38
d. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para
kolaborator yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dan kekurangan
dari model yang telah diterapkan sebelumnya. Jika masih banyak kekurangan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada siklus
tahap kedua, dan jika telah mencapai keberhasilan, maka penelitian dapat dikatakan telah mencapai target yang ditentukan sebelumnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar
yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Observasi
Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat
dilaksanakan dengan pedoman pengamatan format, daftar, cek, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,
penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas cf. Mills, 2004:19 dalam Wijaya Kusumah, 2009:52.
39
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah
satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara
kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau
wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman
wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan
secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa
terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran akuntansi. 3.
Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data
siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.
40
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam
proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut. 1.
Analisis Deskriptif Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan deskripsi datainformasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya
pada masa pra penelitian dan siklus pertama. Dari berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil
belajar siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan prestasi belajar siswa dalam penelitian tindakan ini menggunakan pre-test dan post-
test. Berikut adalah tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa pada saat pelaksanaan tindakan :
41
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Peningkatan Prestasi Belajar
Pada Saat Pelaksanaan Tindakan
No Nama Siswa
Pre-test Post-test
KKM Selisih
Peningkatan Prestasi Siswa
1. 2.
3.
Peningkatan prestasi siswa = selisih hasil pre-test x 100
42
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat SMA Kolese de Britto Yogyakarta
SMA Kolese de Britto atau yang lebih dikenal dengan nama De Britto atau “JB” 5 kependekan dari Johanes de Britto merupakan
sekolah yang memiliki sejarah dan perkembangan yang cukup panjang. Diawali dengan dicabutnya peraturan yang melarang pihak swasta
untuk mendirikan sekolah oleh pemerintah pendudukan Jepang, para Bruder CCI bersama suster-suster Carolus Borromeus dan
Fransiskanes berusaha mendirikan sebuah sekolah menengah Katolik, setingkat SMP. Terdesak kebutuhan mendirikan sekolah menengah
atas yang bersendikan asas-asas Katolik untuk menampung lulusan SMP yang telah terlebih dahulu didirikan, maka atas persetujuan
bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin Romo Djojoseputro dengan para Romo Jesuit dan para suster Carolus Borromeus didirikan
sebuah sekolah menengah atas Kanisius. Sekolah menengah atas tersebut akhirnya dibuka secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948
dengan jumlah murid angkatan pertama sebanyak 65 orang yang terdiri dari putra dan putri. Tetapi, sekolah baru ini belum memiliki gedung
sekolah sendiri sehingga untuk melaksanakan seluruh kegiatan akademik masih menumpang di ruang atas SMP Bruderan Kidul Loji.
Tidak lama setelah diresmikan, jabatan sementara pemimpin sekolah