintifik.

50,00 75,00 100,00 75,00 Baik

3. Menyertakan contoh-contoh kegiatan/ aktivitas pembelajaran setiap tahap

pembelajaran dengan pendekatan

saintifik.

50,00 100,00 100,00 83,33 Sangat

Baik

Rata-rata (%) 58,33 83,33 100,00 80,55 Baik

Penilaian pembelajaran

1. Menjabarkan penilaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial).

75,00 50,00 75,00 66,67 Baik

2. Menjabarkan penilaian kompetensi

pengetahuan.

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat

Baik

3. Menjabarkan penilaian kompetensi

keterampilan.

75,00 75,00 75,00 75,00 Baik

4. Menyusun instrumen dan rubrik penilaian hasil belajar peserta didik.

75,00 50,00 100,00 75,00 Baik


(65)

50

Tabel 14. Hasil Analisis RPP (Perencanaan Pembelajaran)

Komponen Persen Skor (%) Rata-rata

(%) Kategori

S1 S2 S3

1. Identitas Mata Pelajaran 100,00 100,00 100,00 100,00 Sangat Baik

2. Kompetensi Inti 100,00 100,00 100,00 100,00 Sangat Baik

3. Kompetensi Dasar dan

Indikator

93,75 100,00 93,75 95,83 Sangat Baik

4. Tujuan Pembelajaran 87,50 100,00 100,00 95,83 Sangat Baik

5. Materi Ajar 96,87 31,25 100,00 76,04 Baik

6. Metode Pembelajaran/

Pendekatan

75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat Baik

7. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

79,86 79,86 100,00 86,57 Sangat Baik

8. Kegiatan Pembelajaran 69,17 70,00 89,17 76,11 Baik

9. Bentuk Penilaian 100,00 68,75 75,00 81,25 Sangat Baik

Rata-rata Ketercapaian (%) 89,13 80,54 95,32 88,33 Sangat Baik

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan penyusunan RPP. Pada analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kimia yang dibantu oleh dosen validasi diperoleh rerata sebesar 88,33% atau dapat dikategorikan dengan sangat baik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dianalisis merupakan RPP yang digunakan oleh responden selama proses pembelajaran pada saat peneliti melakukan observasi. Jumlah RPP yang dianalisis sebanyak satu RPP untuk sekali pertemuan. Namun, dari tiga responden hanya dua responden yang melaksanakan perencanaan pembelajaran kimia dengan menyusun RPP. Responden yang belum menyusun RPP selama proses pembelajaran dapat dikatakan tidak membuat RPP.


(66)

51

Tabel 15. Hasil Kuesioner dan Observasi Proses Pembelajaran Kimia berdasarkan Kurikulum 2013

Komponen Indikator Keterangan Persen Skor (%)

Rata- Rata

(%)

Kategori

S1 S2 S3

A.Kegiatan Pendahuluan

1.Apresepsi dan

Motivasi

Kuesioner 80,00 80,00 100,00 86,67 Sangat Baik

Observasi 80,00 75,00 80,00 78,33 Baik

Rata-rata (%) 80,00 77,50 90,00 82,50 Sangat Baik

B.Kegiatan Inti 1.Penguasaan Materi Pelajaran

Kuesioner 75,00 68,75 93,75 79,17 Baik

Observasi 87,50 68,75 62,50 72,92 Baik

Rata-rata (%) 81,25 68,75 78,12 76,04 Baik

2.Penerapan Strategi Pembelajaran

yang Memadai,

Efektif, dan

Efisien

Kuesioner 75,00 67,86 89,28 77,38 Baik

Observasi 92,86 75,00 82,14 83,33 Sangat Baik

Rata-rata (%) 83,93 71,43 85,71 80,35 Baik

3.Penerapan Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Kuesioner 80,00 75,00 90,00 81,67 Sangat Baik

Observasi 100,00 75,00 90,00 88,33 Sangat Baik

Rata-rata (%) 90,00 75,00 90,00 85,00 Sangat Baik

4.Pemanfaatan Sumber Belajar/

Media dalam

Pembelajaran

Kuesioner 75,00 66,67 83,33 75,00 Baik

Observasi 75,00 66,67 75,00 72,22 Baik

Rata-rata (%) 75,00 66,67 79,16 73,61 Baik

5.Pelibatan Peserta

Didik dalam

Proses Pembelajaran

Kuesioner 81,25 68,75 100,00 83,33 Sangat Baik

Observasi 100,00 93,75 75,00 89,58 Sangat Baik

Rata-rata (%) 90,62 81,25 87,50 86,45 Sangat Baik

6.Penggunaan

Bahasa yang

Benar dan Tepat dalam

Pembelajaran

Kuesioner 75,00 75,00 100,00 83,33 Sangat Baik

Observasi 100,00 83,33 75,00 86,11 Sangat Baik

Rata-rata (%) 87,50 79,16 87,50 84,72 Sangat Baik

C.Kegiatan Penutup

1.Penutup Pembelajaran

Kuesioner 75,00 50,00 100,00 75,00 Baik

Observasi 100,00 75,00 100,00 91,67 Sangat Baik

Rata-rata (%) 87,50 62,50 100,00 83,33 Sangat Baik


(1)

LAMPIRAN 10. SURAT KETERANGAN IJIN PENELITIAN PEMKAB KULON PROGO


(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 13. SURAT KETERANGAN PENELITIAN SMA N 1 SENTOLO


(5)

LAMPIRAN 14. DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Observasi di SMA N 1 Wates

Gambar 2. Wawancara di SMA N 1 Wates


(6)

Gambar 4. Wawancara di SMA N 2 Wates